DEFINISI

PSIKIATRI FORENSIK

cabang ilmu yang berhubungan dengan evaluasi gangguan

jiwa untuk keperluan hukum dan peradilan

PERAN PSIKIATRI FORENSIK

membebaskan seseorang dari tanggung jawab perbuatan

kejahatan
mendorong seseorang untuk mendapatkan berbagai bentuk
pengobatan

 PERKEMBANGAN PSIKIATRI FORENSIK DIPENGARUHI OLEH 4 FAKOR :

PEMAHAMAN YANG LEBIH BAIK MENGENAI HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN MENTAL
DAN KRIMINALITAS
TES UNTUK MEMBUKTIKAN APAKAH ORANG TERSEBUT MENGALAMI GANGGUAN
JIWA ATAU TIDAK
METODOLOGI BARU UNTUK PENGOBATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
MENTAL
PERUBAHAN PERSEPSI PUBLIK TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN MENTAL
SECARA UMUM.

SEJARAH
PERKEMBANGAN PSIKIATRI FORENSIK SUDAH DIMULAI SEJAK TAHUN 1553.
WEIHER SEORANG DOKTER DI JERMAN MENGEMUKAKAN BAHWA PARA
PENYIHIR DAN PENDEMO YANG ADA PADA SAAT ITU, MENDERITA SUATU
KELAINAN JIWA YANG DIKENAL HIPOKONDRIASIS DAN HYSTERIA SEHINGGA
TIDAK LAYAK UNTYK DIHUKUM. SEHINGGA MELALUI USAHA KERAS DARI WILLIAM
DUKE OF CLEVES, PARA PENYIHIR TERSEBUT TERBEBAS DARI HUKUMAN

 DAHULU DI INDONESIA, BELUM DIBEDAKAN GOLONGAN PSIKOSIS DENGAN

NEUROSIS, RETARDASI MENTAL, MAPUN GANGGUAN KEPRIBADIAN LAINNYA
YANG TELAH DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN PSIKIATRI MODERN
BERDASARKAN UU KESEHATAN JIWA NO 3/1996 SEHINGGA HAL YANG SAMA
DIBERLAKUKAN TERHADAP SEMUA KASUS GILA TANPA TERKECUALI.

 DAHULU HAK MEMASUKAN SESEORANG KE DALAM RS JIWA SEPENUHNYA DI

TANGAN HAKIM (PENGADILAN) BERDASARKAN REGLEMENT OP HET
KRANKZINNIGENWEZEN 1897. NAMUN, BERDASARKAN PERATURAN MENKES
NO. 1993/KDJ/4/1970, TENTANG PERAWATAN KASUS PSIKIATRIK MENEMPATKAN
BAHWA PEMASUKAN SESEORANG KE RS JIWA ADALAH MASALAH MEDIS
(OTORITAS DIPEGANG OLEH DOKTER/ PSIKIATER).

KEDUDUKAN DOKTER DALAM PSIKIATRI

FORENSIK
POSISI YANG DIDUDUKI BUKANLAH POSISI MEDIS TETAPI LEBIH BERPOSISI
LEGAL.
memberi bantuan tambahan, fakta-fakta sebagai bukti, dalam upaya
memenuhi kebutuhan unsur untuk pengambilan keputusan peradilan.
MISALNYA UNTUK PASAL 44 KUHP :
SESEORANG TIDAK DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN SECARA PIDANA
JIKA CACAT KEJIWAAN ATAU TERGANGGU KARENA PENYAKIT

LINGKUP KEGIATAN PSIKIATRI FORENSIK

MEMBUAT VISUM ET REPERTUM PSIKIATRI (VERP).
TUGAS DOKTER DALAM PEMBUATAN VERP :
MEMBANTU MENENTUKAN APAKAH TERPERIKSA MENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN
UPAYA MENEGAKAN DIAGNOSIS.
MEMBANTU MENENTUKAN KEMUNGKINAN ADANYA HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN JIWA
PADA TERPERIKSA DENGAN PERISTIWA HUKUMNYA. DENGAN MENENTUKAN
KEMUNGKINAN ANTARA GANGGUAN JIWA TERPERIKSA DENGAN PERILAKU YANG
MENGAKIBATKAN PERISTIWA HUKUM.
MEMBANTU MENENTUKAN KEMANAPUN TANGGUNGJAWAB PADA TERPERIKSA.
MEMBANTU MENENTUKAN CUKUP TIDAKNYA TERPERIKSA BERTINDAK DALAM LALULINTAS HUKUM.

ASPEK HUKUM PSIKIATRI FORENSIK

Dalam posisi legal, dokter diberi surat oleh lembaga hukum (Pengadilan, Kejaksaan,
dan Polisi) untuk memeriksa seseorang yang mempunyai status hukum tertentu.

Tetap ada ikatan kerahasiaan, kecuali terhadap lembaga hukum yang

meminta. Dokumen yang dihasilkan adalah dokumen hukum dan disimpan
oleh lembaga hukum yang meminta.

ASPEK MEDIS PSIKIATRI FORENSIK

UNTUK MENENTUKAN SESEORANG NORMAL ATAU TIDAK ADALAH SUATU HAL
YANG TIDAK MUDAH.
DALAM ILMU PSIKIATRI, SESEORANG DIANGGAP NORMAL APABILA IA MASIH
MENUNJUKAN KEMAMPUAN UNTUK MENYESUAIKAN DIRI DENGAN
LINGKUNGANNYA, MAMPU MEMENUHI TUNTUTAN LINGKUNGANNYA SESUAI
DENGAN NORMA DAN NILAI LINGKUNGAN TERSEBUT, SERTA MENENTUKAN
PRODUKTIVITAS YANG WAJAR. KRITERIA NORMAL INI MASIH HARUS
DIPERTIMBANGKAN DARI ASPEK UMUR, TEMPAT, DAN JANGKA WAKTU.