Anda di halaman 1dari 34

3 Polip nasi berasal dari kata Yunani poly-pous yang berarti berkaki

banyak.

Polip nasi adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal


terutama kompleks osteomeatal di meatus nasi medius.
3
Berupa massa lunak yang mengandung banyak cairan,
bertangkai, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-
abuan.

3 Prevalensi yang pasti dari polip nasi belum ada datanya, oleh
karena studi epidemiologi yang dilakukan dan hasilnya
bergantung pada populasi studi serta metodenya.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI HIDUNG
PENDARAHAN HIDUNG
POLIP NASI
3 Massa lunak yang mengandung banyak cairan, bertangkai,
bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan.

3 Biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau


reaksi alergi pada mukosa hidung

Berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa


3 hidung atau sinus menonjol turun ke dalam rongga
hidung oleh gaya berat.

3 Banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang


(neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau
pembuluh darah.
Faktor Predisposisi
3 Alergi terutama rinitis alergi.

3 Sinusitis kronik.

3 Iritasi.

3 Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti


deviasi septum dan hipertrofi konka
Patofisiologi
Peradangan mukosa hidung dan sinus
paranasal yang kronik dan berulang

Gangguan keseimbangan vasomotor

peningkatan tekanan interstitial


(fenomena Bernoulli)

Edema mukosa hidung terutama di meatus medius

stroma akan terisi oleh cairan interseluler

mukosa yang sembab menjadi polipoid

turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk


tangkai, sehingga terbentuk polip
Manifestasi Klinis
3 rasa sumbatan di hidung yang makin
lama semakin berat keluhannya
bernafas melalui mulut gangguan
tidur penurunan quality of life

3 gejala hiposmia atau anosmia

Jika menyumbat sinus paranasal


3 sinusitis keluhan nyeri kepala dan
rinore post nasal drip

3 Bila penyebabnya adalah alergi


bersin dan iritasi di hidung.
DIAGNOSIS BANDING
3 Konka polipoid

3 Angiofibroma Nasofaring

Keganasan pada hidung


3
PENEGAKAN DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik : Mackay dan Lund (1997)
3
Stadium 1 : Polip masih terbatas
-Rhinoskopi anterior di meatus medius dan perlu
endoskop untuk melihatnya.
-Rhinoskopi posterior Stadium 2 : Polip sudah keluar
dari meatus medius, tampak di
-Naso-endoskopi rongga hidung tapi belum
memenuhi rongga hidung, dapat
dilihat dengan speculum hidung
Stadium 3 : Polip yang massif
3 Pemeriksaan penunjang : yang mengisi hamper seluruh
rongga hidung.
Foto polos sinus paranasal
CT scan
TERAPI

3
Polipektomi Medikamentosa

3 Operatif Polipektomi

3 Functional Endoscopy Sinus Surgery


LAPORAN KASUS
Nama : TN.A
Jenis Kelamin : Laki- laki
Umur : 57 tahun
Alamat : Banda Aceh
Pekerjaan : Pegawai Negri
Tanggal Masuk RS : 05 Januari
2017
4
Tidak ada keluarga yang menderita sakit
yang sama.
ANAMNESIS
5
Riwayat
Riwayat Pasien telah mendapatkan
Penyakit
Penyakit terapi untuk keluhan rhinitis

1
Keluarga
Keluarga alerginya
Riwayat
Riwayat
Pengguna-
Pengguna-
Keluhan
Keluhan an
an Obat
Obat
Utama
Utama

hidung kiri tersumbat


sejak 1 tahun SMRS
Riwayat
Riwayat
Pasien sebelumnya Kebiaasa-an
Kebiaasa-an

6
pernah di diagnosa Sosial
Sosial

3 Riwayat
Riwayat
Rhinitis alergi oleh dokter
spesialis THT-KL di Banda
Aceh. Alergi terhadap
Pasien seorang pegawai
negeri, pasien sering bersin
Penyakit makanan dan obat asam
Penyakit pada pagi hari dan bersin
Dahulu
Dahulu mefenamat
apabila terkena debu.
Riwayat
Riwayat
Penyakit
Penyakit Hidung tersumbat memberat sekitar 2 bulan terakhir, bernapas dari mulut,
Sekarang
Sekarang hidung sering berair, bersin-bersin di pagi hari yang dialami lebih dari 5x
sehari, bersin juga dialami saat terpapar debu
130/
Compos 80 88x 20x
36,7C
Mentis mm /menit /menit
Hg
Pemeriksaan Fisik

Kulit Kepala Mata Mulut Leher


Warna Bentuk: Konjungtiva: Bibir: sianosis Trakhea:
Cokelat normocephali Pucat (-/-) (-), pucat (-) deviasi (-)

Lidah tremor TVJ (N) R-2


Turgor cepat Rambut Sklera: ikterik
dan cm H2O.
kembali hitam (-/-)
hiperemis (-)

Sianosis,
Wajah: Pupil : Isokor
ikterus,
Simetris 3mm/3mm
oedema (-)

RCL : (+/+)

RCTL : (+/+)
Auskultasi
Vesikuler (+/+)
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Perkusi
Seluruh lapangan paru sonor
Palpasi
Stem fremitus kiri sama dengan kanan
Nyeri tekan (-/-)
Simetris Inspeksi
Retraksi intercostae (-/-)
Normochest
THORAKS
Auskultasi
BJ I > BJ II, reguler (-), bising (-)
Batas Jantung Atas : Sela iga III sinistra Perkusi
Batas Jantung Kiri : ICS V, 1 jari medial Linea Mid Clavikula
Sinistra
Batas Jantung Kanan : ICS IV Linea Para Sternal
Palpasi
Iktus cordis teraba di ICS V LMCS 1 jari ke medial
Inspeksi
Iktus cordis tidak terlihat
JANTUNG
Pemeriksaan Fisik Telinga
Dinding Membran
Daun Telinga
Liang Telinga Timpani

Kel
Lapang (+/
kongenital Utuh (+/+)
+)
(-/-)

Reflek
Hiperemi
Trauma (-/-) cahaya (+/
(-/-)
+)

Radang (-/-) Edema (-/-) Bulging (-/-)

Aurikular
Massa (-/-) Atrofi (-/-)
Sign (-/-)

Tragus Sign Perforasi


Sekret (-/-)
(-/-) (-/-)
Pemeriksaan Fisik Hidung
Hidung Sinus Rinoskopi
Luar Paranasal Anterior Septum

Kel kongenital
Nyeri tekan (+/+) Radang (+/+) Deviasi (-/+)
(-/-)

Cavum nasi
Deformitas (-/-) Nyeri ketok (+/+) Spina (-/-)
lapang (+/+)

Sekret (-/+)
Trauma (-/-) Encer dan Krista (-/-)
minimal

Konka inferior
hipertrofi(+/+)
Radang (-/-) Abses (-/-)
licin, merah
muda, udem

Konka media
eutrofi (+/+) licin,
Perforasi (-/-)
merah muda,
udem (+/+)

Massa polipoid,
warna abu
Hematom (-/-)
pucat, jumlah
multipel.
Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin (gr/dL) 14,7 14-17
Hematokrit (%) 44 45-55
Eritrosit (mm3) 5,8 4,7-6,1
Leukosit(mm3) 9,3 4,5-10,5
Trombosit(mm3) 234 150-450
Eosinofil (%) 5 0-6
Basofil (%) 1 0-2
Neutrofil batang (%) 0 2-6
Neutrofil segmen (%) 47 50-70
Limfosit (%) 40 20-40
Monosit (%) 7 2-8
Waktu perdarahan (menit) 2 1-7
Waktu pembekuan (menit) 8 5-15
Natrium (mmol/L) 146 135-145
Kalium (mmol/L) 3,5 3,5-4,5
Klorida (mmol/L) 108 90-110
KGDS (mg/dL) 114 <200
Ureum (mg/dL) 17 13-43
Pemeriksaan
Penunjang
CT SCAN
SINUS NASAL

Kesimpulan (4 Januari 2017)

Massa di cavum nasi kiri


meluas hingga sinus
etmoidalis dan frontalis,
kesan polip nasal.

