Anda di halaman 1dari 26

GENESA BAHAN

GALIAN
Agung Wiranto (1404108010015)
Ammar Mubarak (1404108010029)
M. Ilman Rasyad (1404108010045)
Outline
Pengantar
Geologi Daerah Penellitian
Apa itu Genesa Bahan Galian?
Pengantar Genesa Bahan Galian
Disiplin ilmu yang mempelajari proses
terbentuknya suatu deposit mineral/bahan
tambang

Manfaat dalam mempelajarinya


Untuk mengetahui karakteristik suatu bahan
galian, seperti bentuk deposit, letak deposit,
luas penyebaran, maupun besar cadangan
Sehingga bisa ditentukan teknik eksplorasi,
metode penambangan serta cara pengolahan
yang paling efektif dan ekonomis
Jurnal
Jurnal 1
Alterasi Dan Mineralisasi Emas Daerah
Pertambangan Rakyat Di Panyabungan, Kabupaten
Mandailing-natal, Sumatera Utara Berdasarkan
Studi Pima, Petrografi, Aas Dan Inklusi Fluida
(Nayarudin N. Rahmat)

Jurnal 2
Mineralisasi Sulfida pada Batuan Plutonik dan
Vulkanik Daerah Kotanopan - Panyabungan,
Mandailing Natal, Sumatra Utara (Sri Indarto,
Iskandar Zulkarnain, Iwan Setiawan, dan Sudarsono)
Apa Tujuan dari Jurnal tersebut?
Tujuan Jurnal
Untuk memberikan informasi tentang terdapatnya
mineralisasi di daerah Mandailing-Natal, Sumatra
Utara kepada pemerintah setempat maupun
instansi yang bersangkutan, terkait masalah
identifikasi ubahan hidrotermal dan tekstur
spesifik urat-urat kuarsa dalam rangka
mengungkap terjadinya mineralisasi emas, serta
susunan fluida penyebab terjadinya alterasi dan
mineralisasi, suhu pembentukan dan lingkungan
pengendapan mineral, serta geokimia hubungan
antar unsur logam termineralisasi yang berada di
daerah Mandailing-Natal, Sumatera Utara
PEMBAHASAN
Daerah Kotanopan-Panyabungan, Mandailing Natal,
Sumatera Utara, memiliki zona mineralisasi yang
sangat unik. Hal ini dapat dilihat dari adanya
perbedaan mineralisasi di dalam asosiasi batuan
maupun mineral logam yang terdapat didalamnya.
Terutama pada daerah Panyabungan, Mandailing
Natal. Pada daerah ini dapat kita temui berbagai
macam jenis batuan beku seperti andesit dan basalt.
Tidak hanya itu, daerah Panyabungan juga memiliki
keterdapatan emas yang berasosiasi dengan pirit,
kalkopirit, galena dan juga mangan. Keterdapatan
batuan beku dan emas pada daerah Panyabungan hal
itu dapat kita lihat dari kondisi geologi yang
terdapat pada daerah ini
Secara geologi Panyabungan terletak di tengah-tengah
pegunungan Bukit Barisan yang termasuk pada zona graben
yang memanjang dari arah tenggara. Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Lubuk sikaping (Rock drr.,1983), daerah
kabupaten Mandailing Natal memiliki umur batuan sekitar
dari zaman Karbon hingga Resen. Secara khusus, di daerah
Panyabungan dominan terhadap batuan berjenis klastika
gunungapi (volkanistik) yang bersifat andesitik dan dasitik.
Di daerah ini terdapat batuan beragam jenis dari ukuran
lanau hingga kerakal. Batuan ini kemudian membentuk
breksi yang memiliki zona urat kuarsa utama dengan
kemiringan kearah barat yang mana berlawanan dengan
batuan samping. Menurut penelitian J.A. Aspden pada tahun
1982 menemukan bahwa batuan volkanistik tersebut
berumur antara Paleozoikum hinga Mesozoikum, akibatnya
ada beberapa batuan yang termetamorfosa derajat rendah
Lokasi dan Peta Geologi

Lintasan Geologi
Peta Geologi, Ubahan Hidrothermal, d
Panyabungan, Mandailing
Zona Termineralisasi di Panyabungan
Natal

Metode Pengambilan Sampling


Dalam melakukan percobaan, pada jurnal yang
berjudul Mineralisasi Sulfida pada Batuan Plutonik
dan Vulkanik Daerah Kotanopan-Panyabungan,
Mandailing Natal, Sumatera Utara, menggunakan
metode pengambilan percontohan pada sepanjang
lintasan geologi Panyabungan-Kotanopan yang
terdapat singkapan. Batuan yang diambil dianggap
dapat mewakili semua jenis batuan yang ada di
daerah tersebut yaitu yang berjenis plutonik,
vulkanik dan metamorf
Sedangkanpada jurnal kedua mengenai Alterasi dan
Mineralisasi Emas Daerah Pertambangan Rakyat di
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera
Utara Berdasarkan Studi PIMA, Petrografi, AAS dan
Inklusi Fluida menggunakan metode pengambilan
percontoh batuan pada singkapan di permukaan dan
juga masuk ke dalam lubang galian masyarakat yang
menggunakan sistem channel sampling yang
memotong urat kuarsa hingga titik kedalaman sekitar
170 meter. Kemudian metode pengujian AAS
melakukan identifikasi geokimia. Dan yang terakhir
Iklusi Fluida untuk mengetahui suhu pembentukan
kuarsa dan cebakan bijih
Hasil Analisa Lokasi
Mineralisasi
ANALISIS PETROGRAFI

Pada daerah Panyabungan kita dapat menemui batuan


plutonik dan vulkanik. Banyak batuan plutonik yang
tersingkap di daerah Panyabungan. Batuan ini memiliki
jenis yang beragam mulai dari yang asam hingga
ultrabasa. Dari hasil pengamatan yang dilakuakan
secara analisis petrografi, maka di daerah Panyabungan
dapat kita temukan mineralisasi sulfide pada batuan
plutonik dan vulkanik di daerah Panyabungan adalah
sebagai berikut : Peridotit terserpentinkan, granodiorit,
granit, diorit propolitik, andesit basaltis, andesit
termineralisasi dan alterasi lemah (bongkah), genes,
basal olivine (bongkah), andesit piroksen (bongkah),
tuf gelas kristal batuan, dan tuf kristal gelas
ANALISIS MINERGRAFI

Setelah dilakukan penelitian Petrografi maka akan


dilakukan penelitian adanya gejala mineralisasi
(Mineragrafi) dari 7 buah batuan sampel yang telah
diambil. Dari hasil analisis didapatkan bahwasanya
hampir keseluruh batuan percontoh memiliki komposisi
pirit, kalkopirit, kadang-kadang sfalerit, magneit dan
galena. Khususnya pada daerah Panyabungan pirit
beraosiasi dengan kalkopirit. Kalkopirit yang ditemukan
berbentuk subhedral dan granular, berwarna kuning
terang dan menunjukkan pleokroisme lemah dengan
anisotropic lemah, serta tidak adanya indikasi efek
pemantulan dalam
alterasi yang terjadi pada daerah Panyabungan memiliki 3
macam alterasi berdasarkan penelitian, yaitu :
1). Alterasi silisifikasi, yang mana membentuk urat kuarsa
butir sedang-halus hingga kalsedonik dan kemudian
termineralisasi dengan mineral sulfide seperti pirit,arsenopirit,
kalkopirit, galena dan native gold. Tekstur yang ditemui
adanya cavity filling dan sedikit proses replacement
2). Alterasi argilik, yang mana hadir disekitar urat kuarsa.
Pada zona ubahan ini adanya urat-urat hasil yang membentuk
stockwork dan berasosiasi dengan ubahan lempung seperti ilit,
kaolinit dan monorilonit secara pervasive
3). Alterasi Propolitik, yang mana zona alterasi yang terdapat
paling luar dan jauh dari zona mineralisasi urat kuarsa
epitermal sulfidasi rendah
Hasil Analisis Geokimia
Analisa kimia (AAS) terhadap contoh batuan
termineralisasi (urat kuarsa)
mampu mendeteksi kandungan unsur-unsur yang erat
kaitannya dengan
proses mineralisasi epitermal dengan ditunjukkan oleh
keberadaan As dan
Sb dengan kandungan yang signifikan dari Au, Ag, Cu, Pb,
dan Zn
Berdasarkan hasil analisa kimia dari semua sampel batuan
termineralisasi
tersebut kemudian digambarkan dalam bentuk grafik,
sehingga didapatkan
pola-pola kehadiran semua unsur Au, Ag, Cu, Pb, Zn, As, Sb
dan Mo
Dari grafik diatas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa adanya 2 kelompok, yaitu
Cu-Zn-Sb-As-Mo yang berbanding terbalik
terhadap keterdapatan Au-Ag. Dimana kedua
kelompok ini saling mempengaruhi satu sama
lain (kecuali Pb). Sebagai studi kasus diatas,
kita dapat melihat hubungan erat antara Au-
Ag, dimana apabila unsur Au naik, maka unsur
Ag relatif mengikuti naik, dan sebaliknya.
Namun apabila Au naik, maka unsur Cu, Zn,
Sb, As, Mo akan relative turun sebab
berbanding terbalik. Sehingga didapatkan hasil
bahwasanya daerah Panyabungan merupakan
zona mineralisasi Au (emas) dan Ag (perak)
dalam urat kuarsa.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua jurnal tersebut adalah
bahwasnya daerah Panyabungan memiliki keterdapatan emas (Au)
dan Ag (Perak) yang mana berasosasi dengan mineral sulfide
didalamnya (Pirit, kalkopirit, galena, magnetit). Hal ini dapat dilihat
dari adanya indikasi terjadi alterasi pada permukaan dangkal akibat
adanya campuran antara air hidrohtermal dengan air tanah. Di daerah
Panyubangan memiliki tipe endapan epitermal sulfidasi rendah yang
mana didominasi dengan tekstur pengisian (cavity filling). Dari hasil
temperature ubahan hidrothermal terbentuk pada suhu 239-250 derajat
celcius dengan salinitas rendah pada 0.78 equivalent wt.% NaCl,
sehingga ditemukan Au-Ag pada kedalamana rendah sekitar 350-430
meter kedalaman permukaan. Hal ini berkaitan erat dengan adanya
mineralisasi sulfida pada permukaan rendah sehingga emas yang
terdapat di daerah Panyabungan berasosiasi dengan mineral sulfide.
Sebab emas yang terbentuk di daerah Panyabungan diendapkan oleh
air meteoric secara dominan.
PERTANYAAN
ADA

Anda mungkin juga menyukai