Anda di halaman 1dari 28

MENGAPA ADA MASYARAKAT YANG

MENOLAK VAKSINASI/ IMUNISASI?


Oleh :
AHMAD ROFIQ
Guru Besar Hukum Islam IAIN Walisongo Semarang, Sekretaris Umum MUI Jawa
Tengah, Anggota Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat dan
Jawa Tengah, Ketua MP3A Jawa Tengah, Ketua LAZISMA Jawa Tengah, Ketua II
Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam Masjid Raya Baiturrahman
Semarang, Anggota Pengurus BAZDA Jawa Tengah, Anggota Dewan Pengawas
BPRS PNM-BINAMA Semarang, Ketua DPS Bank Jateng Syariah, Dewan
Kehormatan LBH Jawa Tengah, Ketua Komite SD Koalisi Nasional 01, SMPN 23,
dan SMAN 8 Semarang, Ketua Pengurus LSM DAMAR Semarang, Ketua Umum
Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia (HISSI) Jawa Tengah, Anggota
Dewan Pakar Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah, dan Ketua Forum
Antarumat Beragama Peduli Kesejahteraan Keluarga dan Kependudukan
(FAPSEDU) Jawa Tengah

Disampaikan dalam acara Refreshing Imunisasi Dasar Lengkap bagi Kepala Seksi
yang Membidangi Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
se-Jawa Tengah
Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Hotel Quest Semarang, Senin, 13 Mei 2013.


.
MUQADDIMAH
MUI sudah mengeluarkan 2 fatwa, 1).
Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV); 2).
Penggunaan Vaksin Polio Oral (OPV).
Fenomena vaksinasi/imunisasi polio,
campak, meningitis untuk jamaah calon
haji, mengundang kegelisahan dan
keprihatinan.
Karena itu forum ini saya apreciate untuk
mencari kebenaran yang jujur, dan
menyiapkan generasi muda yang baik,
yang tidak haram bagi mereka bau
surga, karena di dalam dirinya tidak
mengalir darah yang kandungannya
berasal dari barang haram, termasuk
vaksin imunisasi.
Lanjutan
Seandainya, Pemerintah Indonesia dapat dan
segera mampu menyediakan vaksin yang
berasal dari hewan yang halal, pasti tidak
akan ada penolakan dari masyarakat.
Mengapa? Karena apapun yang berasal dari
babi, bagi kaum Muslim adalah hewan yang
diharamkan (QS. Al-Baqarah:173). Dan
karena itu, bagi kaum Muslim, kalau mereka
menolak adalah sikap yang bisa dipahami?
Kerangka acuan yang disiapkan panitia
sebagai data evaluasi, menunjukkan angka
yang memprihatinkan banyak pihak.
Hal tersebut menuntut para pemangku
kepentingan untuk bekerja lebih keras lagi,
demi untuk menyelamatkan masa depan
anak-anak kita.
FATWA TTG PENGGUNAAN
VAKSIN POLIO (Injeksi dan
Pertimbangan:
Oral)
1. bahwa anak bangsa, khususnya balita, perlu
diupayakan agar terhindar dari penyakit polio,
antara lain melalui pemberian vaksin imunisasi;
2. Bahwa dlm program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) tahun 2002 ini, terdapat sejumlah anak
balita yang menderita immunocompromise
(kelainan sistem kekebalan tubuh) yg
memerlukan vaksin khusus yang diberikan
secara injeksi (vaksin jenis suntik, IPV).
3. Vaksin khusus tersebut (IPV) dlm proses
pembuatannya menggunakan enzim yang
berasal dari porcine (babi), dan belum
ditemukan IPV jelis lain yg dapat menggantikan
vaksin tsb;
Lanjutan..
4. Oleh karena itu, Komisi Fatwa MUI
memandang perlu menetapkan fatwa
tentang status hukum penggunaan IPV
tsb, sebagai pedoman bagi
pemerintah, umat Islam dan pihak-
pihak lain yg memerlukannya.
***
Analog dengan vaksin meningitis, kalau
Pemerintah bisa menyediakan vaksin
yang tidak berasal atau bersinggungan
dengan babi, maka masyarakat akan
dengan senang hati menerimanya.
Referensi (Mengingat):
1. Hadits-hadits Nabi antara lain:
)
(
Berobatlah kalian, karena Allah tidak
membuat penyakit kecuali membuat pula
obatnya selain satu penyakit, yaitu pikun
(Riwayat Abu Dawud dari Usamah ibn
Syarik).


Sesungguhnya Allah telah menurunkan
penyakit dan obat, serta menjadikan obat
bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan
janganlah berobat dg benda yg haram
(Riwayat Abu Dawud dr Abu Darda).
Lanjutan..


( )
Sekelompok orang dr suku Ukl
atau Urainah datang dan tidak cocok
dg udara Madinah (shg mereka jatuh
sakit), mk Nabi saw memerintahkan
agar mereka diberi unta perah dan
(agar mereka) meminum air kencing
dan susu unta tersebut (Riwayat al-
Bukhary dari Anas ibn Malik).
DIKTUM FATWA MUI
PENGGUNAAN VAKSIN POLIO
Pertama
ORAL : Ketentuan Hukum
(OPV)
1. Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan,
termasuk vaksin, yang berasal dari --atau
mengandung -- benda najis ataupun benda
terkena najis adalah haram.
2. Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak
yang menderita immunocompromise, pada
saat ini, dibolehkan, sepanjang belum
ada IPV jenis lain yang suci dan halal.
3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan
diperbaiki sebagaimana mestinya.
LANJUTAN..
Kedua : Rekomendasi (Taushiyah)
1. Pemerintah hendaknya mengkampanyekan
agar setiap ibu memberikan ASI, terutama
colostrum ( ), secara memadai
(sampai dengan dua tahun).
2. Pemerintah hendaknya mengupayakan
secara maksimal, serta melalui WHO dan
negara-negara berpenduduk muslim, agar
memperhatikan kepentingan umat Islam
dalam hal kebutuhan akan obat-obatan
yang suci dan halal.
Ditetapkan : Jakarta, 01 Syaban 1423 H
08 Oktober 2002 M
PENGGUNAAN VAKSIN
POLIO ORAL (OPV)
Pertimbangan:
1. bahwa penyakit poliomyelitis (polio) yang
disebabkan oleh virus polio liar, dewasa ini
telah menyebar secara luas pada tingkat yang
mengkhawatirkan dan telah menyerang
terutama pada anak-anak yang
mengakibatkan kelumpuhan tetap sepanjang
hayatnya dan dapat melahirkan generasi yang
lemah (dhuafa) di masa yang akan datang;
2. bahwa pencegahan penyakit polio seperti
tersebut di atas secara efektif dan efisien
hanya mungkin dilakukan melalui imunisasi
dengan vaksin polio, karena sampai saat ini
belum ada obat dan cara lain yang dapat
digunakan untuk mencegah penyakit
tersebut;
LANJUTAN..
3. bahwa semua vaksin polio yang diproduksi
saat ini, baik di dalam maupun di luar
negeri, masih menggunakan media dan
proses yang belum sepenuhnya sesuai
dengan syariat Islam, antara lain dengan
menggunakan media jaringan ginjal
kera;
4. bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa MUI
memandang perlu menetapkan fatwa
tentang status hukum penggunaan OPV
tersebut, sebagai pedoman bagi
pemerintah, umat Islam dan pihak-pihak
lain yang memerlukannya.
DIKTUM FATWA PENGGUNAAN
VAKSIN POLIO ORAL (OPV)
Pertama : Ketentuan Hukum
1. Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan,
termasuk vaksin, yang berasal dari --atau
mengandung-- benda najis ataupun benda
terkena najis adalah haram.
2. Pemberian vaksin OPV kepada seluruh
balita, pada saat ini, dibolehkan,
sepanjang belum ada OPV jenis lain
yang produksinya menggunakan media
dan proses yang sesuai dengan syariat
Islam.
3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Lanjutan..
Kedua : Rekomendasi (Taushiyah)
Pemerintah hendaknya
mengupayakan secara maksimal,
bersama WHO dan negara-negara
Islam dan/atau berpenduduk
muslim, agar memproduksi vaksin
polio yang sesuai dengan syariat
Islam.
Ditetapkan : Jakarta, 18 Jumadil
Akhir 1426 H/25 Juli 2005 M
KOMENTAR
Sejak awal MUI memahami dan
menyadari bahwa kebanyakan vaksin
berasal dari babi dan kera, yang
haram dikonsumsi oleh manusia.
Bagi MUI, pengobatan, termasuk yg
sifatnya antisipatif, berupa imunisasi,
diusahakan secara maksimal berasal
dari benda yang tidak najis dan halal.
Karena itu, pertimbangan yg
dikedepankan MUI, adalah
kemashlahatan umum yg lebih besar.
Lanjutan..
Vaksin, Obat, dan lain-lain, hendaknya
diupayakan dari benda yang halal,
tidak najis. Kalaupun terpaksa atau
harus diambil dari benda yang najis,
adalah karena keadaan darurat.
Dalam aksioma hukum Islam: dalam
keadaan mendesak atau darurat,
maka benda yang najis, haram, dan
lain-lain, dapat digunakan menurut
kadarnya.


FATWA NO. 05/2009 TTG PENGGUNAAN
VAKSIN MENINGITIS BG JAMAAH HAJI/
UMRAH (1)
Menimbang: 1. Bahwa meningitis merupakan
penyakit berbahaya dan menular yg disebabkan
oleh mikroorganisme, spt virus atau bakteri, yg
menyebar dalam darah dan menyebabkan
radang selaput otak shg membawa kerusakan
kendali gerak, pikiran, bahkan kematian;
2. Bahwa Pemerintah Arab Saudi mewajibkan
kepada semua orang yg akan berkunjung ke
negara tsb, tmsuk utk kepentingan haji
dan/atau umrah, untuk melakukan vaksinasi
meningitis guna mencegah terjadinya penularan
penyakit meningitis;
3. Bahwa pada saat ini untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit meningitis hanya
bisa dilakukan dg vaksinasi meningitis karena
belum ada obat lain yg dapat menggantikan
vaksin tsb;
Lanjutan
4. Bahwa vaksin meningitis yg digunakan bg
jamaah haji Indonesia selama ini adalah vaksin
meningitis dg nama merk/nama dagang
Mencevak ACW135Y yg diproduksi oleh Glaxo
Smith Kline Beecham Pharmacetucal Belgia, yg
dlm proses pembuatannya mempergunakan
bahan media yg dibuat dg enzim dr pangkreas
babi dan gliserol dr lemak babi dan sampai saat
ini belum ditemukan vaksin meningitis lain yang
dlm proses pembuatannya tidak menggunakan
bahan media tsb yg dapat menggantikan vaksin
tsb;
5. Bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa MUI
memandang perlu menetapkan fatwa tentang
status hukum Penggunaan Vaksin Meningitis tsb
di atas bagi Jemaah Haji dan/atau Umrah, sebagai
pedoman bg pemerintah, umat Islam dan pihak-
pihak lain yg memerlukannya.
Lanjutan
Memutuskan, menetapkan Fatwa ttg Penggunaan
Vaksin Meningitis bagi Jamaah Haji atau Umrah;
Ketentuan Umum: Dalam fatwa ini yg dimaksud dg:
1. Vaksin meningitis ialah vaksin meningitis dg
nama merk/nama dagang Mencevak ACW135Y yg
diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Beecham
Pharmacetucal Belgia, yg kegunaannya untuk
mencegah penyakit meningitis;
2. Penyakit meningitis adl penyakit yg disebabkan
oleh mikroorganisme, spt virus atau bakteri, yg
menyebar dalam darah dan menyebabkan radang
selaput otak shg membawa kerusakan kendali
gerak, pikiran, bahkan kematian yg merupakan
penyakit berbahaya dan menular;
3. Haji wajib ialah haji yang dilakukan oleh mukallaf
untuk pertama kali atau karena nadzar,
sedangkan umrah wajib adalah umrah karena
nadzar.
Lanjutan
Ketentuan Hukum:
1. Penggunaan Vaksin Meningitis yg
mempergunakan bahwa dari babi dan/atau
yg dalam proses pembuatannya telah terjadi
persinggungan/persentuhan dengan bahan
babi adalah haram.
2. Penggunaan Vaksin Meningitis sebgmn
dimaksud dlm angka 1 di atas, khusus untuk
haji wajib dan/atau umrah wajib, hukumnya
boleh (mubah) apabila kebutuhan mendesak
(lil-hajah).
3. Ketentuan boleh mempergunakan Vaksin
Meningitis yg haram tsb berlaku hanya
sementara selama belum ditemukan Vaksin
Meningitis yg halal atau pemerintah kerajaan
Arab Saudi masih mewajibkan penggunaan
vaksin tsb bagi jamaah haji dan/atau umrah.
Lanjutan
Rekomendasi:
1. Pemerintah harus segera
memproduksi/menyediakan Vaksin
Meningitis yg halal sehingga dapat
digunakan oleh calon jamaah haji pada
tahun 2010.
2. Setelah dilakukan vaksinasi, agar
segera dilakukan pencucian secara syari
di tempat injeksi.
3. Umat Islam agar senantiasa berhati-hati
dalam mengonsumsi apapun yg
diragukan atau diharamkan oleh agama.
Ditetapkan di Jakarta, 23 Rajab 1430
H/16 Juli 2009.
FATWA NO. 05/2009 TTG
PENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS
BG JAMAAH HAJI/ UMRAH (1I)
Menimbang: a. Bahwa penyakit meningitis masih
menjadi ancaman kesehatan bagi jamaah haji
dan umrah di mana untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit berbahaya tsb hanya bisa
dilakukan melalui vaksinasi Meningitis;
2. Bahwa Pemerintah Arab Saudi tetap mewajibkan
kepada semua orang yg akan berkunjung ke
negara tsb, tmsuk utk kepentingan haji dan/atau
umrah, untuk melakukan vaksinasi meningitis
guna melindungi jamaah shg tidak terinveksi
virus yg berbahaya tsb;
3. Bahwa pada saat ini sudah ada beberapa
produsen yg memproduksi vaksin meningitis,
yaitu: (1) Glaxo Smith Kline Beecham
Pharmacetucal Belgia, (2) Novartis Vaccine and
Diagnostics S.r.i, (3). Zheijiang Tianyuan Bio
Prarmautical Co Ltd ;
Lanjutan
d. Bahwa Kom Fatwa MUI telah menerma
permohonan fatwa ttg status
kehalalan produk vaksin meningitis
dari ketiga produsen tsb;
e. Bahwa untuk itu, Kom Fatwa MUI
memandang perlu menetapkan fatwa
ttg Hukum penggunaan Vaksin
Meningitis produk dari ketiga produsen
tsb bagi Jamaah Haji dan/atau Umrah
sebagai pedoman bagi pemerintah,
umat Islam dan pihak-pihak lain yang
memerlukannya.
Lanjutan
MEMUTUSKAN, MENETAPKAN FATWA TTG
PENGGUNAAN VAKSIN MENINGITIS BAGI JAMAAH
HAJI ATAU UMRAH;
Ketentuan Umum:
Dalam fatwa ini, yg dimaksud dengan:
a. Vaksin MencevaxTM ACW135 adl vaksin
meningitis yg diproduksi oleh Glaxo Smith Kline
Beecham Pharmaceutical Belgium.
b. Vaksin Menveo Meningococcal adl vaksin yang
mempunyai nama produksi Menveo
Meningococcal Group A, C, W135 and Y
Conyugate Vaccine yg diproduksi oleh Novartis
Vaccine and Diagnostics S.r.i.
c. Vaksin Meningococcal adl vaksin yg mempunyai
nama produksi Meningococcal Vaccine yg
diproduksi oleh Zheijiang Tanyuan Bio
Pharmaceutical Co Ltd.
Lanjutan
Ketentuan Hukum:
1. Vaksin mencevax TM ACW135Y hukumnya
haram.
2. Vaksin Menveo Meningococcal dan
Meningococcal Vaccine hukumnya halal.
3. Vaksin yg boleh digunakan hanyalah vaksin
meningitis yang halal.
4. Ketentuan dalam Fatwa MUI Nomor 5 Tahun
2009 yg menyatakan bahwa bagi orang yg
melaksanakan haji wajib atau umrah wajib
boleh menggunakan vaksin meningitis haram
karena al-hajah (kebutuhan mendesak)
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 4 Syaban
1431 H/16 Juli 2010 M.
REKOMENDASI
Pemerintah diminta serius dan
berusaha semaksimal mungkin, untuk
menyediakan vaksin yang diambil atau
dibuat dari benda atau hewan yang
halal dan tidak najis.
Para Ahli dan Akademisi baik Medis
atau Paramedis menjelaskan secara
jujur tentang asal vaksin, melakukan
penelitian scr mendalam tentang
manfaat dan dampak negatif
vaksinasi/imunisasi, agar masyarakat
dapat merasa nyaman baik dlm soal
vaksinasi atau imunisasi.
Lanjutan
Masyarakat perlu mendapat informasi
yang jelas, mudah, dan terukur, baik
secara ilmiah maupun medis, tentang
dampak negatif apabila bayi atau
anak-anak yang membutuhkan
vaksinasi/imunisasi, agar mereka bisa
memahami, menerima, dan
melaksanakannya dengan baik.
Kasus-kasus faktual yang terjadi di
beberapa daerah, dapat menjadi
informasi penting bagi masyarakat,
dan oleh juru bicara atau tokoh agama
dan tokoh masyarakat.
PENUTUP
MUI mendukung setiap langkah,
usaha, dari pihak mana pun untuk
memberikan perlindungan, jaminan
kesehatan, perlindungan, dll, agar
generasi yang akan datang, dapat
menjadi generasi yg berkualitas.
Masyarakat diharapkan kritis namun
konstruktif dalam merespon dan
melakukan upaya sehat lahir dan
batin, melalui pendekatan agama,
termasuk dalam menggunakan
vaksin.
Lanjutan
Dalam menggunakan vaksin, dalam
praktiknya terkait dengan situasi
normal, vaksin berasal dari yang
haram, adalah haram. Akan tetapi jika
keadaan mendesak (al-hajah),
hukumnay dibolehkan.
Apabila sudah ditemukan vaksin yang
halal, maka kondisi mendesak dengan
sendirinya hilang. Karena vaksinasi
harus menggunakan vaksin yang halal.
Allah alam bi al-shawab.

Anda mungkin juga menyukai