Anda di halaman 1dari 33

KASUS DISENTRI PADA WANITA USIA 60

TAHUN DI PUSKESMAS LHOKSUKON


KABUPATEN
ACEH UTARA JUNI 2014
Vonalia Nurul Annisa
090610057

Pembimbing :
dr. Cut Khairunnisa, M.Kes

Pendahuluan

Definisi

dys = gangguan
Enteron = usus
Peradangan pada usus besar yang
ditandai nyeri perut, buang air besar cair
terus menerus dan disertai lendir dan
darah.

Epidemiologi
Disentri

Etiologi
Shigella
1. S. dysentriae
2. S. bondii
3. S. flexneri
4. S. sonnei

Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan


Entamoeba hystolitica.

Patofisiologi
kolonisasi kuman di jejunum/ileum/kolon

invasi ke sel epitel

mukosa usus & lamina propia infiltrasi sel sel radang, produksi
enterotoksin invasi ke plak payeri dan KGB mesenterium
hipertrofi, penurunan aliran darah ke mukosa nekrosis mukosa,
terjadi ulkus eritrosit dan plasma keluar ke lumen tinja berlendir
bercampur darah - terjadi terus menerus luka, nyeri daerah anus
dehidrasi timbul rasa haus, kulit kering dan dingin , turgor kulit
menurun, wajah kebiruan, ekstremitas dingin

GEJALA KLINIS

Masa tunas dari hitungan jam s/d 3 hari timbul gx


seringkali cepat, dadakan atau kadang per-lahan
gejala :
defekasi sedikit2, dan terus menerus
sakit perut kolik
vomitus
sakit kepala
feses disertai lendir & berdarah
suhu tubuh > 39. c
perut tampak cekung

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan mikroskopik tinja adanya eritrosit


dan leukosit PMN.
GOLD STANDART dilakukan kultur dan bahan
tinja segar atau hapus rectal.
Pemeriksaan sigmoidoskopi dilakukan bila segera
diperlukan kepastian diagnosis apakah gejala yang
terjadi merupakan disentri atau manifestasi akut
kolitis ulserativa.

Enzim immunoassay : deteksi toksin


Aglutinasi : (+) pd pengenceran 1/50
PCR

Penatalaksanaan
Atasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Diet
Antibiotik
1. Ampisilin 4 kali 500 mg per hari
2. Kotrimoksazol 2 kali 2 tablet per hari
3. Tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari
. Pengobatan Simptomatik

prognosis
.

Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit,


diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan
bakteri terhadap obat yang diberikan.

Pencegahan

Sanitasi Lingkungan

Pembuangan
kotoran
manusia
yang
memenuhi syarat.
Menggunakan air minum dari sumber air
bersih
Menutup dengan baik makanan dan minuman
dari kemungkinan kontaminasi serangga
(lalat, kecoa), hewan pengerat (tikus), hewan
peliharaan (anjing, kucing) dan debu.
Membuang kotoran, air kotor dan sampah
organik
secara
baik
dengan
tidak
membuangnya secara sembarangan

Komplikasi

Ekstraintestinal : bakteremia, arthritis,


neuritis perifer
Hemolytic Uremic syndrome

BAB 3
LAPORANKASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. N
Umur
: 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat
: Matang pupanji, Lhoksukon

ANAMNESIS

Keluhan utama

: BAB cair disertai lendir dan darah

Keluhan tambahan

Riwayat penyakit sekarang : pasien datang ke puskesmas


lhoksukon dengan keluhan buang air besar cair dialami pasien
sejak 2 hari yang lalu sebelum dirawat di puskesmas. BAB cair
10 kali dalam sehari, ampas sedikit, bau (-), ada lendir dan
darah merah terang juga disertai mual dan muntah terus
menerus, nyeri perut bagian bawah dirasakan terutama
setelah selesai BAB. Sebelumnya pasien sudah coba berobat
ke mantri terdekat, namun keluhan tidak berkurang. Pasien
mengaku mengonsumsi makanan dan minuman seperti biasa.
Saat ini nafsu makan pasien berkurang.

: Mual muntah, lemas dan nyeri perut

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat dengan


keluhan BAB cair disertai darah dan lendir
disangkal, riwayat penyakit maag (+),
hipertensi(-), DM (-)
Riwayat pemakaian obat : pasien mengaku
mengonsumsi obat dari mantri terdekat.
Riwayat penyakit keluarga : disangkal
VITAL SIGN
Tinggi badan
: 158 cm
Berat badan
: 60 kg
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Frekuensi nadi
: 80x/i, regular
Frekuensi napas
: 22x/i

PEMERIKSAAN FISIK
Regio Kepala/Leher
a. Bentuk kepala normal
b. Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-),
c. Pembesaran kelenjar getah bening (-)
d. Pernapasasan cuping hidung (-)

Regio Thorax
Paru-paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan
dinding
dada simetris, retraksi
intercostalis (-),
pelebaran intercostalis (-).
b. Palpasi : Pergerakan dada simetris, raba
fremitus
simetris.
c. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Suara napas simetris, rhonki
(-/-),
wheezing (-/-).

Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi : Batas jantung kanan :
axilaris anterior
line dekstra,
Batas jantung kiri
:
midclavicula
line ICS V sinistra
d. Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular,
murmur (-),
gallop (-)

Regio Abdomen
a. Inspeksi : Distensi (-)
b. Auskultasi : Peristaltik kesan meningkat
c. Palpasi : Soefl, turgor baik, defans muskular (-),
organomegali (-), nyeri tekan abdomen (+)
d. Perkusi : Distribusi timpani di keempat kuadran,
shifting
dulness (-)
Regio Ekstremitas
a. Inspeksi : Edema (-), deformitas (-).
b. Palpasi : Akral hangat, turgor baik, edema (-), nyeri
tekan (-), tonus dan kekuatan otot normal, refleks
fisiologis normal, refleks patologis (-)

3.5 RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK


DIAGNOSIS
a. Darah perifer : Hemoglobin, Leukosit, Trombosit,
Hematrokit
b. Feses Lengkap
c. Kultur feses
3.6 DIAGNOSIS
Diagnosa kerja : Disentri basiler
Diagnosa banding :- disentri amoeba
- amebiasis
- giardiasis

3.7 PENATALAKSANAAN PUSKESMAS


a. Infus RL 20 gtt/i
b. Inj. Ranitidin 1 A/12 jam
c. Cotrimoxazole 2x 960 mg
d. Antasida 3x1 (a.c)
e. B.complex 2x1
3.8 PROGNOSA

Dubia Ad vitam : ad bonam


Dubia Ad fungsionam : ad bonam
Dubia Ad sanationam : ad bonam

3.9 FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN FISIK DARI PENYAKIT


1. Sarana air bersih yang belum memadai, warna air keruh
dan pasien masih menggunakan air sumur tanah tanpa
disaring terlebih dahulu untuk keperluan cuci dan
memasak.
2. Sumur yang digunakan tidak memenuhi kriteria karena
sumur tidak diberi penutup sehingga kotoran lain dapat
masuk ke dalamnya.
3. Tempat pembuangan sampah berada di dekat kamar
mandi, sampah tersebut jarang dibakar dan dibiarkan
membusuk dengan sendirinya.
4.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak


memadai, menimbulkan bau dan terbuka.

3.10 FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN BIOLOGIS DARI


PENYAKIT

Mikroorganisme yang mendukung terjadinya Disentri


basiller adalah Shigella sp
3.11 FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN SOSIAL DARI
PENYAKIT

a. Sosial Ekonomi
Kondisi ekonomi pada keluarga ini tergolong menengah
ke bawah yang menyebabkan pasien sulit memenuhi
kebutuhan gizi sehari-hari, sulit memenuhi sarana air
bersih yang memadai dan terkendala dalam pengobatan
ke puskesmas.

b. Pendidikan dan Pengetahuan


Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan
yang kurang mengenai prilaku hidup bersih dan
sehat dalam rumah tangga menyebabkan pasien
mengalami penyakit disentri
c. Akses pelayanan kesehatan
Jarak antar rumah dan puskesmas jauh sehingga
terlambat mendapatkan pengobatan yang akurat
dan keterbatasan biaya (transport) ke puskesmas
juga menjadi masalah.

PENENTUAN MASALAH KESEHATAN


a.

b.

c.

d.

Disentri merupakan penyakit yang dapat menular dari


makanan yang terkonta minasi dengan kuman shigella, dan
rentan terkena pada anak-anak dan lansia, di pegaruhi oleh
imunitas.
Ketahanan tubuh pasien yang berkurang sehingga kuman
dengan cepat menginfeksi saluran cerna seseorang dengan
cepat.
Lingkungan rumah yang tidak sehat sehingga bakteri dapat
berkembang biak.
Rendahnya tingkat pengetahun akan komplikasi dari penyakit
disentri sering mengakibatkan angka kematian yang tinggi.

3.13 UPAYA PROMOTIF PADA


DISENTRI

Memberitahukan kepada pasien tentang penyakit


disentri dan komplikasi apabila terlambat
penanganan.
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang prilaku
hidup bersih dan sehat untuk menjaga kebersihan
dirin.
Meningkatkan pengetahuan untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan penggunaan jamban
sehat.
Menganjurkan untuk menggunakan sumber air yang
bersih, apabila menggunakan sumur tanah airnya
harus disaring terlebih dahulu dan dimasak hingga
mendidih.

UPAYA PREVENTIF PADA DISENTRI

Mengkonsumsi air yang telah disaring dan


dimasak sampai mendidih.
Mencuci tangan yang benar pada lima waktu
yaitu sebelum makan, setelah BAB, sebelum
memegang bayi, setelah menceboki anak dan
sebelum menyiapkan makanan.
Membuang tinja yang baik dan benar dengan
cara BAB di jamban yang memadai dan
menyiram sampai tinja tidak terlihat lagi.
Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan
tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, dan
sebagainya).

UPAYA KURATIF PADA


DISENTRI
Upaya kuratif pada pasien mencakup:
Rehidrasi
Pemberian makanan
Pemberian antibiotik

UPAYA REHABILITATIF
DISENTRI
Istirahat yang cukup selama dirawat di rumah.
Menjaga kualitas dan kuantitas makanan seharihari di rumah.
Menganjurkan mencuci tangan secara rutin
sebelum makan dan menggunakan sabun,
memasak air sebelum di minum.
Menyarankan untuk selalu menggunakan jamban
keluarga yang memenuhi kriteria, serta tidak
membuang tinja sembarangan
Menyarankan menjaga kebersihan makanan
yang di konsumsi

UPAYA PSIKOSOSIAL PADA DISENTRI

Pemberian dukungan/motivasi kepada


psien agar tidak panik dengan keluhan
yang dialami.
Memberikan motivasi untuk
mengkonsumsi terus mengkonsumsi
makanan yang sehat di usia lanjutnya
Memberikan motivasi kepada pasien
untuk mengubah kebiasaan nya untuk
hidup bersih dan sehat.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai