PEMERIKSAAN DALAM

PSIKIATRI FORENSIK

PEMERIKSAAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG

JAWAB
A. Tahap kemampuan menyadari tindakan.
Tahap saat seharusnya si pelaku dapat mempresepsi kemudian
menginterpretasi dan mengambil konklusi dari stimulus tersebut.
Cara pemeriksaan: Melakukan pemeriksaan tingkat kesadaran.
B. Tahap memahami tindakan.
Melalui penelaahan dan pemahaman dari nilai perbuatannya
serta nilai risiko tindakannya, si pelaku akan mengambil satu
respon yang ia pilih sebagai tindakan untuk menjawab stimulus.
Cara pemeriksaan: Melakukan pemeriksaan discriminative insight
dan discriminative judgement.

C. TAHAP PEMILIHAN DAN PENGARAHAN TINDAKAN.

MERUPAKAN TAHAP LANJUT DAN TAHAP MENGARAHKAN RESPONS YANG DIPILIH
TERSEBUT SEBAGAI SUATU TINDAKAN.

PENENTUAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB:

TINGKAT KESADARAN PADA SAAT MELAKUKAN PELANGGARAN HUKUM
KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI PERBUATANNYA
KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI RESIKO PERBUATANNYA
KEMAMPUAN MEMILIH DAN MENGARAHKAN KEMAUANNYA

TINGKAT-TINGKAT KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB ANTARA LAIN:

1. YANG TIDAK MAMPU BERTANGGUNG JAWAB:
YANG TIDAK MENYADARI, TIDAK MEMAHAMI, DAN TIDAK DAPAT MEMILIH DAN
MENGARAHKAN KEMAUANNYA. MISALNYA PELAKU, YANG MENDERITA EPILEPSI
LOBUS TEMPORALIS.
YANG MENYADARI, TETAPI TIDAK MEMAHAMI DAN TIDAK MAMPU MEMILIH
DAN MENGARAHKAN KEMAUANNYA, SEPERTI PADA KASUS-KASUS YANG
PELAKUNYA ADALAH PENDERITA PSIKOSIS.

2. YANG BERTANGGUNG JAWAB SEBAGIAN:

YANG MENYADARI, MEMAHAMI TETAPI TIDAK MAMPU MEMILIH DAN
MENGARAHKAN KEMAUANNYA, SEPERTI PADA PENDERITA KOMPULSI.
YANG MENYADARI, MEMAHAMI DAN SEBENARNYA MAMPU MEMILIH DAN
MENGARAHKAN KEMAUANNYA TETAPI TIDAK MENDAPAT KESEMPATAN UNTUK
BERBUAT SEPERTI ITU KARENA ADANYA DORONGAN IMPULS YANG KUAT, SEPERTI
YANG TERJADI PADA TINDAKAN-TINDAKAN YANG IMPULSIVE ATAU GELAP MATA.
3. YANG MAMPU BERTANGGUNG JAWAB PENUH:
YANG MELAKUKAN SUATU PELANGGARAN HUKUM TANPA MERENCANAKAN LEBIH
DULU
YANG MELAKUKAN PELANGGARAN HUKUM DENGAN SUATU PERENCANAAN
TERLEBIH DAHULU

PEMERIKSAAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB UMUMNYA DILAKSANAKAN

UNTUK KASUS SEBAGAI BERIKUT:
KASUS PIDANA DIMANA TERPERIKSA MERUPAKAN PELAKU.
KASUS PERDATA, MISALNYA PADA PEMBATALAN KONTRAK DIMANA SALAH
SATU PENANDATANGAN MENGALAMI GANGGUAN JIWA. BIASANYA KASUS INI
DIDAHULUI KASUS PIDANA SEPERTI PENIPUAN.

PEMERIKSAAN KOMPETENSI
DASARNYA ADALAH PENILAIAN TENTANG KEMAMPUAN MENGAMBIL KEPUTUSAN ATAU
TINDAKAN YANG BENAR DAN BAIK, JUGA KEMAMPUAN MENYUSUN SUATU LOGIKA YANG
SISTEMATIK UNTUK MEMBUAT SUATU PROSES TINDAKAN DAN UNTUK MENCAPAI
TARGET TERTENTU.
DILAKSANAKAN ATAU TIDAKNYA KEPUTUSAN TERGANTUNG KEPADA BERMACAMMACAM NILAI YAITU:
1.

NILAI RASIONAL INTELEKTUAL (BENAR ATAU SALAH)

2.

NILAI EKONOMI (UNTUNG ATAU RUGI)

3.

NILAI ETIKA (BAIK ATAU BURUK)

4.

NILAI YURIDIS (BENAR ATAU SALAH DALAM ARTI MELANGGAR HUKUM ATAU TIDAK,
DAPAT DIHUKUM ATAU TIDAK)

BEBERAPA PERBEDAAN PADA PENENTUAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB

DAN PENENTUAN KOMPETENSI ADALAH SEBAGAI BERIKUT.
OBJEK PEMERIKSAAN
A. MELANGGAR HUKUM VS TINDAKAN YANG KIRA KIRA DAPAT DILAKUKAN.
B. JELAS, TERTENTU DAN SUDAH DILAKSANAKAN VS BELUM TERJADI, TETAPI
DIPERKIRAKAN AKAN DILAKSANAKAN.

PEMERIKSAAN KOMPETENSI DITUJUKAN PADA PEMERIKSAAN BERIKUT INI:

ADANYA DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI PERBUATANNYA, KEMAMPUAN NILAI RESIKO
PERBUATANNYA, SETA KEMAMPUAN MEMILIH DAN MENGARAHKAN
KEMAUANNYA.
PEMERIKSAAN KOMPETENSI LEBIH MERUPAKAN PROGNOSIS SEHINGGA:
GANGGUAN JIWA YANG DAPAT SEMBUH (REVERSIBLE), TERPERIKSA DAPAT
DIANGGAP KEMBALI KOMPETEN DALAM LALU-LINTAS HUKUM.
GANGGUAN JIWA YANG TIDAK DAPAT SEMBUH (IRREVERSIBLE) BIASANYA
PENENTUAN INI AKAN BERLANJUT PADA KASUS-KASUS PENGAMPUNAN
(CURATELLE) DAN HIBAH ATAU PEWARISAN DAN SEBAGAINYA.

PENENTUAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT

(KAUSALITAS ANTARA SUATU KONDISI
DENGAN TIMBULNYA GANGGUAN JIWA)
GANGGUAN JIWA TIMBUL MELALUI PROSES INTERAKSI ANTARA FAKTORFAKTOR DASAR (PREDISPOSISI) DAN FAKTOR PENCETUS (PRESIPITASI)
GANGGUAN OTAK ORGANIK, SEPERTI CEDERA KEPALA, INFEKSI OTAK, DAN
SELAPUT OTAK ATAU KERACUNAN ZAT YANG MERUSAK FAAL OTAK YANG
DAPAT KITA PASTIKAN SEBAGAI PENYEBAB GANGGUAN JIWA. SEDANGKAN
KONDISI-KONDISI YANG MERUPAKAN STRESS PSIKOLOGIS TIDAK DAPAT
DIPASTIKAN.

KASUS-KASUS YANG MEMERLUKAN PEMERIKSAAN UNTUK MENENTUKAN

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA SATU KONDISI DENGAN SUATU GANGGUAN
JIWA, ANTARA LAIN:
KASUS YANG TERPERIKSA MERUPAKAN KORBAN
KASUS GANTI RUGI PADA GANGGUAN JIWA ATAU CACAT JIWA AKIBAT SUATU
KONDISI KERJA

PADA KASUS-KASUS SEPERTI YANG TERSEBUT DI ATAS YANG HARUS KITA

UPAYAKAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
MENENTUKAN ADANYA GANGGUAN JIWA PADA WAKTU PEMERIKSAAN.
MEMBUAT DUGAAN ADA TIDAKNYA GANGGUAN JIWA SEBELUM PELANGGARAN
HUKUM (PENGANIAYAAN, DSB) ATAU SEBELUM MASUK KE DALAM KONDISI
YANG STRESSFUL.
MENCARI KEMUNGKINAN HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA GANGGUAN JIWA
YANG DITEMUKAN PADA SAAT PEMERIKSAAN DENGAN PELANGGARAN HUKUM
YANG DIALAMI TERPERIKSA ATAU KONDISI KERJA YANG STRESSFUL.
MENCARI KEMUNGKINAN ADANYA KELAINAN ORGANIK OTAK, PADA CEDERA
KEPALA, ATAU PADA GANGGUAN JIWA PASCA-TRAUMA.

KOMPETENSI UNTUK DITANYA

(COMPETENCE TO BE INTERVIEWED) DAN
KELAYAKAN UNTUK DIAJUKAN KE SIDANG
PENGADILAN (FITNESS TO STAND TRIAL)
SYARAT SESEORANG (TERPERIKSA) AKAN DIAJUKAN KE SIDANG
PENGADILAN:
APAKAH SIDANG DAPAT DILAKSANAKAN (APPLICABLE)?
APAKAH SIDANG TIDAK BERBAHAYA (HARMFUL) BAGI TERPERIKSA?
APAKAH SIDANG BERMANFAAT (BENEFECIAL)?

2 FAKTOR UTAMA SESEORANG DAPAT DIAJUKAN KE SIDANG PENGADILAN:

FITNESS TO STAND TRIAL.
COMPETENCE TO BE INTERVIEWED.