Anda di halaman 1dari 66

FRACTURE

WIDYA HANDAYANI LESTARI


H1AP12028
PEMBIMBING
Dr. ABDUL WASIK, Sp.OT

BAB I
Tulang adalah jaringan yang terstrukutr dengan

baik dan mempunyai lima fungsi utama, yaitu :


Membentuk rangka badan
Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi
dan mempertahankan alat-alat dalam
Sebagai deposit kalsium,fosfor,magnesium,dan
garam
Sebagai organ yang befungsi sebagai jaringan
hemopeotik untuk memproduksi sel-sel darah
merah, sel-sel darah putih, dan trombosit

BAB II
DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya


kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Sjamsuhidajat, 2003).

JENIS FRAKTUR
Fraktur terbuka
Fraktur
terbuka adalah fraktur yang
terdapat hubungan antara fragmen tulang
baik ujung fragmen fraktur tersebut yang
menembus
dari
dalam
hingga
ke
permukaan kulit atau kulit dipermukaan
yang mengalami penetrasi suatu objek
yang tajam dari luar hingga kedalam.
Fraktur terbuka sering timbul komplikasi
berupa infeksi.

Menurut Gustilo dan Anderson berdasarkan

mekanisme
cedera,
derajat
kerusakan
jaringan lunak, konfigurasi fraktur dan
derajat kontaminasi. Kalsifikasi Gustillo ini
membagi fraktur terbuka menjadi:
Grade I : Luka bersih dengan panjang luka < 1

cm, Kerusakan jaringan lunak sedikit dan


fraktur tidak kominutif. Biasanya luka tersebut
akibat tusukan fragmen fraktur.
Grade II : laserasi > 1 cm, dengan kerusakan
jaringan lunak yang luas, kerusakan komponen
minimal hingga sedang

Grade III : kerusakan jaringan lunak yang luas,

termasuk otot, kulit, struktur neurovaskular,


seringkali merupakan cidera oleh energi yang
besar dengan kerusakan komponen yang berat.
III A : laserasi jaringan lunak yang luas, tulang
tertutup secara adekuat
III B : cidera jaringan lunak yang luas dengan
periosteal stirpping dan tulang terekspos,
membutuhkan penutupan flap jaringan lunak;
sering berhubungan dengan kontaminasi yang
massif
III C : cidera vaskuler yang membutuhkan
perbaikan

Fraktur tertutup
Fraktur
tertutup adalah fraktur yang
apabila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar atau
tidak terjadi perlukaan kulit.

Pasien
dengan
fraktur
tertutup
(sederhana)
harus
diusahakan
untuk
kembali ke aktivitas biasa sesegera
mungkin.

Pada fraktur tertutup, ada klasifikasi


tersendiri yang di dasarkan pada keadaan
jaringan lunak sekitarnya yaitu:
Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit
atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal
atau memar kulit dan jaringan subkutan.
Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan
kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan

Fraktur berdasarkan garis fraktur


Fraktur greenstick
Fraktur greenstick adalah fraktur dimana
salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi
lainnya membengkok, fraktur ini biasanya
terjadi pada anak karena tulang anak
bersifat lebih fleksibel, sehingga fraktur
dapat berupa bengkokan tulang di satu sisi
dan patahan korteks di sisi lainnya.

Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah fraktur dengan
tulang pecah menjadi beberapa fragmen
(multiple fraktur), garis patah pada fraktur
ini lebih dari satu dan saling berhubungan.

Fraktur transversal
Fraktur
transversal
adalah
fraktur
sepanjang garis tengah tulang, garis
patahan tulang tegak lurus. Terdapat
sumbu panjang tulang, fraktur semacam ini
segmen-segmen tulang direposisi kembali
ketempat semula.
Fraktur oblik
Fraktur
oblik
adalah
fraktur
yang
membentuk sudut dengan garis tengah
tulang dan lebih tidak stabil dibandingkan
dengan transversal. Fraktur semacam ini
cenderung sulit diperbaiki.

Fraktur spiral
Fraktur spiral adalah fraktur memuntir
seputar batang tulang, arah garis pada
fraktur spiral memuntir diakibatkan oleh
adanya trauma rotasi pada tulang

Fraktur impaksi
Fraktur impaksi adalah fraktur dengan
fragmen-fragmen saling tertekan satu
sama lain, tanpa adanya garis fraktur yang
jelas

Fraktur stress
Fraktur stres adalah fraktur akibat beban lama atau
trauma minor berulang dan kronis. Daerah yang
rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga,
batang tibia proksimal, fibula, dan batang femoral
(pada pelari jarak jauh dan penari balet).
Fraktur yang tidak disebabkan oleh trauma
Fraktur patologi
Fraktur patologi adalah fraktur yang terjadi pada
tulang yang memang telah memiliki kelainan,
misalnya penyakit infeksi, osteoporosis, atau tumor.

Fraktur berdasarkan usia


Fraktur pada orang tua
Pada orang tua lebih sering patah tulang pada daerah yang
osteoporotik seperti pada vertebre dan colum femur
Fraktur pada dewasa
Pada orang dewasa sering terjadi fraktur pada tulang
panjang.
Fraktur pada anak
Penanganan fraktur pada anak perlu mendapat perhatian
khusus karena dapat mengganggu pertumbuhan. Salah satu
patah tulang khusus pada anak adalah patah tulang yang
mengenai cakram epifisis. Fraktur efisis adalah fraktur pada
anak dibawah usia 16 tahun. Fraktur ini diklasifikasi
menurut Salter-Harris dan dibagi dalam lima tipe.

Tipe I

Terjadi pemisahan total lempeng epifisis


tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-sel
pertumbuhan lempeng epifisis masih
melekat pada epifisis. Fraktur ini meliputi
zona hipertrofi dan zona kalsifikasi. Fraktur
ini terjadi oleh karena adanya shearing
force dan sering terjadi pada bayi baru lahir
dan pada anak-anak yang lebih muda.

Tipe II

Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan.


Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis
dan
membelok
ke
metafisis
dan
akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang
berbentuk segitiga yang disebut dengan tanda
Thurston-Holland.
Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis
masih melekat.
Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini
biasanya terjadi karena trauma shearing force
dan membengkok.

Tipe III

Merupakan fraktur intra-artikuler.


Garis fraktur mulai permukaan sendi
melewati
lempeng
epifisis
kemudian
sepanjang garis lempeng epifisis dan
biasanya ditemukan pada epifisis tibia
distal.

Tipe IV

Fraktur tipe IV juga merupakan fraktur


intra-artikuler
yang
melalui
sendi
memotong epifisis serta seluruh lapisan
lempeng epifisis dan berlanjut pada
sebagian metafisis. Jenis fraktur ini
misalnya fraktur kondilus lateralis humeri
pada anak-anak.

Tipe V

Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat


hancurnya epifisis yang diteruskan.
Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan
kaki dan sendi lutut. Diagnosis sulit karena
secara radiologik tidak dapat dilihat.

Diagnosis
Anamnesis

Gejala fraktur:
Rasa nyeri dan bengkak pada tulang yang
patah
Adanya riwayat trauma
Deformitas
Krepitasi
adanya gangguan fungsi seperti adanya
kekakuan sendi atau kelemahan otot akibat
trauma

Pemeriksaan fisik

Yang sangat penting dalam menilai pasien dengan fraktur


adalah memperhatikan luka pada muskuloskeletal dan ABCD
(airway, breathing, circulation).
Look (inspeksi)

Dimulai saat penderita masuk ke ruangan periksa.


Perhatikan raut muka penderita, cara berjalan, cara duduk dan
cara tidur.
Biasanya pasien datang terlihat kesakitan, mencoba melindungi
anggota badan yang patah.
Inspeksi selanjutnya adalah melihat ada tidaknya perubahan
warna kulit dan tekstur kulit (adanya kemerahan), adanya atrofi,
hipertrofi atau luka bekas operasi, adanya bengkak, atau
pemendekan. Pada saat menilai fraktur, yang harus diperhatikan
jaringan lunak karena pada fraktur akut biasanya disertai trauma
jaringan lunak.

Feel (palpasi)

suhu kulit apakah lebih panas/lebih dingin


dari sekitarnya
denyut nadi
spasme otot,
nyeri tekan pada daerah setempat,
palpasi tulang untuk melihat apakah
terdapat penonjolan dari tulang atau
dislokasi.
Dengan menggabungkan dari palpasi dan
auskultasi akan didapatkan krepitasi

Move (pergerakkan)

pergerakkan sendi

Aktif

Pasif
evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
stabilitas sendi

pemeriksaan stabilitas sendi dilakukan dengan memberikan


tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati
pemeriksaan ROM (range of motion)
setiap sendi memiliki batas gerakkan normal yang menjadi
patokan untuk gerakan abnormal yaitu: abduksi, adduksi,
ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,
supinasi, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan foto polos


Foto rontgen harus memenuhi beberapa syarat
radiologis rule of two fraktur
a.Two view: anteroposterior (AP) view dan lateral view
b.Two Joints: Memuat 2 sendi di proksimal dan distal
fraktur
c.Two limbs: Memuat gambaran foto 2 ekstremitas,
yaitu ekstremitas yang tidak terkena cedera (pada
anak)
d.Two occasion: Dilakukan foto sebanyak 2 kali, yaitu
sebelum tindakan dan sesudah tindakan

Dalam pemeriksaan foto rontgen yang perlu

diperhatikan pada foto polos adalah:


Densitas

tulang (lokal ataupun menyeluruh)


apakah
berkurang/mengalami
penipisan
(rarefaksi) atau malah bertambah (sklerosis)
Kortek dan medula diperhatikan secara teliti
Hubungan antara kedua tulang apakah dislokasi
atau tidak
Apakah terdapat garis fraktur
Kontur umum tulang untuk melihat deformutas
Perubahan jaringan lunak dinilai apakah terdapat
pembengkakan atau atrofi

Tatalaksana
Prinsip-prinsip penatalaksanaan fraktur
a. Penatalaksanaan awal

- primary survei
- resusitasi

a. Prinsip umum pengobatan fraktur

First do no harm (primum non nocere)/ jangan


membuat keadaan lebih buruk
Base treatment on an accurate diagnosis and
prognosis (pengobatan berdasarkan diagnosis
dan prognosis yang akurat)
Select treatment with specific aim (seleksi
pengobatan dengan tujuan khusus)
Cooperate with the law of nature (mengingat hukumhukum penyembuhan secara alami)
Be realistic and practical in your treatment (bersifat
realistis dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
Select treatment for your patient as an individual

Prinsip pengobatan fraktur


Recognition (Diagnosis dan penilaian

fraktur)
Prinsip pertama dalam mengetahui dan

menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatiakan:
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menemukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengobatan.

Reduction (mengembalikan)
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk

mendapatkan posisi yang tepat seperti


semula. Sedapat mungkin mengembalikan
fungsi normal dan mencegah komplikasi.
Situasi yang tidak memerlukan reduksi
Fraktur seperti fraktur klavikula, iga dan fraktur

impaksi dari humerus


Angulasi <5 pada tulang panjang anggota gerak
bawah dan atas

Retention
Imobilisasi fraktur

Rehabilitation
Mengembalikan aktivitas fungsional

semaksimal mungkin.

Metode pengobatan fraktur


1. Konservatif
Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)
Untuk mencegah trauma lebih lanjut. Ex pemakaian

sling (mitela) dan tongkat


Indikasi: fraktur yg tidak bergeser, fraktur iga stabil,
phalang.
Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
Imobilisasi dengan bidai eksterna hanya
memberikan sedikit imobilisasi. Biasanya
menggunakan plaster of paris (gips)
Indikasi: digunakan pada fraktur yang perlu
dipertahankan posisinya dalam proses
penyembuhan

Reduksi tertutup dengan manipulasi dan

imobilisasi eksterna, menggunakan gips


Reduksi tertutup dengan menggunakan
anastesi lokal ataupun umum
Reposisi dengan melawan kekuatan
terjadinya fraktur
indikasi
- sebagai bidai pada fraktur pertolongan
pertama
- imobilisasi untuk mencegah fraktur
patologis
- sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi
interna yang kurang kuat

Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut

diikuti dengan imobilisasi


Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti
dengan traksi berlanjut yaitu dengan traksi
kulit atau traksi tulang

Reduksi tertutup dengan traksi continue dan

counter traksi
Dengan menggunakan alat mekanik, seperti bidai

thomas, bidai brown bohler


Bertujuan untuk reduksi bertahap dan imobilisasi
Indikasi:
Bila reduksi tertutup dengan manipulasi dan
imobilisasi tidak memugkinkan serta untuk
mencegah tindakan operatif. Misalnya pada
fraktur vertebra servikalis
Bila terdapat otot yang kuat mengelilingi fraktur
dan menyebabkan adanya angulasi, rotasi yang
menimbulkan malunion atau delayed union
Fraktur femur pada anak

Ada 4 metode traksi kontinu yang digunakan:


Traksi kulit
Menggunakan leukoplas yang melekat pada kulit dan

disertai pemakaian bida thomas atau brown bohler.


Traksi menetap
Menggunakan leukoplas yang melekat pada kulit dan

disertai pemakaian bida thomas atau brown bohler


yang difiksasi pada salah satu bagian dari bidai thomas.
Traksi tulang
Dengan kawat Kirschner (K-wire)

Traksi berimbang dan traksi sliding


Biasa digunakan untuk fraktur femur

Komplikasi
Tromboemboli
Infeksi
Leukoplas mengalami robekan sehingga

fraktur bergeser
Terjadi distaksi antara kedua fragmen fraktur

2. Reduksi tertutup dengan fiksasi interna


atau fiksasi perkutaneus dengan k-wire
Selain melakukan reduksi tertutup pada
fraktur yang bersifat tidak stabil, maka
reduksi dapat dipertahankan dengan
memasukkan k-wire perkutaneus. T
eknik ini biasanya memerlukan bantuan
alat rontgen image intesifer (C-arm)

3. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi


eksterna tulang
Tindakan operasi harus diputuskan dengan
cermat dan dilakukan oleh ahli bedah. Operasi
harus dilakukan secepatnya (dalam satu
minggu).
Alat yang digunakan dalam operasi yaitu kawat
bedah, kawat kirschner, screw, dan plate.
Operasi dilakukan dengan cara membuka
daerah fraktur dan fragmen direduksi secara
akurat dengan pengelihatan langsung.

Reduksi terbuka dengan fiksasi interna


Indikasi
Fraktur intrartikuler
Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan
Bila diperlukan fiksasi rigid misal pada fraktur leher

femur
Fraktur terbuka
Multiple fraktur
Bila terdapat interposisi jaringan
Fraktur epifisi

Reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna


Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksterna

dengan menggunakan screw dengan


metilmetakrilat atau fiksasi eksterna dengan
jenis-jenis lain
Indikasi
Fraktur terbuka grade II dan grade III
Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau

tulang yang hebat


Fraktur dengan infeksi
Fraktur yang miskin jaringan ikat
Fraktur tungkai bawah pada penderita diabetes

Komplikasi reduksi terbuka


Infeksi (osteomielitis)
Kerusakan pembuluh darah dan sarf
Kekakuan sendi bagian proksimal dan distal
Kerusakan periosteum yang hebat sehingga

terjadi delayed union atau mal union


Emboli lemak

4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian


dengan protesis
Pada fraktur leher femur dan sendi siku
orang tua, biasanya terjadi nekrosis
avaskular dari fragmen atau nonunion,
karena itu diperlukan pemasangan protesis
yaitu alat dengan komposisi metal tertentu
untuk menggantikan bagian yang nekrosis.

Tatalaksana luka pada fraktur


terbuka
Pembersihan luka
Eksisi jaringan yang mati dan tersangka

mati (debrideman)
Pengobatan fraktur itu sendiri
Penutupan kulit
Pemberian antibiotik
Pencegahan tetanus

Komplikasi fraktur terbuka


Perdarahan, syok septi sampai kematian
Septikemia, toksemia oleh karena infeksi

piogenik
Tetanus
Gangren
Perdarahan sekunder
Osteomielitis
Delayed union
Nanunion dan malunion
Kekakuan sendi

Proses penyembuhan fraktur


Proses hematom

Proses
hematom
merupakan
proses
terjadinya pengeluaran darah hingga
terbentuk hematom (bekuan darah) pada
daerah terjadinya fraktur.
Hematom ini kemudian akan menjadi
medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis
dan vaskuler sehingga hematom berubah
menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler
didalamnya.

Proses proliferasi

Pada
proses
ini,
terjadi
perubahan
pertumbuhan pembuluh darah menjadi
memadat, dan terjadi perbaikan aliran
pembuluh darah.

Proses pembentukan callus

Pada orang dewasa antara 6-8 minggu,


sedangkan pada anak-anak 2 minggu.
Callus merupakan proses pembentukan
tulang baru, dimana callus dapat terbentuk
diluar tulang (subperiosteal callus) dan
didalam tulang (endosteal callus). Proses
perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa,
sehingga trabekula yang dibentuk dengan
tidak teratur oleh tulang imatur untuk
sementara bersatu dengan ujung-ujung
tulang yang patah sehingga membentuk
suatu callus tulang.

Proses remodeling

Proses remodeling merupakan tahapan


terakhir dalam penyembuhan tulang, dan
proses pengembalian bentuk seperti
semula. Proses terjadinya remodeling
antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus
dan konsolidasi.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai