Anda di halaman 1dari 25

AUDIT MATERNAL

PERINATAL

Ari Andriyani, M.Keb


PENGERTIAN
Kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu,
perinatal, dan neonatal guna mencegah kesakitan dan atau
kematian serupa di masa yang akan datang.

proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian


ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan
menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu
kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai
intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.

AMP turut menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA


di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional melalui
upaya penerapan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance)
TUJUAN
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan
mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam
rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
perinatal
Tujuan khusus
a.Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
perinatal secara teratur dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta
dan puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek mandiri atau BPM
di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi
b.Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak
yang di perlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan
dalam pembahasan kasus
c.Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan
kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah
sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.
KEBIJAKAN
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan menyatakan bahwa
tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan dan menghormati hak
pasien.
STRATEGI
Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam
peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap
menerapkan kendali mutu ,yang antara lain dilakukan
melalui AMP diwilayahnya ataupun diikut sertakan
kabupaten/kota lain
Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai
koordinator fasilitator yang bekerja sama dengan rumah
sakit kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit
pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu
diwilayah kabupaten/kota
Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP, yang
selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi
kasus, membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut
berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaaan
dan sanksi bagi pelaku)
LANGKAH DAN KEGIATAN

Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP


ditingkatkabupaten/kota sebagai berikut :
1. Pembentukan tim AMP
2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis
pelaksanaan AMP
3. Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP
4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan
AMP
5. Pelaksanaan kegiatan AMP
6. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan
dari kegiatan audit maternal oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota bekerjasama dengan RS
7. Pemantauan dan evaluasi
RINCIAN KEGIATAN AMP

a. Tingkat kabupaten /kota


1. Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak
terkait mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota
2.Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota ,yang susunannya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
3.Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan:
Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA dipuskesmas dan jajarannya
Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis anak
dokter ahli lain RS kabupaten/kota
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola program terkait
Pihak lain yang terkait ,sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik swasta petugas
rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain.
4.Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim
AMP
Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya ,dan
melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon dukungan
Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
pengelolaan program KIA,secara berkelanjutan
TINGKAT PUSKESMAS

1.Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai


upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP
2.Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu
serta perinatal dan penanganan atau rujukan nya ,untuk kemudian
dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota
3.Mengikuti pertemuan AMP dikabupaten/kota
4.Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal
) selambat-lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi
ini harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-
lambatnya dalam waktu 1 bulan . temuan otopsi verbal
dibicarakan dalam pertemuan audit dikabupaten /kota .
5.Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan
KIA,sebagai tindak lanjut dari kegiatan audit
6.Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota
7.Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor
terkait.
Perencanaan program KIA dibuat dengan
memanfaatkan hasiltemuan dari kegiatan
audit,sehingga diharapkan berorientasi
kepada pemecahan masalah setempat

Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan


kabupaten/kota ,bersama-sama RS
dilaksanakan langsung pada saat audit atau
secara rutin,dalam bentuk yang disepakati
oleh tim AMP.
Tingkat propinsi

1.Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh


kabupaten/kota
2.Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan
pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP
bersama kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara intensif.
3.Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
dikabupaten/kota
4. Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada
kabupaten/kota sesuai kebutuhan
5.Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran
pelaksanaan tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang
berkaitan dengan sektor diluar kesehatan
6.Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas
kabupaten/kota/propinsi

TINGKAT PUSAT

Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP, sebagai


salah satu bentuk upaya peningkatan mutu
pelayanan KIA diwilayah kabupaten/kota
serta peningkatan kesinambungan pelayanan
KIA ditingkat dasar dan tingkat rujukan
primer.
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
1. Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS
kabupaten/kota,berlangsung sekitar 2 jam.
2.Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau
puskesmas.Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit
kabupaten/kota /puskesmas hendak nya di audit,demikian pula
kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya
3.Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat
penanganan kasus sejak dari :
Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga
kesehatan dirumah
Proses rujukan yang terjadi
Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan
Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari
pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan
dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola
program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah
kesakitan/kematianibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
Pertemuan ini bersifat pertemuan
menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan
menyalahkan, atau memberi sanksi,salah
satu pihak
Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir,
notulen hasil pertemuan dan rencana tindak
lanjut ,yang akan disampaikan dan dibahas
dalam pertemuan tim AMP yang akan datang
RS kabupaten /kota/puskesmas membuat
laporan bulanan kasus ibu dan perinatal
kedinas kesehatan kabupaten/kota ,dengan
memakai format yang disepakati
TAHAP PERSIAPAN
Pembentukan tim AMP Kab/Kota
Orientasi tim AMP Kab/Kota
Pelatihan pengumpulan pelaporan data
TAHAP PELAKSANAAAN

