Anda di halaman 1dari 42

METODOLOGI PEMBENTUKAN HUKUM

Hukum (dalam arti hukum yang dikonstruksi)


Dalam ilmu pembentukan hukum, hukum
ditelaah dari sudut pandang pembentuk hukum.
Bagaimana merumuskan atau membentuk
peraturan hukum atau mengatur peristiwa atau
perilaku manusia untuk waktu yang akan datang.
Pembentuk Hukum.
A. Pembentuk hukum
perundang-undangan.
1. pemegang kekuasaan pembentukan
undang- undang (legislatif).
2. pemegang kekuasaan
pelaksanaan (eksekutif);
B. Pembentuk hukum di luar perundang-undangan.
1. himpunan perorangan.
2. himpunan lembaga
swasta. 3.
himpunan lembaga keagamaan.
Hukum di luar perundang-
undangan.
timbul karena perjanjian.

mengikat karena asas pacta sunt
servanda.
bentuk :
- peraturan
lembaga,
- keputusan eksekutif
lembaga, atau
- kontrak (perjanjian).
Perundang-undangan
I. Peraturan.
a. Undang-Undang
Dasar; b.
Undang-undang / Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d.
Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah;
1.
Peraturan Daerah Propinsi;
2. Peraturan Kabupaten/Kota;
3. Peraturan
Desa.
RS Pemerintah

Pusat Daerah

UUD Negara
Pemda UU Pemda
UU/ PP/ Pem. Pusat
Keppres (Depkes/Depkeu)

UU / PP Perjan (RS) RSUD Perda

STATUTA Peraturan RS Peraturan RS STATUTA


SK Direktur SK Direktur
dst dst
RS Swasta

- UU Yayasan
Badan Hukum
- Akta Pendirian:
(Yayasan)
(AD/ART)

SK Yayasan RS

Peraturan RS
SK Direktur
dst
RS Swasta

- UU PT Badan Hukum (PT)


- Akta Pendirian: Persh Perseorangan
(AD/ART)
Rumah Sakit

Peraturan RS
SK Direktur
dst
Bylaw
Regulation made by local authority or
corporation
Laws, rules, regulations, orders and
constitutions of corporations for governing
their members
Segala peraturan, ketentuan yang dibuat
oleh suatu organisasi, perkumpulan untuk
mengatur anggota-anggotanya

Hospital bylaw ?
Sejarah Sosial Budaya Kebiasaan Perkembangan Hukum

HOSPITAL BYLAWS

Filosofi Visi & Misi Tujuan


Hospital bylaws (Hbl)
Apa saja bentuk-bentuk Hbl ?
Apakah Hbl tersebut sudah dibuat atas
persetujuan (mendapat kuasa) dari pemilik ?
Apakah Hbl hanya berlaku secara intern ?
Atau juga berlaku bagi semua pihak yang
berhubungan dengan RS (pasien, dokter,
pengunjung, dll) ?
Bagaimana hubungan antara pemilik dengan
pengurus RS ?
Bagaimana hubungan antara Hbl dengan
hukum ?
Ciri & Substansi Hbl
Tailor-made
Perpanjangan tangan hukum
Berkaitan dengan seluruh manajemen RS
Rumusan : jelas, tegas dan terperinci
Hirarkis dan sistematis
Anggaran Dasar

Anggaran Rumah Tangga

Peraturan RS

Bidang Umum
Bidang Medik

Surat Keputusan

Pengumuman
Anggaran Dasar
Dasar pendirian badan hukum
Mengatur hal-hal yang sangat pokok
berkaitan dengan badan hukum tsb
Merupakan payung hukum
Anggaran Rumah Tangga
Peraturan pelaksanaan dari A.D.
Memuat garis-garis besar dan peraturan dasar (pokok)
yang penting :
- Visi & Misi
- Struktur Organisasi
- Kebijakan-kebijkan startegis
- Urutan jenjang Peraturan Dasar RS
-Hubungan antara pemilik dengan direksi
- Hak, Kewajiban, Tanggungjawab, wewenang
- Rapat-rapat
- Kedudukan & Fungsi Komite Medik
- Masa jabatan direksi
- dll
Peraturan Rumah Sakit
Mengatur hal-hal yang langsung berhubungan
dengan manajemen RS berdasarkan kebijakan
yang telah ditentukan
Ada tingkatan-tingkatan :
- Strategis : direktur dengan owner
- Administratif : direktur dan staf
- Operasional : SOP, Juklak, Juknis
Materi :
- Bidang Umum
- Bidang Medis
Bidang Umum :
Mengatur pelaksanaan UU yang menyangkut dunia
perumahsakitan yang bersifat umum
Kebijakan-kebijakan direksi dalam mengelola RS
Tidak ada masa berlaku : sampai dicabut dengan PRS yang
baru
Antara lain mengatur :
Hak & Kewajiban pasien
Hak & Kewajiban dokter
Hak & Kewajiban RS
Informed Consent
Wajib simpan rahasia kedokteran
Kontrak-kontrak kerja
Persyaratan Kerja, Jaminan Keselamatan & Kesehatan
Kerja
dll
Bidang Medis :
Peraturan tentang Komite Medik
Hubungan antara direksi dengan tenaga
medik
Peraturan Umum tentang tenaga medik
Persyaratan untuk merawat pasien
Panitia etik kedokteran
Panitia etika RS
dll
Surat Keputusan
Pengangkatan karyawan
Pemberhentian kerja
Pedoman umum tentang pimpinan
terhadap kebijakan-kebijakan terhadap
berbagai bagian/unit
dll
Pengumuman
Hal-hal yang perlu diketahui dalam
kalangan luas, baik intern maupun ekstern
Pemberitahuan yang berlaku sekali
(einmalig)
Bidang Ketenagakerjaan
Perjanjian Kerja Bersama / Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB)
Peraturan Perusahaan
Perjanjian Kerja
Perjanjian Kerja Bersama
Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang
merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat
kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
dengan pengusaha atau beberapa pengusaha.
Penyusunan perjanjian kerja bersama dilaksanakan
secara musyawarah.
Perjanjian kerja bersama dibuat secara tertulis dengan
huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam hal terdapat perjanjian kerja bersama yang dibuat
tidak menggunakan bahasa Indonesia, maka perjanjian kerja
bersama tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah tersumpah
Perjanjian kerja bersama paling sedikit memuat :
a. hak dan kewajiban pengusaha;
b. hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta
pekerja/buruh;
c. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja
bersama; dan
d. tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja
bersama.
Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
ketentuan yang bertentangan tersebut batal demi hukum dan
yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
Peraturan Perusahaan
Peraturan perusahaan adalah peraturan yang
dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat
syarat syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib
membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku
setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
Kewajiban membuat peraturan perusahaan tidak
berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki
perjanjian kerja bersama.
Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi
tanggung jawab dari pengusaha yang
bersangkutan.
Peraturan perusahaan disusun dengan
memperhatikan saran dan pertimbangan dari
wakil pekerja/buruh di perusahaan yang
bersangkutan.
Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan
telah terbentuk serikat pekerja/serikat buruh
maka wakil pekerja/buruh adalah pengurus
serikat pekerja/serikat buruh.
Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan
belum terbentuk serikat pekerja/serikat buruh,
wakil pekerja/ buruh adalah pekerja/buruh yang
dipilih secara demokratis untuk mewakili
kepentingan para pekerja/buruh di perusahaan
yang bersangkutan.
Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat :
a. hak dan kewajiban pengusaha;
b. hak dan kewajiban pekerja/buruh;
c. syarat kerja;
d. tata tertib perusahaan; dan
e. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua)
tahun dan wajib diperbaharui setelah habis masa
berlakunya.
Selama masa berlakunya peraturan perusahaan, apabila
serikat pekerja/ serikat buruh di perusahaan meng
hendaki perundingan pembuatan perjanjian kerja
bersama, maka pengusaha wajib melayani.
Dalam hal perundingan pembuatan perjanjian kerja
bersama tidak mencapai kesepakatan, maka peraturan
perusahaan tetap berlaku sampai habis jangka waktu
berlakunya
Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja/buruh.

Perjanjian kerja dibuat atas dasar :


kesepakatan kedua belah pihak;
kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan
hukum;
adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
sekurang kurangnya memuat :
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat
pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan
kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian
kerja;
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;
dan
i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian
kerja.
Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk
waktu tidak tertentu.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas :
a. jangka waktu; atau
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.

Perjanjian kerja berakhir apabila :


pekerja meninggal dunia;
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap; atau
adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Struktur kaidah (norma) hukum
subyek kaidah (norma) :
menunjuk pada subyek hukum yang termasuk ke dalam
sasaran penerapan sebuah pengaturan.
obyek kaidah (norma) :
menunjuk pada peristiwa-peristiwa atau perilaku apa saja yang
hendak diatur.
operator kaidah (norma) :
menunjuk pada cara bagaimana obyek kaidah diatur (misal:
menetapkan keharusan atau larangan, memberikan hak atau
membebankan kewajiban )
kondisi kaidah (norma) :
menunjuk pada kondisi atau keadaan apa yang harus dipenuhi
agar suatu aturan hukum dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Keempat unsur kaidah (norma) tsb bersifat
konstitutif yang satu sama lain saling
terkait dan secara bersamaan akan
menentukan isi dan wilayah penerapan /
jangkauan berlakunya;
Dalam praktek, susunan keempat kaidah
tsb tidak harus berurutan, tetapi
(se)harus(nya) ada dan dapat diidentifikasi
dalam setiap rumusan pasal/klausul.
Barangsiapa meniru, memalsukan uang kertas
dan/atau dengan sengaja menyimpan serta
mengedarkan uang kertas tiruan atau uang kertas
palsu diancam dengan hukuman penjara
Subyek kaidah : barangsiapa setiap orang
Obyek kaidah : meniru, memalsukan uang
kertas, menyimpan serta mengedarkan uang
kertas tiruan atau uang kertas palsu atau uang
kertas palsu
Operator kaidah : diancam dengan hukuman
penjara berarti dilarang (larangan)
Kondisi kaidah : dengan sengaja
Pasal 28 UU Praktik Kedokteran :
Setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau
kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh
organisasi profesi dalam rangka penyerapan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
atau kedokteran gigi

Subyek kaidah : setiap dokter atau dokter gigi


Operator kaidah : kewajiban
Obyek kaidah : mengikuti pendidkan dan
pelatihan .
Kondisi kaidah : yang berpraktik
Pasal 48 UU Praktik Kedokteran :
Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran
Subyek kaidah : Setiap dokter atau dokter gigi
Kondisi kaidah : dalam melaksanakan praktik
kedokteran
Operator kaidah : kewajiban
Obyek kaidah : menyimpan rahasia kedokteran
Sifat Kaidah Hukum
Umum-Abstrak :
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha, wajib
memelihara kelestarian, kemampuan lingkungan hidup yang
serasi dan seimbang.
Umum-Konkrit :
Semua kegiatan usaha yang diperkirakan mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan hanya dapat
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan RKL dan RPL
oleh instansi yang berwenang.
Individual-Abstrak:
RS. XYZ wajib menaati baku mutu limbah cair sebagaimana
ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang
ditetapkan
Individual-Konkrit :
RS. XYZ hanya diizinkan membuang limbah cair sesuai
baku mutu sebagai berikut : BOD 150 mg/L, COD 350 mg/L,
Padatan Tersuspensi Total 150 mg/L dan pH 6-9
Jenis Kaidah Hukum
Perintah
Larangan
Perilaku
Dispensasi

Izin
Kewenangan

Sanksi

Kualifikasi

Peralihan
Kaidah Perilaku :
- menetapkan bagaimana harus / boleh berperilaku
- mengatur perilaku orang
- terdiri dari beberapa bentuk :
Kaidah Perintah :
Kewajiban untuk melakukan sesuatu wajib, harus,
terikat untuk, berkewajiban untuk (Setiap dokter atau
dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis)
Kaidah Larangan :
Kewajiban umum untuk tidak melakukan sesuatu
dilarang, tidak boleh, tidak dapat (Setiap orang
dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau
bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat
seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
dan/atau surat izin praktik)
Kaidah Dispensasi :
pembolehan khusus untuk tidak melakukan sesuatu
yang secara umum diwajibkan/diharuskan
dibebaskan dari kewajiban, dikecualikan dari
kewajiban, tidak berkewajiban (Dikecualikan dari
kewajiban memiliki visa adalah bagi kapten, nakhoda
dan awak yang bertugas pada alat angkut yang
berlabuh di pelabuhan atau mendarat di bandar udara
di wilayah Indonesia)
Kaidah Izin :
pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang
secara umum dilarang atau tidak boleh dilakukan
boleh, diizinkan untuk, dapat (Badan hukum
swasta diizinkan menyelenggarakan usaha di bidang
telekomunikasi setelah memenuhi persyaratan
khusus yang ditetapkan)
Keempat bentuk kaidah perilaku tsb memiliki
hubungan logikal dan implikasi tertentu yang dapat
dirumuskan :
Hubungan Kontraris : Sebuah perintah dan sebuah
larangan saling mengecualikan satu sama lain Sebuah
perilaku yang diperintahkan tidak mungkin sekaligus
sebagai sebuah perilaku yang tidak boleh (dilarang)
dilakukan, demikian pula sebaliknya.
Hubungan sub-alternasi : Antara perintah dengan izin,
antara larangan dengan dispensasi terdapat hubungan yang
bersifat implikatif jika orang mengemban kewajiban untuk
melakukan sesuatu maka orang tersebut pasti juga memiliki
izin untuk melakukan itu; Jika suatu perilaku tertentu
dilarang, maka orang harus dibebaskan dari kewajiban
untuk melakukannya.
Hubungan Kontradiksi : Sebuah perintah dan
dispensasi atau sebuah larangan dan izin tidak dapat
berlaku bersama-sama orang tidak dapat mempunyai
kewajiban sesuatu sedangkan pada saat yang sama ia
juga dibebaskan untuk tidak melakukan kewajiban
tersebut; Seseorang tidak dapat dilarang untuk
melakukan sesuatu sedangkan pada saat yang sama ia
juga dibolehkan untuk melakukan hal tersebut.
Hubungan sub-kontraris : Sebuah izin dan dispensasi
tidak saling meniadakan sebab orang dapat mempunyai
izin untuk melakukan sesuatu dan pada saat yang sama
ia diperbolehkan (mempunyai izin) untuk tidak
melakukan hal tersebut.
Kaidah Kewenangan :
Menetapkan siapa yang berhak/berwenang untuk
menciptakan dan memberlakukan kaidah perilaku

Kewenangan untuk :
Menetapkan siapa yang berwenang untuk mengatur perilaku
orang;
Menentukan dengan prosedur bagaimana kaidah perilaku
ditetapkan;
Menentukan bagaimana suatu kaidah harus diterapkan jika
dalam suatu kejadian tertentu terdapat ketidakjelasan.
Struktur logikal :
Terhadap sebuah kewenangan (competence) muncul implikasi
dalam bentuk kewajiban dari pihak lain untuk menundukkan diri.
Sebaliknya terhadap ketidakberwenangan mengakibatkan
imunitas atau tidak ada kewajiban pihak lain untuk
menundukkan diri.
Kaidah Sanksi :
Memuat reaksi yuridis atau akibat hukum tertentu jika terjadi
pelanggaran atau ketidakpatuhan terhadap kaidah tertentu
Berisi kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
Berdasarkan bidang hukum, ada 3 kelompok utama :
- Sanksi administratif
- Sanksi Pidana
- Sanksi Perdata
Berdasarkan tujuannya, ada 2 macam :
- Sanksi yg bersifat reparatoir (pemulihan keadaan)
- Sanksi yg bersifat condemnatoir (hukuman badan dan/atau
denda)
Kaidah Kualifkasi :
Menetapkan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus
dipenuhi oleh seseoang untuk dapat melakukan perbuatan
hukum tertentu; Atau sebaliknya dibebaskan dari kewajiban
untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu
Digunakan untuk menentukan jenis peristiwa atau keadaan
tertentu dikaitkan dengan akibat hukum tertentu
Contoh :
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam pengajuan
gugatan melalaui PTUN adalah :
a. .
b.
Tidak termasuk dalam pengertian keputusan pejabat tata
usaha negara menurut undang-undang ini adalah:
a. ..
b. ..
Kaidah Peralihan :
Sebagai sarana untuk mempertemukan aturan hukum
tertentu sebagai akibat kehadiran peraturan perundang-
undangan denga keadaan sebelum peraturan
perundang-undangan itu berlaku.
Berfungsi untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kekosongan hukum, menjamin kepastian hukum dan
memberi jaminan perlindungan hukum bagi subyek
hukum tertentu.
Contoh :
Segala peraturan atau badan yang telah ada tetap
berlaku selama belum atau tidak diganti menurut
undang-undang ini
Segala izin yang telah diberikan menurut peraturan yang
lama tetap berlaku untuk jangka waktu paling lama 3
tahun sejak berlakunya undang-undang ini.

Anda mungkin juga menyukai