Anda di halaman 1dari 32

OLEH

RAKHMAT NOPLIARDY

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI
2016

LITERATUR
Antara lain:

Filsafat Hukum: Apakah Hukum Itu oleh Drs. Lili Rasjidi, S.H.,LL.M.
Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum oleh Prof. Dr. H. Lili Rasjidi, S.H. LL.M.
Filsafat dan Teori Hukum Postmodern oleh Dr. Munir Fuady, S.H.,M.H. LL.M.
Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia oleh
Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. Dan Dr. Shidarta, S.H.,M.Hum.

Pengertian & Ruang Lingkup


Filsafat Hukum

Filsafat Hukum adalah cabang filsafat, khususnya cabang

filsafat moral (etika).


Posisi filsafat sebagai mater scientiarum menjadikan filsafat
hukum juga sebagai induk dari ilmu hukum.
Disiplin Hukum dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Ilmu Hukum;
2. Teori Hukum
3. Filsafat Hukum

1. Politik Hukum
DISIPLIN
HUKUM
(Teori Hk dlm
arti luas)

2. Filsafat Hukum
3. Ilmu Hukum (Teori Hk. dlm arti sempit):
- Ilmu ttg Norma
- Ilmu ttg Pengertian Hukum
- Ilmu ttg Kenyataan Hukum:
a. Sejarah Hukum;
b. Sosiologi Hukum;
c. Psikologi Hukum;
d. Perbandingan Hukum;
e. Antropologi Hukum.

Ilmu ttg norma dan Ilmu ttg pengertian hukum disebut Ilmu ttg
Dogmatik Hukum dengan ciri2: teoretis rasional dengan
menggunakan logika deduktif.
Ciri Ilmu ttg kenyataan hukum adalah teoretis empiris dengan
menggunakan logika induktif.

Filsafat Hukum membahas masalah-masalah hukum secara filosofis untuk mencari apa
hakikat hukum dan menemukan hukum yang benar dan adil bagi setiap masyarakat,
bangsa dan negara;

Filsafat Hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis;

Objek Filsafat Hukum adalah hukum yang dikaji secara mendalam sampai kepada intinya
yang disebut hakikat.

Modalitas untuk membahas masalah-masalah filsafat hukum adalah dengan memahami


dasar-dasar pengertian, sejarah dan aliran-aliran filsafat hukum;

Inti dari pembelajaran filsafat hukum adalah penguasaan aliran-aliran filsafat hukum
karena dengan bekal inilah semua permasalahan filsafat hukum mampu dianalisis
dengan baik melalui pendekatan integral-holistik;

Aliran-aliran utama filsafat hukum:


- Aliran Hukum Kodrat (Hukum Alam)
- Aliran Positivisme Hukum;
- Aliran Utilitarianisme;
- Mazhab Sejarah;

- Sociological Jurisprudence;
- Realisme Hukum
- Freierechtslehre

Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa
tujuannya, mengapa hukum ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping
menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga
membahasa soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan
masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum.

Filsafat hukum berusaha mencari suatu rechtsideal yang dapat menjadi dasar hukum
dan etis bagi berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat.

Menurut Satjipto Rahardjo, Filsafat Hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang


bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hukum, dasar-dasar
bagi kekuatan mengikat dari hukum.

Perbedaan Ilmu Hukum Positif dengan Filsafat Hukum, yaitu:


- Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan
mempertanyaan konsistensi logis dari asas-asas, peraturan-peraturan dan sistem
hukumnya sendiri.
- Filsafat hukum mengambil hukum sebagai fenomena universal sebagai sarana
perhatiannya, untuk kemudian dikupas dengan menggunakan standar analisis bersifat
mendasar tentang hukum.

OBJEK FISKUM

Ojek Pembahasan Fiskum masa lalu adalah terbatas masalah tujuan hukum terutama masalah
keadilan;
Saat ini Objek Fiskum adalah setiap permasalahan yang mendasar sifatnya yang muncul di
dalam masyarakat yang memerlukan suatu pemecahan oleh hukum.
Fiskum sekarang bukan lagi filsafat hukumnya para ahli filsafat seperti di masa-masa lampau,
melainkan buah pikiran para ahli hukum (teoritis maupun praktis) yang dalam tugas sehariharinya banyak menghadapi permasalahan yang menyangkut keadilan sosial di masyarakat.
Masalah-masalah hukum di masyarakat seperti:
- Hubungan hukum dengan kekuasaan;
- Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya;
- Apa sebabnya negara berhak menghukum seseorang;
- Apa sebabnya orang mentaati hukum;
- Masalah pertanggungjawaban;
- Masalah hak milik;
- Masalah kontrak;
- Masalah peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat;
- dlsbnya.

Masalah-Masalah
Filsafat Hukum

Masalah Klasik tentang: 1. Hakikat Hukum


2. Tujuan Hukum
3. Keadilan
4. Penaatan Hukum
5. Hak Negara Menghukum
6. Hubungan Hukum dan Kekuasaan

Masalah Kontemporer: 1. Hak Asasi Manusia


2. Hak Milik
3. Demokrasi
4. Hukum sbg sarana pembaruan masyarakat
5. Semua masalah kemasyarakatan

Masalah-Masalah Filsafat Hukum


Berkonteks Keindonesiaan

1.
2.
3.

Sumber Hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan;


Pembukaan UUD 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm;
Transformasi nilai-nilai Pancasilla dalam sistem hukum di Indonesia.

Ketiga permasalahan tsb penting diajukan mengingat masing-masing


berkontribusi pada pencarian atas jawaban apa dan bagaimana filsafat
hukum Indonesia yang dengan sendirinya mendorong kita untuk mencari
tahu tentang mengapa jawabannya seharusnya demikian.

BEBERAPA ALIRAN DAN/ATAU PARADIGMA


DALAM ILMU HUKUM
Aliran
dan/atau
Paradigma
Legal
Philosophy/
Theology

Legal Positivism/
Post-positivism

Konsep/Pemahama
n Hukum

Ciri Hukum

Ranah

Law as what ought


to be in moral or
ideal precepts
Ius constituendum

Asas moralitas yang bernilai


universal dan menjadi bagian
inheren sistem hukum alam;
Keadilan yang (masih) harus
diwujudkan.

Normatif
Normologik
(Norma
Moral)

Law as what it is
written in the
books
Ius constitutum

Kaidah-kaidah positif yang


berlaku umum in abstracto di
suatu waktu / tempat tertentu;
Terbit sebagai produk eksplisit
suatu sumber kekuasaan politik
tertentu yang berlegitimasi;
Hukum perundang-undangan
nasional / negara;
Perintah-perintah eksplisit yang
secara positif telah terumus
jelas guna menjamin
kepastiannya.

Normatif
Positif
(Norma
Positif
Legislatif)

Legal Realism /
Behavioralism,
Sociology of
Law

Legal
Structuralism /
Functionalism /
StructuroFunctionalism,
Law and
Society

Critical Legal
Theory,
Critical Legal
Studies

Laws as it is made
by the judge in the
court of law or
judge-made law;
Ius constitutum.

Keputusan yang diciptakan


hakim in concreto dalam
proses peradilan;
Hasil cipta penuh
pertimbangan (judgement)
dari hakim pengadil.

Normatif
Behavioral
(Norma
Positif
Yudisial)

Law as it is in
society;
Law as regularities.

Pola perilaku sosial;


Institusi sosial yang nyata dan
fungsional di dalam sistem
kehidupan masyarakat, baik
dalam proses pemulihan
ketertiban dan penyelesaian
sengketa, maupun dalam
proses pengarahan dan
pembentukan pola perilaku
yang baru.

Empirik
Normologik

Serangkaian struktur, sebagai


suatu realitas virtual atau
historis, yang merupakan hasil
proses panjang kristalisasi
nilai-nilai politik, ekonomi,
sosial, budaya, etnik, gender,
dan agama;
Sebagai instrumen hegemoni
yang cenderung dominan,
diskriminatif dan eksploitatif;
Setiap saat terbuka bagi kritik,
revisi, dan transformasi, guna
menuju emansipasi.

Empirik Kritis

Law as historical /
virtual realities;
Law as historically /
virtually
understood or
believed;
Law as false
consciousness or
as falsely realised.
(hk sbg kesadaran
palsu)

Legal
Interpretivism /
Symbolic
Interactionism

Legal
Constructivism

Law as it is in
human actions and
interactions;
Law as
interpretations or
processes of
interpreting.

Makna-makna simbolik hasil


interpretasi (individual
ataupun kolektif)
sebagaimana dalam dan dari
aksi serta interaksi
masyarakat.

Law as relative and


contextual
consensus (Hukum
sebagai
kesepakatan, baik
tertulis maupun
tidak);
Law as mental
construction;
Law as experiential
realities.

