Anda di halaman 1dari 27

Otitis Media Supuratif Kronis

Helena Trinina S.
1320221101
IDENTITAS

Nama : Ny. LK
Jenis Kelamin :Wanita
Umur : 29 tahun
Alamat :Getas 07 / 02
Kelurahan Kauman Lor,
Pabelan
Agama :Islam
Pekerjaan : Swasta
Kelompok pasien :Umum
ANAMNESIS
KU: Keluar cairan dari telinga kanan

RPS: Lima bulan yang lalu, pasien pernah mengeluh


sakit pada telinga kanannya disertai dengan keluar
cairan putih jernih yang terus menerus namun tidak
berbau. Sejak saat itu, keluhan sakit telinga kanan
dan keluar cairan dari telinga sering terjadi dengan
rentang waktu yang tidak begitu lama tiap keluhan
timbul. Pasien pernah berobat ke Puskesmas dan
diberikan obat, cairan pada telinga dirasa berkurang
dan sakit pada telinga kanan juga berkurang.
Sekitar 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh sakit pada
telinga kanannya dan berdenging. Kemudian pasien juga
kembali mengeluh ada keluar cairan berwarna putih jernih,
encer, tidak terlalu banyak, tidak berbau, dan tidak
bercampur darah, pada telinga sebelah kanan.

Pasien juga mengeluh sakit kepala sebelah kanan dan di


belakang telinga. Kurang lebih 1 bulan pasien mengeluh
cairan keluar lagi dari telinga kanan, agak kental, berwarna
kekuningan, tidak berbau, tidak bercampur darah.

Pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat, cairan pada


telinga dirasa berkurang tetapi sakit pada telinga kanan dan
sakit kepala sebelah kanan masih tetap ada. Pasien juga
mengeluh sempat demam disertai batuk-batuk sebelumnya
dan berkurang setelah minum obat. Pasien mengeluh
pendengaran telinga kanan berkurang.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, batuk lama (TB),
diabetes mellitus disangkal.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
PEMERIKSAAN FISIK
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Otitis Media Supuratif Kronik adalah


radang kronis telinga tengah dengan
adanya lubang (perforasi) pada gendang
telinga (membran timpani) dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga
(otorea) > 2 bulan, baik terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin
serous, mukous, atau purulen.
EPIDEMIOLOGI
Secara umum insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor
sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang
Eskimo dan Indian Amerika, anak aborigin Australia dan orang kulit
hitam Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban
dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah di Pasifik.

Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan


status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang
menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara
yang sedang berkembang.
KLASIFIKASI
a) Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rhinogen)

b) Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)


PATOGENESIS
FAKTOR RISIKO

1.Lingkungan
2.Genetik
3.Otitis media sebelumnya
4.Infeksi
5.Infeksi saluran napas atas
6.Autoimun
7.Alergi
8.Gangguan fungsi tuba Eustachius
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis:
Otorea
Gangguan pendengaran
Otalgia
Vertigo

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :


a. Adanya abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang
berasal dari kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan audiologi
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan bakteriologi
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
A.Komplikasi otologik
1.Mastoiditis koalesen
2.Petrositis
3.Paresis fasialis
4.Labirinitis

B.Komplikasi intrakranial
1.Abses ekstradural
2.Trombosis sinus lateralis
3.Abses subdural
4.Meningitis
5.Abses otak
6.Hidrosefalus otitis
PROGNOSIS
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik
apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses
infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi
dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi
pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan
melalui pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.

Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak


acuh dari pasien dapat menimbulkan kematian yang
merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani
dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6%
pasien karena telah mengalami komplikasi intrakranial
yaitu meningitis.
ANALISIS KASUS
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan
peradangan atau infeksi kronis yang mengenai mukosa dan
struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan
perforasi membran timpani, sekret keluar terus-menerus.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien


didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien
mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan yang kumat-
kumatan, dimana sekret awalnya berwarna putih, encer dan
tidak berbau, kemudian menjadi agak kental, kekuningan, dan
berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri pada
telinga kanan. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada
telinga kanan menurun.
Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan
tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif,
namun dapat pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin,
atau tuli campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses
patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi sampai dengan efektif ke fenestra ovalis.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada
pasien ini dari hasil pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pd membran
timpani.

Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke


dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini ke daerah
atik mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom. Pembentukan
kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga
mengakibatkan terjadinya destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret yang
kental dan berbau.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif
atau dengan medikamentosa. Bila sekret keluar secara terus menerus
larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari. Nanti setelah sekret
berkurang diberikan tetes telinga antibiotik dan kortikosteroid.

Karena obat tetes telinga banyak yang memiliki efek samping


ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan hanya dipakai 1 atau 2 minggu
dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat diberikan
antibiotika Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap
Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam
klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah
berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

Bila sekret telah kering namun perforasi menetap setelah


observasi selama 2 bulan maka sebaiknya dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti dengan tujuan menghentikan infeksi dan memperbaiki
membran timpani yang ruptur sehingga fungsi pendengaran membaik
dan komplikasi tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai