Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH DARI

WAKTU KE WAKTU

KELAS C-1

AFIF HAMKA (20.1065)

TYAS ARDHIYANSAH ( 20.0678)


RUANG LINGKUP PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Sebagai suatu bidang kajian, Perencanaan Pengembangan Wilayah ini tergolong


dalam keilmuan yang bersifat multidisiplin, meliputi bidang-bidang ilmu mengenai fisik,
sosial ekonomi, hingga manajemen.
Sebagai suatu kumpulan ilmu, “alat” (tool) serta pendekatan-pendekatan dalam
proses perencanaan dan pembangunan, mencakup 3 aspek, yaitu:
Aspek pemahaman, yakni mencakup berbagai ilmu-ilmu pengetahuan dan teori-
teori untuk memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan
antarwilayah.
Aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah, formulasi visi, misi dan
tujuan pembangunan, teknik-teknik design dan pemetaan, sistem pengambilan keputusan
hingga perancangan teknis dan kelembagaan perencanaan.
Aspek kebijakan, mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, serta proses
pelaksanaannya, termasuk proses-proses politik, administrasi, dan manajerial
pembangunan.
Pemahaman geografi lebih menekankan pada aspek kewilayahan (ruang),
sedangkanilmu ekonomi dan sosiologi kepada perilaku manusia. Sedangkan perilaku
manusia itu berlangsung di dalamnya, mempengaruhi dan dipengaruhi.
REGIONAL SCIENCE (ILMU WILAYAH)

Regional science merupakan ilmu yang relatif baru. Pada awal perkembangannya,
ilmu wilayah (regional science) muncul sebagai suatu kritik terhadap ilmu ekonomi yang
lazim (Neoclasical Economy) di tahun 1950-an yang timbul karena teori ekonomi dianggap
terlalu menyederhanakan permasalahan karena hanya melihat dari sisi penawaran (supply)
dan permintaan (demand) secara agrerat yang seolah-olah mengabaikan aspek ruang.
Berdasarkan kritik-kritik tersebut, ilmu wilayah dikembangkan sebagai ilmu
pengetahuan terapan baru, dengan memasukkan dimensi ruang (lokasi) terhadap ilmu
ekonomi, sehingga menjadi suatu ilmu baru.
Secara harfiah, ilmu wilayah dapat dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-
aspek dan kaidah-kaidah kewilayahan, dan mencari cara-cara yang efektik dalam
mempertimbangkan aspek-aspek ndan kaidah-kaidah tersebut ke dalam proses
perencanaan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan manusia.
Mayhew (1997), reginal science adalah suatu interdisiplin yang mengkhususkan pada
integrasi analisis-analisis fenomena sosial dan ekonomi wilayah, mencakup aspek-aspek
perubahan, antisipasi (peramalan) perubahan-perubahan hingga perencanaan
pembangunan di masa yang akan datang dengan penekanan pada permodelan-permodelan
matematis.
ILMU WILAYAH DAN ILMU-ILMU KEWILAYAAN LAINNYA

Pada awalnya, ilmu kewilayahan ini bersumber pada dua


mashab, yakni regional economics (ekonomi wilayah) dan
regional geography (geografi wilayah). Kalangan mashab
ekonomi wilayah, menganalisa keruangan dengan
menganalogikan teori-teori ekonomi umum, sedangkan mashab
geografi wilayah lebih mendasarkan pada sifat-sifat dasar
keruangan secara geografis dan implikasinya terhadap evolusi
spatio-temporal dari tatanan perekonomian yang kompleks
Para ahli kewilayahan kemudian lebih mengembangkan
ilmu-ilmu lebih spesifik. Ilmu-ilmu kewilayahan yang
dikembangkan tersebut seperti Perencanaan Wilayah (Regional
Planning), Pembangunan Wilayah (Regional Development),
Ekonomi Wilayah (Regional Economic) serta Perencanaan Kota
(Urban Planning) dan Perencanaan Perdesaan (Rural Planning)
CIRI DAN ORIENTASI ILMU-ILMU PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Pemilihan model, konsep dan pendekatan wilayah yang


dipergunakan banyak menentukan jenis alat analisis yang dinilai
relecan untuk dikembangkan.
Sebagai suatu kombinasi dari seni serta kumpulan-kumpulan
pengalaman dan pendekatan. Kajian perencanaan dan
pengembangan wilayah memiliki sifat: 1. berorientasi kewilayahan,
2. futuristik, 3. berorientasi publik.
Walaupun falsafah-falsafah ekonomi sangat dominan
menwarnai kerangka berpikir ilmu ini, namun dalam praktiknya
lebih menekankan keberpihakan pada publik dibandingkan
individu.
Ilmu-ilmu atau kajian-kajian mengenai perencanaan
pengembangan wilayah secara umum ditunjang oleh empat pilar
pokok, yaitu;
1. INVENTARISASI, KLASIFIKASI, DAN EVALUASI SUMBER DAYA

Sumber Daya adalah segala bentuk-bentuk input yang dapat


menghasilkan utilitas (kemanfaatan) proses produksi atau penyediaan
barang dan jasa.Sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu sumber daya
jika :

1.Manusia telah memiliki atau menguasai teknologi untuk


memanfaatkannya
2.Adanya permintaan untuk memanfaatkannya.