Konstruksi mental yang


bersifat relatif, majemuk,
beragam, intangible, lokal,
dan spesifik (walaupun
elemen-elemen serupa dapat
saja dijumpai pada individu,
kelompok masyarakat,
maupun budaya yang
berbeda); berbasis sosial /
eksperiential;
Rekonstruksi / revisi /
perubahan terjadi
berkesinambungan, sejalan
dengan pengayaan informasi
dan sofistikasi atau olah
cipta-rasa;
Yang ada, setiap saat, adalah
konsensus atau kesepakatan
relatif berkenaan dengan
konstruksi tersebut, sesuai
dengan konteks ruang dan
waktu.

Simbolik
Interaksional
/ Interpretatif

Relatif
Konstruktivis

Peran Hukum Dalam Penyelesaian


Masalah2 Kemasyarakatan

Alat penyelesaian sengketa (dispute settlement)


Sarana tertib sosial (social order)
Sarana Pembaharuan Masyarakat (social engineering)

PERIODENISASI PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM

I. Zaman Purbakala:
1. Masa Yunani:
a. masa pra-Socrates ( 500 S.M),

objeknya terbentuknya alam

semesta

b. masa Socrates, Plato & Aristoteles;


c. masa Stoa

objeknya manusia (hukum)

2. Masa Romawi: a. Cicero


b. Agustinus, dll
Karakteristiknya:

Hukum keluar dari lingkup sakral dan mulai dipersoalkan sebagai gejala alam
sebelum masehi abad V sesudah masehi);

Aturan masyarakat (hukum) ada hubungan dengan aturan alam; Alam ini dianggap sebagai
suci dan sakral sebab berkaitan dengan kekuasaan ilahi. Oki aturan alam dicerminkan
dalam aturan masyarakat yang harus ditaati untuk menimbulkan keadilan, keamanan dan
kebahagian hidup bersama.

(abad VI

II. Abad Pertengahan


1.

Masa Gelap runtuhnya Kekaisaran Romawi

2.

Masa Scholastik corak khusus dari ajaran kristen

Karakteristiknya:

Hukum ditanggapi dalam hubungan erat dengan Tuhan dan Agama


(abad V abad XV sesudah masehi);

Aturan alam tetap dianggap sebagai norma untuk kehidupan bersama, namun
motifnya berubah yaitu ditaati karena alam merupakan ciptaan Tuhan.

III. Zaman Renaissance (abad 12)

Pemikiran hukum Romawi dihidupkan kembali;

Karakteristiknya:
Hukum mulai dipandang dalam hubungannya dengan kebebasan manusia
dan dengan negara-negara nasional (abad XV 1650)

IV. Zaman Rasionalisme/Baru (abad 17)

Hukum dipandang secara rasional dalam sistem-sistem negara dan


hukum
Tokoh:

Hobes, bentham, Imanuel khant

V. Zaman Modern (abad XIX)

Karakteristiknya:

Norma utama adalah akal budi manusia; Oki aturan masyarakat merupakan
pencerminan akal budi manusia.

Hukum dipandang sebagai faktor dalam perkembangan kebudayaan dan


sebagai objek penyelidikan ilmiah;

Pengertian Filsafat hukum dikembangkan dari ahli hukum

PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA

ZAMAN YUNANI BERSIFAT

KOSMOSENTRIS

ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

ZAMAN PENCERAHAN

ZAMAN MODERN BERSIFAT INDIVIDUALIS, RASIONALIS DAN


MATERIALIS

ZAMAN POSTMODERN BERSIFAT KEMAJEMUKAN DAN DINAMIS

BERSIFAT TEOSENTRIS

BERSIFAT ANTROPOSENTRIS

ALIRAN HUKUM ALAM

Aliran Hukum Alam menurut sumbernya dapat dibedakan antara:


1. Aliran Hukum Alam Irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku
universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung;
Tokoh: Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante, Piere Dubois,
Marsilius Padua, dan John Wycliffe.
2. Aliran Hukum Alam Rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum
yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia (Pandangan ini
muncul setelah zaman Renesanse (era ketika rasio manusia
dipandang di atas segala-galanya)

FILSAFAT HUKUM POSTMODERN

Postmodern = anti modern

Menurut Ajaran Postmodern, bahwa perbedaan merupakan inti dari segala


kebenaran, Oki mereka tidak mempercayai kepada hal-hal yang universal,
harmonis, konsisten, dan transendetal.

Aliran Postmodern ini merasuk ke dalam bidang hukum dan bersama2 dengan
paham Realisme Hukum dan paham Kritis Radikal seperti aliran Frankfurt di
Eropa, mempolakan suatu aliran baru dalam bidang hukum yang radikal yaitu
Aliran Hukum Kritis/critical legal studies , tokoh: Roberto Mangabeire Unger.

Menurut aliran critical legal studies, bahwa:


- Hukum pada abad ke 20 dianggap suatu proses pembiaran terhadap
ketidakadilan, ketidaknyataan, dan ketidaktertiban.
- Hukum telah ditaruh di suatu tempat di awang2 yang tinggi dimana semua
justitiabelen (pencari keadilan) diharuskan mengadah tanpa dapat
menjangkaunya.

Aliran critical legal studies merupakan aliran yang bersikap antiliberal,


antiobjektivisme, antiformalisme dan antikemapanan dalam Teori Hukum dan
Filsafat Hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neomarxism dan
realisme hukum.

Aliran critical legal studies menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu
pengetahuan hukum dan menolak pula kepercayaan terhadap unsur keadilan,
ketertiban, dan kepastian hukum yang objektif.

Gerakan Postmodern telah ikut melahirkan aliran legal studies movement.

Persamaan & Perbedaan


Aliran Pragmatisme Hukum dan Postmodern

Persamaannya bahwa baik aliran pragmatisme hukum maupun pandangan


postmodern sama-sama memandang hukum sebagai sarana yang dimaknai oleh
faktor2 non-hukum seperti ekonomi, kebudayaan, sosial, sejarah dll.

Perbedaannya bahwa aliran pragmatisme melakukan kontekstualisasi terhadap


hukum sesuai dengan prinsip masyarakat dan kultur (western) yang homogen;
sedangkan aliran postmodern:
- lebih menitikberatkan kontekstualitasnya sesuai dengan prinsip kultur dan
masyarakat yang heterogen.
- menggantikan konsep kebenaran tradisional dan konsep disiplin hukum yang
netral dengan konsep hukum kontekstual, dinamis, plural, nonessentialis dan
multikultural

PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT
ALIRAN PRAGMATISME

Prinsip kekomplitan dan kelayakan ( adequacy);

Berdasarkan fakta-fakta;

Berlandaskan pada aksi-aksi;

Berpegang pada kekuasaan.

PERKEMBANGAN PREMIS HUKUM


PADA AKHIR ABAD 20

1.

Bahwa kultur (kultur hukum) adalah heterogen dan bukan hanya satu nilai
tertentu saja yang membentuk kultur tsb;

2.

Bahwa hukum yang uniform yang hanya diarahkan/dibentuk berdasarkan presumsi


untuk diterapkan ke dalam masyarakat yang uniform sudah tidak mungkin
dipertahankan lagi;

3.

Bahwa hukum akan berbeda-beda sesuai konteks dan sesuai kultur hukum yang
berbeda dan saling tidak menyambung;

4.

Tidak dapat dipertahankan lagi pendapat bahwa otoritas pembuatan dan


penegakan hukum dianggap memiliki hierarkis yang superior secara metanorma;

Penetrasi Aliran Postmodern ke dalam bidang hukum telah melahirkan


beberapa paradigma dalam bidang hukum yaitu sbb:

1.
2.

Otoritas hukum lebih superior dari hukum positif;


Teori ttg kebenaran yang bersifat enlightened harus dirubah menjadi
kebenaran yang bersifat systemic
Tidak ada satu uniformitas dari nilai dalam suatu kebudayaan. Kebudayaan
bersifat multiplisitas dan heterogen;
Metodologi hukum harus berubah menjadi metodologi yang bersifat aksi;
Merubah kriteria rasionalitas bersifat unifersal kepada rasionalitas yang
perspektif;
Keadilan hukum yang dicari adalah keadilan kreatif yaitu suatu keadilan dalam
masyarakat yang aktif dimana standar sosial, teknologi, ekonomi dan etikanya
yang terus berubah;
Reformulasi dan reorientasi terhadap katagori formal untuk ditransformasi ke
dalam katagori fungsional;
Membangun proses judicial yang dapat menghargai pluralitas.

3.
4.
5.
6.

7.
8.

BEBERAPA AJARAN FILSAFAT HUKUM


MEMPENGARUHI ALIRAN REALISME HUKUM

Ajaran analytical jurisprudence oleh John Austin, bahwa :

1.

Hukum bukan merupakan hal-hal yang ideal melainkan empiris yakni


benar2 eksis dan tidak terlalu terpaut dengan faktor alam, moralitas
atau agama;
Hukum bukan apa yang seharusnya (das sollen) melainkan hukum
adalah apa adanya (das sein);
Hakim bukan hanya menerapkan hukum, melainkan juga membuat
hukum yaitu ex post facto;
Dalam proses hukum dan legal reasoning, hakim tidak menggunakan
metode syllogism, tetapi lebih menggunakan prasangka dan
personalitas dari hakim tsb.

