Anda di halaman 1dari 13

REFERAT FARMASI

DM 39 S
Efek Antimikroba
berbagai Obat
Golongan Aminoglikosida

AMINOGLIKOSIDA
Grup antibiotik bakterisidal
Dihasilkan dari mikroorganisme ordo Actinomycetes
(Genus Streptomyces dan Microspora)

Efektif untuk bakteri basil gram negatif


Senyawa polikation, mengandung gugus
aminosiklitol dan gula amino melalui ikatan glikosidik

Stabilitas cukup baik pada suhu kamar, terutama


dalam bentuk kering

PREPARAT
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan
aminoglikosida antara lain amikasin, apramisin,
arbekasin, astromisin, bekanamisin, dibekasin,
dihidrostreptomisin, framisetin, gentamisin,
isepamisin, kanamisin, mikronomisin, neomisin,
netilmisin, sisomisin, streptomisin, dan
tobramisin.

EFEK ANTIMIKROBA

FARMAKODINAMIK
Difusi melalui kanal
air pada membran
luar bakteri gram
negatif

Ca++ , Mg++,
hiperosmolaritas,
penurunan pH dan
anaerobiosis.

Ruang
Periplasmik

Berikatan
30S
ribosom

Hambat sintesis
protein bakteri

Perlu
energi

FARMAKOKINETIK
Aminoglikosid sangat sukar diabsorpsi melalui saluran cerna.
Pemberian per oral untuk mendapatkan efek lokal.
Pemberian parenteral (IM) untuk mendapatkan kadar sistemik
Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu rata-rata
setengah sampai dua jam.
Sifat polarnya menyebabkan aminoglikosid sukar masuk sel.
Namun kadar tinggi dalam korteks ginjal, endolimfe dan perilimfe
telinga, menerangkan toksisitasnya terhadap alat tersebut.
Ekskresi melalui ginjal, .juga melalui empedu (streptomisin dan
gentamisin). Sebagian besar ekskresi terjadi dalam 12 jam
setelah obat diberikan.
Gangguan fungsi ginjal akan menghambat ekskresi
aminoglikosid, menyebabkan terjadinya akumulasi dan kadar
dalam darah lebih cepat mencapai kadar toksik. Karena
kekerapan terjadinya nefrotoksisitas dan ototoksisitas akibat
akumulasi aminoglikosid, maka perlu penyesuaian dosis pada
pasien gangguan ginjal.

EFEK NEFROTOKSIK
Kerusakan taraf permulaan ditandai dengan ekskresi enzim dari brush border tubulus renal
(alanin-aminopeptidase, fosfatase alkali dan -D-glukosaminidase). Setelah beberapa hari,
terjadi defek kemampuan konsentrasi ginjal, proteinuria ringan dan terdapatnya hialin serta
silinder granular, filtrasi glomerulus menurun setelahnya. Fase nonoliguria diduga akibat
pengaruh aminoglikosid pada bagian nefron distal. Nekrosis tubuli berat ditandai dengan
kenaikan kreatinin, hipokalemia, hipokalsemia, dan hipofosfatemia kadang-kadang dapat
terjadi. Gangguan fungsi ginjal hampir selalu bersifat reversibel karena sel tubuli proksimal
mempunyai kapasitas regenerasi.

Beratnya nefrotoksisitas berhubungan dengan kadar obat yang tinggi dalam plasma. Kadar
puncak lebih dari 12-15 g/mL gentamisin, tobramisin, sisomisin dan netilmisin diduga
meningkatkan nefrotoksisitas. Demikian juga kadar puncak lebih tinggi dari 32 g/mL untuk
amikasin dan kanamisin sedapat mungkin dihindarkan. Adanya insufisiensi faal ginjal, usia
lanjut dan penggunaan bersama obat tertentu (diuretik kuat, sefalotin, atau sefaloridin)
bertahan selama beberapa jam.

Potensi nefrotoksik terkuat dimiliki oleh neomisin, sedangkan yang terlemah ialah
streptomisin. Kanamisin dan gentamisin berada diantara keduanya. Frekuensi kejadian untuk
gentamisin ialah 2-10% atau rata-rata sekitar 4%. Nefrotoksisitas amikasin sama dengan
gentamisin, sebaliknya tobramisin memberi kesan kurang toksik atau sekurang-kurangnya
nefrotoksisitasnya tidak melebihi gentamisin. Dengan memantau kadar aminoglikosid dalam
darah, berbagai faktor risiko yang dihubungkan dengan nefrotoksisitas dapat dikontrol.

EFEK OTOTOKSIK
Meliputi efek vestibular dan koklear.
Berkaitan dengan tinggi kadar plasma puncak dan durasi
pengobatan.

Antibiotik dapat terakumulasi dalam endolimfe dan


perilimfe dari telinga bagian dalam.

Efek samping bisa berupa tuli yang mungkin ireversibel


dan telah terbukti dapat mempengaruhi perkembangan
janin.

Streptomisin dan gentamisin diketahui lebih toksik


terhadap rami vestibular, sedangkan neomisin dan
kanamisin lebih toksik terhadap rami auditori.

EFEK NEUROMUSKULAR
Reaksi toksik yang tidak biasa dari blokade neuromuskular akut
dan apnea dikaitkan dengan aminoglikosida. Pada manusia,
blokade neuromuskular terjadi setelah pemberian berangsur
angsur dari dosis besar aminoglikosida pada intrapleural atau
intraperitoneal. Namun, reaksinya juga dapat mengikuti
administrasi secara intravena, intramuskular, dan oral. Kebanyakan
kejadian berhubungan dengan anestesi atau administrasi dari agen
bloking neuromuskular. Pasien dengan myastenia gravis sangat
rentan terhadap blokade neuromuskular oleh aminoglikosida.

Aminoglikosida dapat menghambat pelepasan pre-junctional dari


asetilkolin dan juga mengurangi post-synaptic sensitivity dari
transmitter, tetapi Ca2+ dapat mengatasi efek ini, dan pemberian
secara intravena dari garam kalsium adalah pengobatan pilihan
untuk toksisitas.

EFEK LAINNYA
Alergi, anafilaksis, dan rash, termasuk rash pada
kulit, eosinofilia, demam, dyscrasia,
angioedema, dermatitis eksfoliatif, stomatitis,
anaphylactic shock.

PEMBAHASAN

KESIMPULAN
Aminoglikosida adalah grup antibiotik bakterisidal yang dihasilkan dari ordo
Actinomycetes, khususnya genus Streptomyces dan Microspora.

Aminoglikosida efektif melawan bakteri gram negative dengan berikatan pada


ribosom 30S pada bakteri sehingga bakteri tidak bisa menyintesis protein .

Aminoglikosida sukar diabsorbsi melalui saluran cerna. Ekskresi aminoglikosida


berlangsung melalui ginjal terutama dengan filtrasi glomerulus. Sebagian besar
ekskresi terjadi dalam 12 jam setelah obat diberikan.

Kadar tinggi aminoglikosida menumpuk dalam endolimfe dan perilimfe telinga


bagian dalam. Hal ini menyebabkan rusaknya sel-sel rambut pada koklea dan
vestibular sehingga menyebabkan tuli yang ireversible.

Efek samping antibiotik golongan Aminoglikosida akan menginduksi kerusakan


pada sel-sel tubulus ginjal. Aminoglikosida akan terakumulasi pada sel tubulus
ginjal dan menimbulkan inflamasi, inflamasi ini akan berakhir pada matinya
(apoptosis) sel stuktural penyusun ginjal, yang disebut dengan Gagal Ginjal
Akut.

Anda mungkin juga menyukai