Anda di halaman 1dari 22

Kasus-Kasus Pada

Kedaruratan Obstetric

KASUS-KASUS KEDARURATAN OBSTERTIC

A. PROLAPSE TALI PUSAT

B. ASPHYKSIA
NEONATORUM

a. PROLAPSE TALI PUSAT


Prolaps
tali
pusat
merupakan
salah
satu
kasus
kegawatdaruratan dalam bidang obstetri.
Prolaps tali pusat merupakan penyulit di dalam persalinan.
Walaupun prolaps tali pusat bukan suatu malpresentasi,
keadaan ini lebih mungkin terjadi pada malpresentasi atau
malposisi janin.
Yang menjadi masalah pada prolaps tali pusat adalah tali
pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian presentasi janin,
dan tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah.

Tali pusat lebih mungkin mengalami prolaps jika ada sesuatu


yang mencegah bagian presentasi janin di segmen bawah
uterus atau penurunannya ke dalam panggul ibu.
Presentasi tali pusat jarang terdiagnosis, sehingga
memerlukan pemeriksaan yang teliti. Pemeriksaan ini harus
dilakukan pada semua kasus persalinan, seperti pada
persalinan preterm atau jika terdapat malpresentasi atau
malposisi janin.

Pembagian Prolaps Tali Pusat

1. Tali pusat menumbung


disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba
keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah
janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam
vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah.
2. Tali pusat terdepan
disebut juga tali pusat terkemuka yaitu jika tali pusat berada
di samping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis
servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedang
ketuban masih intak atau belum pecah
3. Occult prolapse
adalah keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala
atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada
pemeriksaan vagina.

Insiden prolaps tali pusat


Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17
%. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran,
tali pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden
dari occult prolapse 50 % tidak diketahui.
-

0,5 % pada presentasi kepala


5 % letak sungsang
15 % pada presentasi kaki
20 % letak lintang

Beberapa kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau


lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat. Prolaps tali
pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta
letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam
kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat berkisar
antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan.

Anatomi tali pusat


1. Panjangnya sekitar 45-60 cm,
diameter 2 cm. Terpanjang yang
pernah dilaporkan sekitar 200 cm,
sedangkan terpendek sepanjang
2 cm. Terdiri dari dua arteri
umbilikalis
yang
merupakan
cabang
dari
arteri
hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen
dan nutrisi dari janin kembali ke
ibu. Terdiri dari satu vena
umblikalis yang masuk menuju
sirkulasi umum melalui vena
Ductus Venosus Aranthii yang
akhirnya menuju Vena Kava
Inferior. Fungsinya : memberikan
oksigen dan nutrisi dari ibu ke
janin.

2. Terbungkus oleh jelly


Wharton sehingga
terlindung dari
kemungkinan kompresi
yang akan mengganggu
aliran darah dari dan
menuju janin melalui
retroplasenta sirkulasi.

3. Tali pusat lebih panjang


sehingga tampak berlikuliku dalam jelly Wharton.

Prevalensi prolaps tali pusat

Faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor


yang sering berhubungan dengan ibu, janin, placenta, tali
pusat dan iatrogenik:
1. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak
sungsang terutama presentasi kaki.
2. Prematuritas
3. Kehamilan ganda
4. Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian
terendah janin yang tidak engage
5. Multiparitas predisposisi terjadinya malpresentasi
6. Disproporsi janin-panggulPresentasi yang abnormal
seperti letak lintang atau letak sungsang terutama
presentasi kaki.
7. Prematuritas

Lanjutan..........
7. Tumor dipanggul yang mengganggu masuknya
bagian terendah janin
8. Tali pusat abnormal panjang (>75 cm)
9. Plasenta letak rendah
10. Solusio plasenta
11. Ketuban pecah dini
12. Amniotomi

Diagnosis proplaps tali pusat dapat melibatkan


beberapa cara:
Diagnosis
Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina
Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu
pemeriksaan dalam
Auskultasi terdengar jantung janin yang irigular, sering
dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan
dengan konrtaksi uterus
Monitoring denyut jantung janin yang
berkesinambungan memperlihatkan adanya deselerasi
variabel.
Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi
eksterna terhadap pintu atas panggul menyebabkan
menurunnya detak jantung secra tiba-tiba yang
menandakan kompresi tali pusat

Patofisiologi proplaps tali pusat

Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin


dan jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan
sirkulasi plasenta. Bila tidak di koreksi, komplikasi ini
dapat mengakibatkan kematian janin.
Obstuksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan
dengan segala berkurangnya detak jantung janin
(deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang denga
cepat, detak jantung janin akan kembali normal.
Perlu diketahui Prolaps tali pusat tidak berpengaruh
langsung pada kehamilan atau jalannya persalinan.

Prognosis
Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut:
Angka kematian untuk bayi prematur denga prolaps tali
pusat hampir empat kali lebih tinggi dari pada bayi
aterm.
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang
abnormal, adanya cairan amnion yang terwarnai oleh
mekonium, atau tali pusat pulsasinya lemah, maka
prognosis janin buruk.
Jarak antara terjaninya prolaps dan persalinan
merupakan faktor yang paling keritis untukjanin hidup.
Dikenalnya segala prolaps memperbaiki kemungkinan
janin hidup.
Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang
letaknya sungsang atau lintang sama tingginya dengan
presentasi kepala. Hal ini menghapuskan perkiraan
bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan
pada tali pusatnya tidak kuat.

