Anda di halaman 1dari 13

HAM dalam

Perspektif
Islam
Di susun leh :
Aan Analisah
Nur Aulia
Shendra Akbar Ferarry
Rida Lestari
Widiyah

Hak Asasi Manusia


dalam Perspektif
Islam

Pengertian Hak Asasi Manusia


Secara etimologi hak merupakan unsur normative
yang berfungsi sebagai pedoman perilaku melindungi
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang
bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar
yang dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tak
satupun makhluk mengintervensinya apalagi
mencabutnya.
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM
PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations
sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan
bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia.

Sejarah Hak Asasi Manusia


Negara yang sering disebut sebagai negara
pertama yang memperjuangkan hak asasi
manusia untuk pertama kali adalah Inggris.
Tindakan sewenang-wenang Raja Inggris
mengakibatkan rasa tidak puas dari para
bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja
Inggris untuk membuat suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta atau Piagam Agung. Magna
Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip
dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja
dan hak asasi manusia lebih penting daripada
kedaulatan raja.

Perjuangan di negara Inggris memicu


perjuangan-perjuangan di banyak negara untuk
Hak Asasi Manusia. Seperti misalnya Amerika
Serikat dengan Presiden Flanklin D. Roosevelt
tentang empat kebebasan yang
diucapkannya di depan Kongres Amerika
Serikat tanggal 6 Januari 1941 antara lain
kebebasan untuk berbicara dan melahirkan
pikiran (freedom of speech and expression),
kebebasan memilih agama sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya (freedom of
religion), kebebasan dari rasa takut (freedom
from fear), kebebasan dari kekurangan dan
kelaparan (freedom from want).

Perbedaan Pandangan antara Islam


dan Barat tentang HAM
HAM dalam Islam didasarkan pada premis bahwa
aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun,
percaya bahwa pola tingkah laku hanya
ditentukan oleh hukum-hukum negara atau
sejumlah
otoritas
yang
mencukupi
untuk
tercapainya aturan-aturan publik yang aman dan
perdamaian semesta. Di Barat, perhatian kepada
individu-individu
timbul
dari
pandanganpandangan yang besifat anthroposentris, dimana
manusia merupakan ukuran terhadap gejala
tertentu.

Sedangkan Islam, menganut pandangan yang


bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha
Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi
kepada-Nya. Berdasarkan atas pandangan yang
bersifat anthroposentris tersebut, maka nilai-nilai
utama dari kebudayaan Barat seperti demokrasi,
institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi
sebagai perangkat yang mendukung tegaknya
HAM itu berorientasi kepada penghargaan
terhadap manusia. Dengan kata lain manusia
menjadi akhir dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda keadaanya pada dunia Timur(Islam)
yang bersifat theosentris, larangan dan perintah
lebih didasarkan pada ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan Hadist.

HAM menurut Islam


Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar
tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan
terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai
kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya
ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13,
yang artinya sebagai berikut : Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah
yang paling takwa.

Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada


lima hal pokok yang terangkum dalam aldloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga
al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi
manusia dalam Islam). Konsep ini mengandung
lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap
individu, yaitu hifdzu al-din (penghormatan
atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal
(penghormatan atas harta benda), hifdzu alnafs wa al-ird (penghormatan atas jiwa, hak
hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-aql
(penghormatan atas kebebasan berpikir) dan
hifdzu al-nasl (keharusan untuk menjaga
keturunan).

Pengaturan HAM dalam Hukum Islam


Dalam Al-Quran terdapat sekitar 80 ayat
tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam
Surat Al-Maidah ayat 32.
Al-Quran juga menjelaskan dalam sekitas 150
ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk,
serta tentang persamaan dalam penciptaan,
misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13.
Al-Quran telah mengetengahkan sikap
menentang kezaliman dan orang-orang yang
berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan
memerintahkan berbuat adil

Dalam

Al-Quran terdapat sekitar 10 ayat yang


berbicara mengenai larangan memaksa untuk
menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
mengutarakan aspirasi. Misalnya yang
dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.
Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi
Muhammad saw telah memberikan tuntunan dan
contoh dalam penegakkan dan perlindungan
terhadap HAM, melalui sabda beliau : Barang
siapa yang menzalimi seseorang muahid (seorang
yang telah dilindungi oleh perjanjian damai) atau
mengurangi haknya atau membebaninya di luar
batas kesanggupannya atau mengambil sesuatu
dari padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku
lawannya di hari kiamat.

Hukum Islam dan HAM


Hak

hidup dan memperoleh perlindungan


Hak kebebasan beragama
Hak atas keadilan.
Hak persamaan
Hak mendapatkan pendidikan
Hak kepemilikan
Hak mendapatkan pekerjaan dan Memperoleh
Imbalan

SELESAI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai