Anda di halaman 1dari 22

HIPEREMESIS

GRAVIDARUM
Desti Winda Utami (1210211028)

Definisi
Muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu

Epidemiologi

Hiperemesis gravidarum jarang


menyebabkan kematian tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi
25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali
Kondisi hiperemesis yg terjadi terusmenerus dan sulit sembuh membuat
pasien depresi dan bahkan ibu dapat
merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan

Faktor risiko

Hiperemesis gravidarum pada kehamilan


sblmnya
BB berlebih
Kehamilan multiple
Penyakit trofoblastik
Nuliparitas
Merokok

Etiopatogenesis
F. Biologis
perub kadar hormon selama kehamilan
hCG yg akan merangsang ovarium
meproduksi estrogen Mual muntah
progesteron menghambat motilitas
lambung dan irama kontraksi otot polos
lambung
F. Psikososial

Klasifikasi

Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III

Klasifikasi

Tingkat I
Muntah terus menerus,
intoleransi pada makanan dan minuman,
nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makan, lendir dan
sedikit cairan empedu, dan yang terakhir
keluar darah
Nadi meningkat s.d. 100x menit
TD sistolik
Mata cekung dan lidah kering
Turgor berkurang
Urin sedikit tp masih N

Tingkat II

Gejala lebih berat,


intoleransi makanan dan minuman
Haus hebat
Subfebril, Nadi cepat dan > 100-140 x/menit, TD
sistolik < 80 mmHg
Apatis, kulit pucat
Lidah kotor, Kdg ikterus,
Aseton
(+) bilirubin dlm urin
BB drastis

Tingkat III
Kondisi ini sangat jarang
Pasien bisa sampai kehilangan kesadaran
(delirium-koma)
Muntah berkurang atau berhenti
Dapat tjd ikterus, sianosis
Nistagmus
Ggn jantung
Bilirubin dan proteinuria dalam urin

Diagnosis

Didahului dengan mendiagnosis adanya kehamilan


Muntah hebat sampai mengganggu aktivitas seharihari
Px. Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, BB
menurun, vaginal toucher: uterus besar sesuai usia
kehamilan dan konsistensi lunak. Px inspekulo:
serviks berwarna biru (livide)
Px. USG : utk mengetahui kondisi kesehatan
kehamilan
Px. Lab : relatif Hb dan Ht, shift to the left, benda
keton dan proteinuria
Utk keadaan hiperemesis berat dan berulang
pertimbangkan utk konsultasi ke psikologis

DDx

Ulkus peptikum
Kolestasis
Appendisitis akut

Gejala Klinis

Mual muntah hebat mulai pada trimester


I
BB turun
Ptialism (hipersalivasi)
Tanda-tanda dehidrasi
Px lab abnormal Hb ht meningkat, ada
protein dan bilirubin dalam urin, ggn
elektrolit
Hipertiroid

Manajemen dan
Tatalaksana

Utama rehidrasi dan penghentian


makan peroral
Tambahan antiemetik dan vitamin
secara IV

Tatalaksana awal

Pasien dirawat inap


Rehidrasi dengan NaCL atau RL
Hentikan pemberian makan 24-48 jam
Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40
tetes per menit. Tujuan : mengentikan
pemecahan lemak
Vit B1 (tiamin) 100 mg diberikan sebelum
pemberian dekstrosa
Dilanjutkan sampai pasien bisa mentoleransi
cairan peroral dan perbaikan hasil lab.

Pengaturan diet

Pasien hiperemesis tingkat III dikasih diet


hiperemesis tingkat I. Makan yg diberikan
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan
diberikan 1-2 jam setelah makanan masuk.
Rendah zat gizi kecuali vit C shg hanya
diberikan beberapa hari.
Bila muntah berkurang berikan diet
hiperemesis tingkat II. Mulai diberikan
makanan bergizi tinggi scr bertahap, minuman
tdk diberikan bersama makanan. Masih
rendah zat gizi kecuali vit A dan D

Diet hiperemesis III diberikan kepada


hiperemesis ringan. Pemberian minuman
dapat bersamaan dgn pemberian
makanan. Diat ini cukup semua gizi
kecuali kalsium

Tatalaksana Farmakologi
Diberikan bila perubahan pola makan tidak
mengurangi gejala dan setelah rehidrasi dan
kondisi hemodinamik stabil
Menurut american college of obstetricians and
gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10
mg piridoksin (B6) + 12,5 mg mg doxylamine
(antihistamin) per oral tiap 8 jam sbg terapi lini
pertama terbukti 70% atasi mual muntah
Antiemetik konvensional fenotiazine dan
benzamine. Bila alergi thd gol fenotiazin
ganti prometazin

Prometazine

Farmakokinetik dan Farmakodinamik AH1

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi


secara baik.
Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan
maksimal setelah 1-2 jam.
Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira
4-6 jam, untuk golongan klorsiklizin 8-12 jam. kemudian
dieliminasi dengan masa paruh kira-kira 4 jam.
Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada
limpa, ginjal, otak, otot dan kulit kadarnya lebih rendah.
Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati, tetapi dapat
juga pada paru-paru dan ginjal.
AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama
dalam bentuk metabolitnya.

Obat-obat lain

Anda mungkin juga menyukai