Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

HIDROSIFALUS
Ananda Intan Pertiwi Idipasi
Bayu Adi Saputra
Dian Novita Sari
Nanda Lintang .S
Muhammad Rahmad Radhiani
Restu Utama Rahman
WHAT IS HIDROSIFALUS...?
istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti
air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini
sering dikenal dengan "kepala air.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis,
disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun
gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-
ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis
(Darto Suharso,2009)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh
produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan
cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika
produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal
mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000
kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah
0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri.
Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk
kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan
ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.
Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan
oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46%
adalah akibat abnormalitas perkembangan otak,
50% karena perdarahan subaraknoid dan
meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa
posterior (Darsono, 2005:211).
Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih
yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh
pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam
ruang subaraknoid yang membungkus otak dan
medula spinalis untuk memberikan perlindungan
serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurses Pocket
Dictionary).
Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml,
anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml.
Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500
ml (Darsono, 2005).
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
a). Kelainan Bawaan (Kongenital)
b). Spina bifida dan kranium bifida
c). Sindrom Dandy-Walker
d). Kista araknoid dan anomali pembuluh
darah
e). Infeksi
f). Neoplasma
g). Perdarahan
Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya, berdasarkan :
Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus)
dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel,
hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga
subarakhnoid di atas permukaan korteks.

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
a). Kongenital
b). Didapat
Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan
Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan
anak ini juga terbagi dalam tiga bagian yaitu :
a). Hydrocephalus komunikan
b). Hydrocephalus non komunikan
c). Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal
Pressure Hidrocephalus )
Patofisiologi dan Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara
teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
Produksi likuor yang berlebihan
Peningkatan resistensi aliran likuor
Peningkatan tekanan sinus venosa
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
Kompresi sistem serebrovaskuler.
Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
Perubahan mekanis dari otak.
Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
Hilangnya jaringan otak.
Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal
sutura kranial.
Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung
pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
a). Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
b). Hidrosefalus terjadi pada akhir masa
kanak-kanak
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu
tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar
dari dua deviasi standar di atas ukuran
normal. Makrokrania biasanya disertai empat
gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
Fontanel anterior yang sangat tegang.
Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-
vena superfisial menonjol.
Fenomena matahari tenggelam (sunset
phenomenon).
Pemeriksaan diagnostik
a). Rontgen foto kepala
b). Transimulasi
c). Lingkaran kepala
d) Ventrikulografi
e) Ultrasonografi
f) CT Scan kepala
g) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live
sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan
obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal
dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan
subarachnoid
Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
Drainase ventrikule-peritoneal
Drainase Lombo-Peritoneal
Drainase ventrikulo-Pleural
Drainase ventrikule-Uretrostomi
Drainase ke dalam anterium mastoid
Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan
VP shunt adalah in
Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis
bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt,
meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP
shunt yang serius lainnya adalah subdural
hematoma yang di sebabkan oleh reduksi
yang cepat pada tekanan ntrakranial dan
ukurannya. feksi dan malfungsi.
Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis
hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya
anomali yang menyertai, mempunyai prognosis
lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan
malformasi lain (hidrosefalus komplikata).
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian
adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus
mencapai fungsi normal dan sekitar 16%
mengalami retardasi mental ringan. Adalah
penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak
lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner. (Darsono, 2005)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a). Anamnesa
b). Riwayat Penyakit dahulu
c). Riwayat penyakit keluarga
Diagnosa
a). Potensial komplikasi peningkatan
tekanan intrakranial berhubungan dengan
akumulasi cairan serebrospinal.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria Hasil :
Kesadaran Komposmetis
Tidak terjadi nyeri kepala
TTV norma
tampak rileks, tidak meringis kesakitan
Intervensi Rasional
1) Observasi ketat tanda-tanda 1) Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan
lethargi, lelah, apatis, perubahan memberikan pujian kepada anak untuk
personalitas, ketegangan dari sutura ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri
cranial dapat terlihat pada anak telah ditangani dengan baik.
berumur 10 tahun, penglihatan ganda, Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
kontruksi penglihatan perifer 2) Penurunan keasadaran menandakakan adanya
strabismus, Perubahan pupil) peningkatan TIK
2) Pantau terus tingkat kesadaran anak 3) Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan
3) Pantau terus adanya perubahan TTV aliran oksigen ke otak
4) Berkolaborasi dengan dokter untuk 4) Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan
melakukan pembedahan, untuk cairan cerebrospinal berkurang, sehingga TIK
mengurangi peningkatan menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus
5) Kaji pengalaman nyeri pada anak, oksipitalis dan tidak terjadi pembesaran pada
minta anak menunjukkan area yang kepala
sakit dan menentukan peringkat nyeri 5) Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 6) Pujian yang diberikan akan meningkatkan
5 = nyeri sekali) kepercayaan diri anak untuk mengatasi nyeri
dan kontinuitas anak untuk terus berusaha
menangani nyerinya dengan baik.
b). Gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penekanan lobus
oksipitalis karena meningkatnya TIK
Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak
Kriteria Hasil :
Penurunan visus tidak bertambah lebih parah
Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya
Intervensi Rasional
1) Mempertahankan visus agar 1) Membantu pasien untuk mengenali
tidak terjadi penurunan visus sesuatu dengan kondisi penglihatan
yang lebih parah yang terganggu
2) Membantu ADL pasien 2) Ketidakmampuan dalam
3) Membantu orientasi tempat penglihatan tidak bertambah
4) Berikan tempat yang nyaman parah, klien tidak mengalami
dan aman ( pencahayaan disorientasi tempat, Klien merasa
terang, bed plang dll dipasang nyaman dan aman
agar tidak cedera ) 3) Klien tidak banyak bergantung
pada orang lain

c). Kurang pengetahuan orang tua
berhubungan dengan penyakit yang di
derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang
tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
Kriteria Hasil :
Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan
anaknya dapat berkurang
Orang tua mengungkapkan pemahaman
tentang penyakit, pengobatan dan perubahan
pola hidup yang dibutuhkan
Intervensi Rasional
1) Beri kesempatan orang tua 1) Keluarga dapat mengemukakan
untuk mengekspresikan perasaannya sehinnga perasaan
kesedihannya orang tua dapat lebih lega
2) Beri kesempatan orang tua 2) Pengetahuan orang tua
untuk bertanya mengenai bertambah mengenai penyakit
kondisi anaknya yang di derita oleh anaknya
3) Jelaskan tentang kondisi sehinnga kecemasan orang tua
penderita, prosedur, terapi dan dapat berkurang
prognosanya. 3) Pengetahuan kelurga bertambah
4) Ulangi penjelasan tersebut bila dan dapat mempersiapkan
perlu dengan contoh bila keluarga dalam merawat klien
keluarga belum mengerti post operasi
4) Keluarga dapat menerima seluruh
informasi agar tidak menimbulkan
salah persepsi
d). Resiko ketidakefektifan pola nafas
yang berhubungan dengan penurunan
refleks batuk
Kriteria Hasil :
Jalan nafas tetap efektif
Anak tidak sesak napas
Tidak terdapat ronchi
Tidak retraksi otot bantu pernapasan
Pernapasan teratur, RR dalam batas normal
Intervensi Rasional

1) Posisikan klien posisi semifowler 1) Klien merasa nyaman dan tidak


2) Pemberian oksigen merasa sesak napas
3) Observasi pola dan frekuensi 2) Suplai oksigen klien dapat
napas tercukupi sehingga klien tidak
4) Auskultasi suara napas mengalami hipoksia
3) Untuk mengetahui ada
tidaknya ketidakefektifan pola
napas
4) Untuk mengetahui adanya
kelainan suara
e). Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan berhubungan
pembesaran kepala
Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria Hasil :Pertumbuhan dan
perkembangan klien tidak mengalami
keterlambatan dan sesuai dengan tahapan
usia


Intervensi Rasional

1) Memberikan diet nutrisi untuk 1) Mempertahankan berat badan agar


pertumbuhan ( asuh ) tetap stabil
2) Memberikan stimulasi atau 2) Agar perkembangan klien tetap
rangsangan untuk optimal
perkembangan kepada anak 3) Memenuhi kebutuhan psikologis
( asah )
3) Memberikan kasih sayang
( asih )
f). Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan pemasangan drain/shunt
Tujuan :Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
( 3 x 24 jam )
Kriteria Hasil :
TD dalam batas normal
Tidak terdapat perdarahan
Tidak terdapat kemerahan
Intervensi Rasional

1) Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, 1) Mengetahui penyebab terjadinya


nafsu makan menurun, infeksi
ketidakstabilan, perubahan warna 2) Mencegah timbulnya ifeksi
kulit ) 3) Asupan nutrisi dapat membantu
2) Lakukan rawat luka menyembuhkan luka
3) Pantau asupan nutrisi 4) Antibiotik dapat mencegah timbulnya
4) Kolaborasi dalam pemberian infeksi
antibiotik
g). Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan muntah sekunder akibat
kompresi serebral dan iritabilitas.
Tujuan :
Setelah dilaksakan asuhan keperawatan
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi penurunan berat badan sebesar
10% dari berat awal, tidak adanya mual-
muntah.
Intervensi Rasional
1) Pertahankan kebersihan mulut 1) Mulut yang tidak bersih dapat
dengan baik sebelum dan sesudah mempengaruhi rasa makanan dan
mengunyah makanan. meninbulkan mual
2) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi 2) Makan dalam porsi kecil tetapi sering
sering untuk mengurangi perasaan dapat mengurangi beban saluran
tegang pada lambung pencernaan. Saluran pencernaan ini
3) Atur agar mendapatkan nutrien dapat mengalami gangguan akibat
yang berprotein/ kalori yang hidrocefalus
disajikan pada saat individu ingin 3) Agar asupan nutrisi dan kalori klien
makan adeakuat
4) Timbang berat badan pasien saat ia 4) Menimbang berat badan saat baru
bangun dari tidur dan setelah bangun dan setelah berkemih untuk
berkemih pertama. mengetahui berat badan mula-mula
5) Konsultasikan dengan ahli gizi sebelum mendapatkan nutrient
mengenai kebutuhan kalori harian 5) Konsultasi ini dilakukan agar klien
yang realistis dan adekuat. mendapatkan nutrisi sesuai indikasi
dan kebutuhan kalorinya.
THANKs

Anda mungkin juga menyukai