Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS AKTIVITAS PETIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOMENA

EL-NINO TAHUN 2015 DI SAMARINDA


SEMINAR PROPOSAL
OLEH
VENDY MEDIANNOOR
NIM. 1207045053

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis, dimana
sambaran petir cukup sering terjadi dibandingkan Negara lain.Petir
merupakan fenomena alam yang terjadi akibat pelepasan muatan
yang besar. Namun pada tahun 2015 aktivitas petir mengalami
penurunan aktivitas dari tahun sebelumnya. Diduga pengaruhnya
adalah karena perubahan iklim global. Karena memanasnya suhu
permukaaan laut sehingga menyebabkan penurunan jumlah awan
yang terbentuk, meningkatnya kelembaban pada atmosfer yang
berada di atasnya dan menurunnya curah hujan mengakibatkan
turunnya aktivitas petir. Memanasnya suhu permukaan laut tidak
lepas hubungannya dari El-Nino.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aktivitas petir tahun 2015 di Samarinda.
2. Bagaimana aktivitas El-Nino di tahun 2015.
3. Bagaimana hubungannya aktivitas petir dengan El-Nino.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menganalisis data hari kejadian petir Tahun 2015 untuk
mengetahui tingkat aktivitas petir tiap bulannya di
Samarinda.
2. Mengetahui tentang El-Nino dan aktivitas terjadinya di
tahun 2015.
3. Mengetahui
hubungannya
aktivitas
petir
dengan
fenomena El-Nino.
1.4 Manfaat Penelitian
4. Tersedianya informasi tingkat aktivitas petir tiap bulannya
di Samarinda.
5. Tersedianya informasi tentang El-Nino dan aktivitas
terjadinya di tahun 2015.
6. Tersedianya informasi hubungannya aktivitas petir
dengan fenomena El-Nino.

Tinjauan Pustaka

Apa itu petir?


Bagaimana
terjadinya petir?

proses

PROSES TERJADINYA PETIR


1. Proses Ionisasi
Awan

2. Gerakan Antar

El-Nino
El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang
diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik
bagian timur. El Nino terjadi pada 2-7 tahun dan bertahan
hingga 12-15 bulan (Sarachik, 2010). Ciri-ciri terjadi El Nino
adalah meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara
berkala dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara
Darwin dan Tahiti (Irawan, 2006).

Indikator terjadinya El Nino ditunjukkan oleh nilai


indeks osilasi selatan atau biasa disebut Southern
Oscillation Index (SOI).
Contoh Grafik Nilai SOI (Irawan, 2006)

Curah Hujan
Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang
berwujud cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Satuan curah hujan selalu
dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah
hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter (mm).

METODE PENGAMBILAN DATA


Data yang digunakan adalah data sekunder
dari beberapa lembaga atau instansi :
1. Data aktivitas petir tahun 2015 dari BMKG
Temindung Samarinda
2. Data aktivitas petir tahun 2015 dari Stasiun
Geofisika Balikpapan
3. Data Curah hujan tahun 2015 dari BMKG
Temindung Samarinda
4. Data El-Nino dari BMKG, NOAA (ocean
service, PMEL, CPC.NCEP)

PROSES PENGOLAHAN DATA


Koreksi data hari kejadian petir Samarinda tahun 2015

(pengambilan data tidak menggunakan alat) dari BMKG


Temindung Samarinda dengan menggunakan data hari
kejadian petir Samarinda tahun 2015 (pengambilan data
menggunakan alat) dari Stasiun Geofisika Balikpapan.
Analisis data koreksi hari kejadian petir Samarinda tahun
2015 dengan data curah hujan.
Analisis hubungan antara data hari kejadian petir dengan
data El-Nino.
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai