Anda di halaman 1dari 13

ETIKA DAN HUKUM

KESEHATAN
Fridolin Dernita Lega (14110058)
Aborsi ??
Latar Belakang
Kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau
majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran
kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus
setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja.
Faktor penyebab aborsi terdiri banyak faktor
Aborsi memiliki risiko baik dari segi kesehatan fisik maupun
mental yang tidak banyak diketahui orang yang ingin melakukan
aborsi
Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan
hal-hal negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi
adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya.
Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan
yang negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter
demi kondisi tertentu (indikasi medis).
Apa itu Aborsi?
aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi
pada stadium perkembangannya sebelum
masa kehamilan yang lengkap tercapai
(38-40 minggu); Pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (berat kurang dari 500
JENIS
gram atau kurang dari 20 minggu).
ABORSI

Abortus spontanea = berlangsung tanpa tindakan/pengeluaran


janin secara spontan sebelum janin dianggap mampu bertahan
hidup.
Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis =
pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi.
Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum =
pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medik.
Penyebab
Umur,jarak hamil dan bersalin terlalu dekat,paritas ibu, riwayat kehamilan
yang lalu, incest,
Kehamilan tak diinginkan (KTD) seperti hamil diluar nikah
Tingkat pendidikan tentang seksual dan kesehatan reproduksi rendah
Kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak dari aborsi yang tidak aman
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan ialah :
Kelainan kromosom,Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang
sempurna,Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakaou
dan alkohol
Kelainan pada plasenta
Faktor maternal
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan uterus.

Dampak : Kesehatan fisik dan kesehatan mental


HUKUM YANG BERKAITAN

Pasal 299
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnyasupaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara palinglama empat tahun
atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikanperbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang
tabib,bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. Jika yang bersalah,
melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya
untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
1.Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1.Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan rencana, atau karena salah
satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan
pasal 35 No. 1- 5.
Pasal 194 uu no 36 th 2009
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa
ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik,berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan
akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 80 ayat 1 uu no.23/1992
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis
tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 15
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyclamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
ditakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya dapat dilakukan :
berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut;
oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung
jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim
ahli;dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau
suami atau keluarganya;pada sarana kesehatan tertentu.
Kasus
Terkait Kasus Aborsi di Sentosa Lama, Dokter dan Bidan Ditahan Poltabes Medan

Kasus ini terjadi di Medan. Terkait kasus dugaan melakukan aborsi di salah satu rumah
yang diduga dijadikan sebagai tempat praktek aborsi di Jalan Lubuk Kuda Gang Marco
Sentosa Lama yang digerebek anggota Reskrim Poltabes Medan, Sabtu (12/12) lalu, dua
orang telah dijadikan tersangka dan masih ditahan di Mapoltabes Medan. Kedua tersangka
yakni Dr J dan Bidan M.
Kasat Reskrim Kompol Gidion Arif Setyawan SIK dan Kanit VC Poltabes Medan AKP Ronny
Nicolas Sidabutar SIK saat dikonfirmasi SIB, Senin (14/12) membenarkan bahwa pihaknya
telah menetapkan Dr J dan Bidan M sebagai tersangka dan masih ditahan di Mapoltabes
Medan guna pengusutan lebih lanjut.
Untuk biaya aborsi, R dikenakan biaya Rp 2 juta oleh tersangka. Diduga, R melakukan
aborsi atas kemauan dirinya sendiri.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penggerebekan itu berawal dari adanya laporan
masyarakat yang menyebutkan bahwa satu rumah di Jalan Lubuk Kuda Gang Marco
Sentosa Lama kerap kali dijadikan tempat praktek aborsi.
Kemudian anggota Unit VC Reskrim Poltabes Medan melakukan penyelidikan di lapangan
sekaligus menggerebek rumah tersebut. Dr J dan Bidan M yang diduga sebagai pelaku
aborsi tersebut selanjutnya diboyong ke Mapoltabes Medan untuk diperiksa. (M16/y)
Pemaparannya
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992, dijelaskan bahwa
tindakan medis dalam bentuk apapun dan atau pengguguran kandungan
dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum,
norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam
keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. (Indikasi medis)
Sebelum melakukan tindakan medis yakni aborsi, tenaga kesehatan harus
terlebih dahulu meminta pertimbangan tim ahli yang dapat terdiri dari berbagai
bidang seperti medis, agama, hukum, dan psikologi.
Meskipun dilakukan oleh dokter dan bidan yang dalam hal ini mempunyai
kompetensi yang sesuai tetapi aborsi pada kasus ini tetap dikategorikan ilegal
karena bukan indikasi medis atau bertentangan dengan KUHP dan uu tentang
aborsi tepatnya pasa 75 ayat 2.
Jadi, pada kasus aborsi di atas, pelaku (nakes) ditindak oleh kepolisian dan
dijerat KUHP Bab XIX Pasal 299, 348 dan 349 serta UU Kesehatan No.23
tahun 1992 Pasal 80 ayat 1. Dan dicabut ijin praktiknya. Sedangkan korban
dijerat KUHP pasal 346.
Pasal 346 R Pasal 348 dokter bidan
Seorang wanita yang sengaja (1) Barang siapa dengan sengaja
menggugurkan atau mematikan menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang kandungan seorang wanita dengan

penjara paling lama empat tahun HUKUM


lain untuk itu, diancam dengan pidana persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
Pasal 349 dokter bidan
Pasal 75
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
(2) Larangan
berdasarkan sebagaimana
pasal 346, dimaksud pada
ataupun melakukan ayat (1) dapat
atau membantu melakukan salah
dikecualikan
satu kejahatan yang berdasarkan:
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
indikasi kedaruratan
ditentukan dalam pasal itu dapatmedis yang dideteksi
ditambah sejak usiadan
dengan sepertiga dinidapat dicabut
hak untukkehamilan,
menjalankanbaikpencarian
yang mengancam
dalam mananyawa ibu dan/atau
kejahatan janin,
dilakukan.
yang menderita penyakit genetik,berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
Pasal 194 uu no 36 th 2009 Kena (dokter dan bidan)
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
And finally??
Arigat gozaimasu

Anda mungkin juga menyukai