Fitra Hadi
2012730127
Pembimbing:
dr. Heryanto S,Sp.KK
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Definsi
Melasma adalah hipermelanosis
didapat yang biasanya bilateral
dan seringkali simetris berupa
makula yang tidak merata
berwarna coklat muda sampai
coklat tua, mengenai area yang
terpajan sinar ultra violet dengan
tempat predileksi pada pipi, dahi,
daerah atas bibir, hidung dan dagu
Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras
terutama penduduk yang tinggal di daerah
tropis. Melasma terutama dijumpai pada
wanita, meskipun didapat pula pada pria
(10%). Di indonesia perbandingan kasus
wanita dan pria adalah 24:1. Terutama pada
wanita usia subur dengan riwayat langsung
terkena pajanan sinar matahari. Insidens
terbanyak pada usia 30-44 tahun.
Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil,
wanita pemakai pil kontrasepsi, pemakai
kosmetik, pemakai obat, dll. Melasma jarang
ditemui pada masa prepubertas, dan jauh
sering ditemukan pada terutama pada masa
Etiologi
Sinar ultraviolet
Hormon (estrogen, progesteron, dan
MSH )
Obat (difenil hidanton, mesantoin,
klorpromasin dll)
Genetik
Ras: banyak dijumpai pada golongan
kulit berwarna gelap
Kosmetika
Idiopatik
Patofisiologi
Peran sinar matahari dalam mempengaruhi
melasma mungkin disebabkan karena
peningkatan nitric oxide melalui jalur NF-KB.
Nitric oxide menstimulasi aktivitas tirosinase
dari melanosit, meningkatkan produksi
melanin lokal. Ini mengakibatkan
hiperpigmentasi secara klinis pada bagian
yang terkena pajanan sinar matahari.5
Setelah pajanan sinar matahari, pencetus
terpenting kedua untuk melasma adalah
hormon pada wanita. Melasma lebih sering
dan berat pada wanita dibanding pria. Itu
sering terjadi pada kehamilan, dengan
penggunaan kontrasepsi oral, atau dengan
Klasifikasi
1. Berdasarkan gambaran klinis
- Bentuk sentro-fasial (63%): meliputi daerah dahi, hidung,
pipi bagian medial, bawah hidung serta dagu
- Bentuk malar (21%): meliputi hidung dan pipi bagian lateral
- Bentuk mandibular (16%): meliputi daerah mandibular
2. Berdasarkan Pemeriksaan dengan lampu wood
- Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar
Wood dibandingkan dengan sinar biasa
- Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras
dibanding dengan sinar biasa
- Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang
lainnya tidak jelas.
- Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap
Klasifikasi
3. Berdasarkan pemeriksaan histopatologi
Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna
coklat, melanin terutamaterdapat pada lapisan
basal dan suprabasal. Kadang-kadang di seluruh
stratum korneum dan stratum spinosum.
Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan,
terdapat makrofag bermelanin di sekitar
pembuluh darah di dermis bagian atas dan
bawah, pada dermis bagian atas terdapat fokusfokus infiltrat
Gambaran Klinis
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat
muda atau coklat tua berbatas tegas dengan tepi
tidak teratur seperti peta dan biasnya simetris.
Perjalan penyakit kronis dan mengalami
eksaserbasi bila terkena sinar matahari. Biasanya
terjadi setelah kehamilan yang berulang-ulang
dan dapat mengadakan resolulsi setelah
melahirkan atau penghentian oral kontrasepsi.
Melasma sering pada pipi, dan hidung yang
disebut pola malar. Pola mandibular terdapat pada
dagu, sedangkan pola sentrofasial di pelipis, dahi,
alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau
kebiru-biruan terutama pada tipe dermal
Gambaran klinis
Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan
hanya dengan pemeriksaan klinis.
Untuk menentukan tipe melasma
dilakukan pemeriksaan sinar
Wood, sedangkan pemeriksaan
histopatologis hanya dilakukan
pada kasus-kasus tertentu
Pemeriksaan
penunjang
1. Pemeriksaan histopatologi
2. Pemeriksaan dengan sinar wood
3. Pemeriksaan mikroskop elektron
Penatalaksanaan
(medikamentosa)
Penatalaksanaan
(medikamentosa)
2. Pengobatan sistemik
a. Asam askorbat/ vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin
bentuk oksidasi menjadi melanin bentuk
reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan
merubah DOPA kinon menjadi DOPA
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa
sulfihdril (SH) yang berpotensi menghambat
pembentukan melanin dengan jalan bergabung
dengan Cuprum dari tirosinase.
Penatalaksanaan
(medikamentosa)
3. Tindakan khusus
a. Penglupasan kimiawi
Dengan mengoleksan asam glikolat 50-70% selama
4-6 menit dilakukan setiap 3 minggu selama 6 kali.
Sebelum dilakukan pengelupasan kimiawi diberikan
krim asam glikolat 10% selama 14 menit
b. Bedah laser
Dengan menggunakan laser Q-switched Ruby dan
laser Argon
Penatalaksanaan
(nonmedikamentosa)
Menghindari pajanan langsung sinar matahari
Menghentikan pemakaian pil kontrasepsi
Referensi
Soepardiman L, 2005, Kelainan Pigmen, Dalam: Djuanda A,
Hamzah M, Sisah S, editors, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp. 289-300.
Anstey A, Disorders of Skin Colour, Dalam: Burns T, Breatnach S,
Cox N, Griffiths C, Rooks Textbook of Dermatology, 8th edn, Wiley
Blackwell, Chichester, pp. 2923-2981.
Boone B, De Schepper S, Lapeere H, 2008, Hypomelanoses and
Hypermelanoses, Dalam: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest
B, et al, Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th edn,
Mc Graw Hill Medical, New York, pp. 622-640.
Barakbah J, Murtiastutik D, Sukanto H, 2005, Melasma, Dalam:
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. RSU Dr. Soetomo, 3th ed. Surabaya, pp. 109-111.
James W, Berger T, Elston D, 2011, Andrews Diseases of The
Skin. Clinical Dermatology; 11th edn, Saunders Elsevier.
Terima Kasih