Evaluasi sumber daya merupakan proses untuk menduga potensi


dan daya dukung sumber daya untuk berbagai penggunaan. Dengan
demikian evaluasi sumber daya adalah membadingkan persyaratan
yang diperlukan untuk penggunaan suatu sumber daya dengan sifat
yang dimilliki oleh sumber daya tersebut.
2. ASPEK EKONOMI

Mengingat keterbatasan atau kelangkaan (scarcity) dan ketidak


merataan sumberdaya,maka setiap potensi sumber daya yang ada
harus di manfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini mengandung arti
bahwa sumberdaya harus dimanfaatkan se efisiaen dan seefektif
mungkin.dalam teori ekonomi,prinsip efisiensi dibagi dua jenis
yaitu:
a. Efisiesi Produksi
Efisiensi produksi dicapai dengan meminimumkan biaya untuk
suatu menghasilkan unit output.
b. Efisiensi alokasi
Efisiensi Alokasi adalah Suatu kondisi dimana kondisi
output,sumberdaya yang di alokasikan adalah maksimum dan harga
produksi barang sama dengan biaya marjnalnya
3. ASPEK KELEMBAGAAN (INSTITUSIANAL)

Pengasaan dan pengelolaan sumber daya sangat ditentukan oleh


sistem kelembagaaan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Sistem nilai yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat,
dapat menentukan pembagian tanah atau lahan bagi anggota
masyarakat.
Kelembagaan (institution), sebagai kumpulan aturan main (rulu
of game)dan organisasi, berperan penting dalam
penggunaan/alokasi sumber daya secara efisien, merata dan
berkelanjutan(sustainable). Dalam konsep ekonomi kelembagaan
(institutional economic), organisasi merupakan suatu bagian
(unit) pengambil keputusan yang didalam nya diatur oleh sistem
kelembagaan atau aturan main (behavior rule).
4. ASPEK LOKASI/SPASIAL

Sumber daya alam sering kali memiliki lokasi yang melekat pada
posisi geografisnya ,hampir tidak bisa memindahkan sumber dya
seperti sungai,gunung,danau dan sebagainya.
Hukum Geografi “Tobler”yang pertama menyebutkan bahwa: “setiap
hal memiliki keterkaitan dengan hal lainnya ,namun yang lebih
berdekatan memiliki keterkaitan lebih dari lainnya”. Aspek spasial
adalah fenomena yang alami. Sangat wajar apabila perkembangan
suatu wilayah lebih dipengaruhi oleh wilayah disebelahnya atau lebih
dekat dibanding wilayah lainyang lebih berjauhan akibat adanya
interaksi sosial ekonomi antar penduduk.
Dalam konteks spasial,jarak bukanlah satu-satunya unsur ,namun
aspek-aspek spasial yang lain juga mencakup arah dan konfigurasi
yang lebih luas.
PARADIGMA BARU PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Teori-teori pembangunan selalu berkembang dan mengalami koreksi, sehingga selalu


melahirkan pergeseran tentang nilai-nilai yang dianggap benar dan baik di dalam
proses pembangunan, yang biasa disebut sebagai pergeseran paradigma atau lahirnya
paradigma baru
Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata fenomena dalam dimensi lokal damn
regioanla namun juga merupakan bagian tak terpidahkan dari kepentingan makro
(skala nasional) bahkan global. Secara historis, kajian pembangunan wilayah dimulai
dari timbulnya kesadaran akan adanya masalah-masalah ketidakseimbangan
pembangunan secara spasial.
Banyak sekali pendekatan-pendekatan sistematik yang lahir dari ilmu kewilayahan,
karena memberikan petunjuk jenis analisis empiris dan formulasi kebijakan dan tidak
dapat dipraktekkan untuk pengembangan wilayah di negara-negara Dunia Ketiga.
Ilmu wilayah lebih memenuhi paradigma “partial” untuk negara-negara sedang
berkembang dalam rangka kebutuhan pengembangan wilayah. Dengan demikian
proses pergeseran pendekatan-pendekatan pembangunan selalu terkait dengan
pergeseran paradigma-paradigma pembangunan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai