PPTT Obstriku
PPTT Obstriku
Kedaruratan Obstetric
B. ASPHYKSIA
NEONATORUM
Lanjutan..........
7. Tumor dipanggul yang mengganggu masuknya
bagian terendah janin
8. Tali pusat abnormal panjang (>75 cm)
9. Plasenta letak rendah
10. Solusio plasenta
11. Ketuban pecah dini
12. Amniotomi
Prognosis
Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut:
Angka kematian untuk bayi prematur denga prolaps tali
pusat hampir empat kali lebih tinggi dari pada bayi
aterm.
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang
abnormal, adanya cairan amnion yang terwarnai oleh
mekonium, atau tali pusat pulsasinya lemah, maka
prognosis janin buruk.
Jarak antara terjaninya prolaps dan persalinan
merupakan faktor yang paling keritis untukjanin hidup.
Dikenalnya segala prolaps memperbaiki kemungkinan
janin hidup.
Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang
letaknya sungsang atau lintang sama tingginya dengan
presentasi kepala. Hal ini menghapuskan perkiraan
bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan
pada tali pusatnya tidak kuat.
Pengelolaan
b. ASPHYKSIA NEONATORUM
Lanjutan ........
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR
Score 4 6)
Pada asfiksia sedang, tanda
dan gejala yang muncul
adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi jantung menurun
menjadi 60 100 kali per
menit
b.Usaha nafas lambat
c.Tonus otot kurang baik
d.Bayi masih bisa bereaksi
terhadap rangsang
e.Bayi tampak sianosis
f.Tidak terjadi kekurangan
oksigen yang bermakna
selama proses persalinan
Patogenesis
1. Bila janin kekurangan O2 dan
kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nesovagus
sehingga jantung janin menjadi
lambat.
2. Kekurangan O2 juga merangsang
usus, sehigga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam hipoksia :
a) Jika Djj normal dan ada
mekonium maka janin mulai
hipoksia
Patofisiologi
Prognosis
1.Asfiksia ringan / normal : baik
2.Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila
cepat,prognosa baik
3.Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama,
atau kelainan saraf permanent
Komplikasi
Diagnosis
Menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan
dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. In utero
a. Djj irregular dan frekuensinya lebih dari 160 x / menit
atau kurang dari 100 x / menit
b. Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
karena terjadi rangsangan nervus x, sehingga
peristalktik usus meningkat dan sfingter ani terbuka
c. Analisis air ketuban / amnioskopi
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi tanpak pucat dan kebiru-biruan serta tidak
Bernafas / menetapkan nilai APGAR.
b.Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada
gejala neurologik seperti kejang, mistagmus dan
menangis kurang baik / tidak menangis.
Penanganan
Tahap Awal
a. Jaga bayi agar tetap hangat
b. Atur posisi bayi
c. Isap lendir
d. Keringkan dan berikan rangsangan taktil
e.Atur kembali posisi kepala bayi
Tahap II : VENTILASI
a. Pasang sungkup
b. Ventilasi 2 kali
c.Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas.
e.Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi.
f. Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
Thank You