Sinusitis maksilaris minimal

Tak tampak perluasan massa


ke intrakranial
DIAGNOSA BANDING
1. Polip nasal sinistra grade II
dd/ Hipertrofi Konka
2. Rhinitis Alergika
3. Sinusitis Maxilaris
DIAGNOSA KERJA

1. Polip nasal sinistra grade II


2. Rhinitis Alergika
3. Sinusitis Maxilaris
TERAPI
Medikamentosa
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1gr /12 jam

Operatif
Polipektomi via endoskopi
FESS (Functional Endoscopy Sinus Surgery)
ANALISA
KASUS
Kasus Teori
Anamnesis:
Pasien dengan keluhan hidung Terdapat beberapa faktor penyebab
tersumbat sejak 1 tahun yang lalu terjadinya polip nasal, antara lain: infeksi
dan memberat dalam 2 bulan sinusitis kronis, asma, rhinitis alergi (hay
terakhir. Pasien juga mengeluh fever), cystic fibrosis, hipersensitif terhadap
sering bersin saat terkena debu dan NSAID (respon alergi seperti aspirin,
saat pagi hari, selain itu pasien juga ibuprofen, asam mefenamat, naproxen,
memiliki riwayat alergi makanan dan dll). Pasien tersebut memiliki dua faktor
obat berupa asam mefenamat. resiko yang dapat menyebabkan polip
nasal antara lain riwayat rhinitis alergi dan
hipersensitivitas terhadap NSAID berupa
asam mefenamat
Kasus Teori
Pemeriksaan fisik rinoskopi didapatkan polip merupakan massa bertangkai dengan
adanya suatu masa padat kenyal permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong,
berwarna keabu-abuan dan tidak nyeri berwarna putih keabu-abuan, agak bening,
disertai adanya septum deviasi lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak
sensitive (bila ditekan atau ditusuk tidak
terasa sakit).

Warna polip yang pucat tersebut disebabkan


karena mengandung banyak cairan dan
sedikitnya aliran darah ke polip.

Bila terjadi iritasi kronis atau proses


peradangan warna polip dapat berubah
menjadi kemerah-merahan dan polip yang
sudah menahun warnanya dapat menjadi
kekuning-kuningan karena banyak
mengandung jaringan ikat,

Septum deviasi akibat adanya desakan dari


polip nasal yang mendesak septum dan
menyebabkan adanya pergeseran dari
septum nasal
Kasus Teori
Hasil CT-Scan pasien didapatkan Hal ini terjadi akibat adanya pembentukan
massa di cavum nasi kiri yang meluas polip yang sering diasosiasikan dengan
hingga sinus ethmoidalis dan sinus inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta
frontalis predisposisi genetik. Bila proses terus
berlanjut, mukosa yang sembab makin
membesar menjadi polip dan kemudian akan
turun ke rongga hidung dengan membentuk
tangkai. Polip juga dapat tumbuh ke arah
posterior yaitu ke nasofaring yang disebut
dengan polip choana, namun dengan tidak
adanya pemeriksaan endoskopi, letak
tumbuhnya polip tidak dapat diketahui
Kasus Teori
Terapi postoperasi pasien Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan
diberikan injeksi ceftriaxone, cephalosporin generasi ke-3 yang digunakkan
ketorolac dan transamin. sebagai antibiotik profilaksis untuk mencegah
terjadinya infeksi post operasi. Ketorolac
merupakan obat antinyeri golongan obat
antiinflamasi non-steroid (OAINS) kelompok
indoles yang berperan dalam menghambat
terbentuknya prostaglandin. prostaglandin
berperan sebagai pemicu rasa sakit dengan
cara meningkatkan kepekaan reseptor nyeri
akibat rangsangan mekanik atau kimia
dengan menurunkan nilai ambang polimodal
nosiseptor dari serat syaraf C, sehingga pada
pasien ini diberikan ketorolac sebagai
antinyeri post operasi
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai