Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT

COLON INJURY
NORMA DIONA PURBA
1261050075

TRAUMA KOLON :

Etiologi : ( Mattox , 2000 )


Trauma tusuk pada abdomen, 20% bersamaan dengan
trauma kolon
Trauma tembak 50% bersamaan dengan trauma kolon
Trauma tumpul abdomen <5% bersamaan dengan
trauma kolon
Trauma setelah tindakan colonoscopy (iatrogenic) 0,1%
RSU Dr.Soetomo Surabaya : - Kecelakaan LL : 85,71%
- Luka tusuk
:
14,28%
- Multipel trauma :
66,66%
( Sutrisno Alibasah ,

Pemeriksaan :

Adanya jejas , luka tusuk atau luka tembak 0


Preoperatif tidak spesifik, hanya mendeteksi
adanya perforasi organ berongga, klinis
sebagai peritonitis generalisata.
Perdarahan per rectal atau darah pada digital
examination ,
Sering perforasi terdiagnosa waktu laparotomi ,
Waktu laparotomi kecurigaan adanya trauma
pada kolon bila terdapat hematoma pada
perikolik, subserosa dan mesokolon atau
tercium bau feses
Kolon yang dicurigai harus dimobilisasi dan
dieksplorasi dengan sempurna, bila perlu
milking isi kolon ke tempat yang dicurigai ,
positif bila keluar fekal material atau gas

Pemeriksaan penunjang
Pada trauma tusuk daerah flank dan tidak jelas
adanya intraperitoneal injury, dapat dilakukan
soluble-contrast enema

KLASIFIKASI :
Intraoperative classification ( Flint and Colleagues ) :

Grade I : Minimal contamination and absence of other


organ involvement
Grade II : Injury implied through-and-through
perforation with moderate contamination
Grade III : Severe tissue loss, devascularisation, and
considerable contamination ( kontaminasi
lebih dari satu kwadran abdomen )
( Corman M L ,2005)

Algoritme kolon injuri :

( Corman ML, 2005 )

Algoritme kolon injuri :

( Mattox , 2000 )

Operatif

Melalui midline incision


Precaution pada anastomosis :
- Adequate blood supply
- No tension
- Technical perfection

Trauma kolon yang memerlukan reseksi , proksimal dari


arteri kolika media, reseksi seluruh kolon kanan dan
ileocolostomy.
Injuri kolon yang memerlukan reseksi , distal dari arteri
kolika media, lakukan end colostomy dan mucous fistula
Bila hanya suture repair saja bisa langsung jahit primer (baik
kolon proksimal maupun distal dari a. kolika media)
2000)

(Mattox,

Exclusionary criteria for primary repair


( Corman M L, 2005)

Primary repair

Trauma proksimal dari arteri kolika


media ileokolostomi ( Mattox , 2000)

Trauma distal dari arteri kolika media


end kolostomi dan mukus fistula

( Mattox , 2000)

Antibiotika :

Untuk Gram-negative aerob dan anaerob diberikan


sesegera mungkin setelah trauma, dan pada saat insisi
kulit kadar dalam jaringan harus tinggi.
Aztreonam + Clindamycin lebih superior dari
Gentamycin + Clindamycin dalam mencegah infeksi
pada luka tusuk abdomen
Cephalosporin gen II ( Cefoxitin, cefotetan )
Broad spectrum beta-lactam + Betalactamase
inhibitor :
Ticarcilin-clavulanate
Ampicillin-sulbactam
Piperacillin-tazobactam

Regimen antibiotika tersebut efektifitasnya


hampir sama penting untuk memperkecil
resiko operasi adalah prompt surgical
intervention.
Bila terjadi perdarahan intra operatif atau
operasi berlangsung melampaui dua kali waktu
paruh antibiotika, maka pemberian antibiotika
diulang intraoperatif.
Prolong antibiotika menyebabkan superinfeksi,
resistensi kuman dan pseudomembranous
colitis
Pemberian antibiotika selama 5 hari, tidak lebih
superior dari pemberian 24 jam
( Corman, 2005 )

Tehnik menjahit usus :


1. Menutup perforasi :

Jahit transversal
Mulai dari ujung beberapa mm diluar batas ujung perforasi
jarak 3-4 mm dari tepi , all layer kecuali mucosa
Jarak antar jahitan 3-4 mm
Benang 3-0 polypropylene or absorbable monofilament,
running Lembert technique

2. Anastomosis :
Sedikit atau tanpa membersihkan mesenterium dari cut
edge of the bowel
jarak 3-4 mm dari tepi , all layer kecuali mucosa
Benang double-armed 3-0 polypropylene, mulai dari
mesenteric border , berakhir dan disimpul di antimesenteric
border
Jahitan pertama disimpul diluar, jarak antar jahitan 3-4 mm

Damage control procedure


Durante operationum bila terdapat triad :
koagulopati, asidosis, hipotermia , maka
harus diusahakan segera :
Kontrol perdarahan
Minimalkan kontaminasi dengan memasang clamp , ikat
dengan pita atau stapler pada ujung perforasi, tanpa
melakukan rekonstruksi
Perpendek waktu operasi,
Resusitasi di ICU , kembali ke kamar operasi dalam 24 jam

KOMPLIKASI TRAUMA KOLON :


Kegagalan anastomosis 42% terjadi pada transfusi masif
yang disertai dengan kondisi medikal yang serius
Ileocolostomy suture line failure 2,8%
Colocolostomy suture line failure : 21%
Abses intra abdomen 5-15% Penderita dengan stoma
lebih besar dari pada repair primer
Fistula terjadi 1-2% pada repair primer, jarang terjadi pada
kolostomi atau eksteriorisasi

(Mattox , 2000 )

Management of rectal trauma


Primary Repair if:
- Intra-peritoneal rectal injury.
- Extra-peritoneal rectal injury that can be mobilised intraperitoneally or repaired trans-anally.
- No pre-sacral drainage
- No distal washout.
Proximal diverting loop colostomy if:
- More extensive rectal injury.
- Position makes repair impossible.
- Pre-sacral drainage if high-energy, blunt trauma or delayed
surgery
- No distal washout.
Hartmann's Procedure if:
- Severe extra-peritoneal rectal injury.
July 2003 )

( Karim Brohi, trauma.org 8:7,

Drainage presacral space

:(Corman , 2005)

Distal washout

( Corman , 2005)

Irigasi dengan saline solution sampai cairan kembalinya jernih

Komplikasi trauma rektum :

Abses
Rectal fistulae
Pelvic osteomyelitis
Pada anorectal injury dapat terbentuk jaringan fibrotik
sehingga mengganggu fungsi sphincter.
Bila cedera rektum terlewatkan, mortalitas mencapai
50%

Anda mungkin juga menyukai