Pengelolaan

Ditemukannya prolaps tali pusat diperlukan tindakan


yang paling cepat. Terapi definitif adalah melahirkan janin
dengan segera. Penilaian yang cepat penting untuk
menentukan sikap terbaik yang akan diambil.

Bahaya terhadap ibu dan janin akan berkurang


bila dilakukan seksio sesarea dari pada persalinan
pervaginam yang paksakan pada pembukaan
yang belum lengkap.

b. ASPHYKSIA NEONATORUM

Asphyksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi


baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan
O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Pada janin kegagalan pernafasan disebabkan oleh


beberapa hal sebagai berikut :
1. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, diantaranya
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan
dengan adanya lilitan tali pusat, simpul pada tali pusat,
tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang
menyebabkan tali pusat menumbung, dan kehamilan lebih
bulan.
Adanya pengaruh obat

2. Faktor dari ibu selama kehamilan meliputi :


a. Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang
dapat menyebabkan hipertoni.
b. Adanya perdarahan pada plasenta previa dan
solution plasenta yang dapat menyebabkan
turunnya tekanan darah secara mendadak.

Klasifikasi dan Tanda Gejala Klinis

1. Asfiksia berat (nilai APGAR Score 0 3)


Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat
adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi jantung lemah (< 40 kali permenit)
b.Tidak ada usaha nafas
c.Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d.Reflex terhadap rangsangan kurang bahkan tidak ada
e.Warna kulit bayi pucat atau kelabu
f.Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum
atau sesudah persalinan

Lanjutan ........
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR
Score 4 6)
Pada asfiksia sedang, tanda
dan gejala yang muncul
adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi jantung menurun
menjadi 60 100 kali per
menit
b.Usaha nafas lambat
c.Tonus otot kurang baik
d.Bayi masih bisa bereaksi
terhadap rangsang
e.Bayi tampak sianosis
f.Tidak terjadi kekurangan
oksigen yang bermakna
selama proses persalinan

3. Asfiksia ringan (nilai APGAR


Score 7 10)
Pada asfiksia ringan tanda
dan gejala yang sering
muncul adalah sebagai
berikut:
a.Takipnea dengan nafas lebih
dari 60 kali per menit
b.Bayi tampak sianosis
c.Adanya retraksi dada
d.Bayi merintih
e.Ada penafasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktivitas
g. Dari pemeriksaan auskultasi
diperoleh hasil ronchi, dan
wheezing positif

Patogenesis
1. Bila janin kekurangan O2 dan
kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nesovagus
sehingga jantung janin menjadi
lambat.
2. Kekurangan O2 juga merangsang
usus, sehigga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam hipoksia :
a) Jika Djj normal dan ada
mekonium maka janin mulai
hipoksia

Patofisiologi

Dapat disebabkan oleh


semua keadaan yang
menyebabkan gangguan
pertukaran O2 dan CO2
sehingga berakibat :
1. O2 tidak cukup dalam
darah, disebut hipoksia
2.CO2 tertimbun dalam
darah, disebut
hiperkaphea

Prognosis
1.Asfiksia ringan / normal : baik
2.Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila
cepat,prognosa baik
3.Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama,
atau kelainan saraf permanent

Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh asfiksia neonatorum adalah :


Sembab otak
Perdarahan otak
Anoria atau oliguria
Hiperbilirubinemia
Obtruksi usus yang fungsional
Kejang sampai koma
Komplikasi akibat resusikasinya sendiri : pneumo thorak.

Diagnosis
Menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan
dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. In utero
a. Djj irregular dan frekuensinya lebih dari 160 x / menit
atau kurang dari 100 x / menit
b. Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
karena terjadi rangsangan nervus x, sehingga
peristalktik usus meningkat dan sfingter ani terbuka
c. Analisis air ketuban / amnioskopi
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi tanpak pucat dan kebiru-biruan serta tidak
Bernafas / menetapkan nilai APGAR.
b.Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada
gejala neurologik seperti kejang, mistagmus dan
menangis kurang baik / tidak menangis.

Penanganan

1. Prinsip dasar resusitasi ialah:


a. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran
pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang
menunjukkan usaha nafas lemah
2. Tindakan umum
a.Pengawasan suhu
b.Pembersihan jalan nafas
3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
a. Sebagian besar dapat dilakukan dengan penghisapan lender dan cairan
amnion melalui nasofaring
b. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung
4. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat (skor apgar 0-3);
b. Asfikisa sedang (skor apgar 4-6)

Langkah-langkah dalam melakukan resusitasi

Tahap Awal
a. Jaga bayi agar tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan berikan rangsangan taktil
e.Atur kembali posisi kepala bayi

Tahap II : VENTILASI
a. Pasang sungkup
b. Ventilasi 2 kali
c.Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas.
e.Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi.
f. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung

Thank You

Anda mungkin juga menyukai