2.
3.
4.

Ajaran Sociological Jurisprudence oleh Roscoe Pound


bahwa:

1.

Aliran ini mempelajari efek sosial yang aktual dari institusi hukum dan
doktrin hukum;
Penyiapan naskah legislasi dilakukan dengan menggunakan riset
hukum dan penelaahan secara sosiologis;
Mempelajari cara/alat agar aturan hukum menjadi lebih efektif;
Mempelajari efek sosial dari doktrin-doktrin hukum dari masa ke masa;
Putusan hakim sangat individual dan batasan bagi hakim dalam
memutus sangat longgar sehingga kepastian hukum juga menjadi
sangat lentur;
Tujuan akhir adalah berdaya upaya agar mendapatkan cara yang lebih
efektif untuk mencapai tujuan-tujuan hukum yang baik.

2.
3.
4.
5.

6.

BEBERAPA PRINSIP DASAR ALIRAN REALISME HUKUM

Melakukan pendekatan secara fungsional terhadap hukum (functional approach)


yakni hukum dipandang sebagai suatu institusi sosial yang utama juga
merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi;
Karl Llewellyn, sarjana yang pertama menggunakan pendekatan fungsional ke
dalam bidang hukum. Menurut pandangannya secara antropolgis bahwa hukum
tidak hanya mengamati dan mengatur masyarakat secara keseluruhan,
melainkan juga mengamati dan mengatur kelompok2 kecil dalam masyarakat;
Melakukan pendekatan instrumental (instrumental approach) yakni hukum
bukan tercipta melainkan diciptakan dan selalu berubah2 sepanjang zaman. Oki
hukum tidak hanya berfungsi sebagai alat tetapi juga sebagai tujuan sekaligus;
Aliran realisme hukum skeptis terhadap aturan hukum karena aturan hukum
dapat ditafsirkan dan diterapkan secara berlain-lainan oleh hakim dan
penguasa;
Aliran realisme hukum skeptis terhadap fakta karena fakta yang
dipertimbangkan di pengadilan tidak pernah dapat diterapkan secara objektif.

FUNGSI HUKUM MENURUT


ALIRAN REALISME HUKUM
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Sebagai alat untuk mengikat anggota kelompok masyarakat (hukum sbg alat
kontrol sosial);
Sebagai alat untuk membersihkan masyarakat dari kasus2 yang mengganggu
masyarakat dengn cara memberikan sanksi2 (pidana, pdt, adm);
Sebagai alat untuk mengarahkan dan mengarahkan kembali terhadap sikap
tindak dan pengharapan masyarakat;
Untuk melakukan alokasi kewenangan2 dan putusan2 serta legitimasi thdp
badan otoritas/pemerintah;
Sebagai alat stimulan sosial. Dalam hal ini hukum bukan hanya untuk
mengontrol masyarakat, melainkan juga meletakkan dasar2 hukum yg dapat
menstimulan dan memfasilitasi adanya interaksi masyarakat maupun individu
dg baik, tertib dan adil;
Memproduksi profesional di bidang hukum, seperti advokat, hakim, jaksa,
polisi, dosen dll.

PERBEDAAN KONSEP HUKUM

ALIRAN REALISME HUKUM

Existential truth
Personal-engaged values
Humanisme
Emphatic
Contextual/Imminent
To praise, eulogize (memuji)

ALIRAN HUKUM KRITIS

Ideological truth (concept, principles)


Communal-engaged values
Humanism
Developmental reformist
Contextual/transcendent
To influence and engineer
life/world/society according to
valued ideals and principles

KARAKTERISTIK
ALIRAN CRITICAL LEGAL STUDIES

Bersikap antiliberal, antiobjektivisme, anti formalisme dan anti kemapanan


dalam filsafat hukum;
Aliran ini dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme dan realisme
hukum;
Aliran ini secara radikal mendobrak paham hukum yang sudah ada sebelumnya;
Aliran ini menggugat kenetralan dan keobjektifan peran dari hukum, hakim dan
penegak hukum lainnya dalam keberpihakan hukum dan penegak hukum terhadap
golongan yang kuat/mayoritas/berkuasa/kaya dalam rangka mempertahankan
hegemoninya;
Aliran ini menolak unsur kebenaran objektif dari ilmu pengetahuan dan
kepercayaan terhadap unsur keadilan, ketertiban dan kepastian hukum yang
objektif.

Anda mungkin juga menyukai