1. Identifikasi kasus kematian dan pelaporan data


kematian
2. Pemberitahuan kematian yang bearsal dari
masyarakat atau fasilitas pelayanan kesehatan
kepada Tim Manajemen AMP
3. Registrasi dan anonimasi
4. Pemilihna kasus dan pengkajinya, serta penjadwalan
pengkajian
5. Penggandaan dan pengiriman bahan kajian
6. Pertemuan pengkajian kasus
Analisis kematian
Klasifikasi penyebab kematian
Penyusunan rekomendasi
NEXT
7. Penyusunan rekomendasi
8. Pemanfaatan hasil kajian untuk untuk
keperluan pembelajaran
AZAS AMP

No name
No shame
No blame
no pro justisia
pembelajaran
OTOPSI VERBAL
1 Siapa yang melakukan
Bidan penanggung jawab desa
2 Kapan dilakukan
Sebaiknya paling lambat dilakukan dalam 1 minggu setelah
menenma laporan kematian
3 Siapakah respondennya
Keluarga (suami, orang tua atau mertua, atau keluarga lainnya)
atau dukun yang mengetahui / yang hadir pada proses
perjalanan penyakit / kematian Diharapkan informasi
didapatkan tidak hanya dan 1 orang, sehingga informasi yang
didapat akan lebih lengkap
Untuk kasus yang meninggal di R S /Puskesmas
Perlu menggali informasi dan petugas yang menangani kasus
tersebut (Dokter/Bidan) dan dan Catatan Medik Hal ini
memerlukan kesepakatan pada tingkat Dati II
Kasus yang di otopsi
a. Kasus kematian wanita hamil atau dalam 42 hari
setelah melahirkan tanpa memandang umur dan
tempat kehamilan (intra/extra uterine) disebabkan
faktor yang berhubungan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan oleh
sebab kecelakaan atau insidentil (ICD 9/ICD 10)
b. Kasus kematian perinatal kematian yang terjadi
pada masa perinatal
c. Masa perinatal dimulai dan umur kehamilan 28
minggu (normal berat janin =>1000 gram atau
panjang =>35 cm) dan berakhir 7 han setelah
kelahiran (ICD9)
PENCATATAN PELAPORAN
Seluruh kasus kematian Maternal/Perinatal diotopsi
dan dilaporkan ke Puskesmas kemudian oleh
Puskesmas dilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati II
Sebelum dilaporkan ke Dines Kesehatan seluruh kasus
yang telah diotopsi ditelaah bersama-sama oleh
Dokter/Bidan Puskesmas dan pelaksana otopsi untuk
memastikan kebenaran dan kelengkapan data Format
otopsi yang dikirim harus sudah ditandatangani oleh
pelaksana otopsi dan pimpinan Puskesmas.
Seluruh kasus kesakitan dilaporkan ke Puskesmas
untuk dibahas bersama Kasus yang dianggap menarik
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati II dilengkapi
dengan penjelasan riwayat perjalanan penyakit
riwayat perawatan dan data pelengkap lainnya
Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada di
puskesmas ,ditambahkan pula :
1. Formulir R9 formulir rujukan maternal dan perinatal )
Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa
maupunbidan swasta untuk merujuk kasus ibu maupun
perinatal.
2. Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan
perinatal )
Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas
yang meninggal sedangkan form OP untuk otopsi verbal
perinatal yang meninggal . untuk mengisi formulir
tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang
meninggal oleh tenaga puskesmas.
RS Kabupaten/Kota
Formulir yang dipakai adalah
1. Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu
bersalin /nifas dan perinatal yang masuk
kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan
oleh perawat
2. Form MA (formulir medical audit )
Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari
audit maternal maupun audit perinatal. Yang
mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas
dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus
ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu :
1. Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan
kematian (serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian
kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak.
2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas,
dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota
3. Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat
propinsi
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan
perinatal ditangani oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan
unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap
jenis komplikasi atau gangguan. laporan merupakan rekapitulasi
dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak
terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS.
Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi
yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.
Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan
1) Pemantauan melalui laporan masalah yang ditemukan dalam
pelaksanaan amp
2) Pemsantauan kegiatan tindak lanjut kegiatan amp
Supervisi
Jika terdapat keterbatasan tenaga, dana dan sarana, supervisi
dilakukan secara acak disesuaikan dengan masalah.
Evaluasi
Dilakukan dengan menggunakan indikator :
1) Kecenderungan case fatality rate (CFR) dari tiap jenis
komplikasi/gangguan ibu dan perinatal yang diperlukan
2) Proporsi tiap jenis kesakitan ibu / perinatal yang dipantau
3) Cakupan pelayanan ibu hamil, pertolongasn persalinan oleh tenaga
kesehatan
4) Frekuensi pertemuan audit di kabupaten dalam satu tahun
5) Frekuensi pertemuan tim AMP di kabupaten dalam satu tahun
RS DATI II

Kasus
Kematian

DINKES/TIM
PUSKESMAS AMP DATI II
OTOPSI
KESIMPULAN
VERBAL Bahas Otopsi PERTEMUAN
Menerima DAN
Kirim ke AMP
Otopsi REKOMENDASI
Oleh Bidan Dinkes Dati II Memilih
Kasus

Kasus
Kematian di
Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai