Anda di halaman 1dari 38

TUGAS

Preseptor : dr.Ade Ariadi,Sp.An

Oleh :
Tiara Meiriska
Ratna Sari
Chintya Yuspita
Lira Rahmayuli
Retno Widi Astuti
Yuniga Hendrizal
Rudi Milwan
Heri Hartoni
JENIS OBAT
ANTI PERDARAHAN
OBAT HEMOSTATIK

Hemostatik Sistemik
Hemostatik Lokal
1. Transfusi darah
1. Absorbable 2. Faktor VIII dan
hemostatik Cryopresipitated
2. Adstringensia Antihemophilic
3. Koagulan faktor
4. vasokonstrikt 3. Kompleks Faktor
or IX
4. Human Fibrinogen
5. Vit K
6. As. Aminokaproat
7. As. Traneksamat
VIT K
Tidak dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan akut.
Diperlukan untuk sintesis faktor VII,
IX, X
Sumber : Bahan dari alami :
Vit K1 (Phyronadione) dan Vit K2
disintesa oleh flora usus normal
Vit K3 dan Bahan dari alam : Vit K4
(Menadiol) disintesa
INDIKASI & SEDIAAN
INDIKASI :
Defisiensi Vit K
Terapi over dosis antikoagulan
oral

SEDIAAN :
Tablet Phytomenadion 5
mg/tablet; 10 mg/tablet
Injeksi
MIN K

Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Cara kerja
Vitamin K injeksi parenteral, memiliki jenis dan tingkat
aktivitas seperti halnya yang terjadi secara alamiah vitamin K,
yang diperlukan untuk produksi melalui hati protrombin aktif
(faktor II), proconvertin (faktor VII), komponen tromboplastin
plasma (faktor IX), dan faktor Stuart (faktor X). Vitamin K
merupakan kofaktor penting untuk enzim mikrosomal yang
mengkatalisis karboksilasi beberapa peptida spesifik yang
menghasilkan gamma - karboksi -glutamat mengubah
prekursor menjadi faktor koagulasi aktif yang selanjutnya
ASAM TRANEKSAMATE
INDIKASI :
Sama dengan asam aminokaproat
10 kali lebih poten, ESO lebih ringan
SEDIAAN :
Bentuk oral : kasul 250 mg, tablet 500
mg.
Injeksi : ampul 5%
PEMAKAIAN :
Sindroma hemoragik
Perdarahan abnormal
FARMAKOKINETIK
ABSORBSI :
Diabsorbsi cepat di saluran
cerna
40 % dari pemberian oral
90% dari pemberian IV
EKSRESI :
Diekskresi melalui urin
dalam 24 jam
Melalui sawar uri
DOSIS
Dianjurkan 0,5-1 g, diberikan 2-
3 kali sehari secara IV lambat
minimal dalam waktu 5 menit
Oral 1-1,5 g, 2-3 kali dalam
sehari
Pada pasien gagal ginjal
penyesuaian dosis
Asam Traneksamat
Cara Kerja
Antiplasmin
Mencegah plasmin-plasminogen berikatan dengan fibrin dengan
berikatan kuat dengan Lysine Binding Site dari fibrin (binding
site untuk plasmin dan plasminogen) mencegah fibrinolitik

Hemostatik
Ketika kadar plasmin dalam darah meningkat secara abnormal,
muncul beberapa fenomena seperti inhibisi agregasi platelet,
dekomposisi faktor pembekuan, dan fibrinolisis.
Asam traneksamat menjaga hemostatik dengan mencegah
fibrinolisis pada perdarahan pada umumnya.
Carbazochrome
Merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk :

Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan


meningkatnya permeabilitas kapiler.
Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.
Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan
metroragia.
Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan
karena menurunnya resistensi kapiler.
Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg
Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg

Dosis umum untuk dewasa


Oral :Sebagai hemostatik: 10 30 mg 3 kali sehari
Suntikan :Sebagai hemostatik: 10 mg per hari
menggunakan suntikan SC/IM
Selain itu, 25 100 mg per hari menggunakan suntikan
IV atau infus
Farmakologi
Carbazochrome sodium sulfonate menghambat
peningkatan permeabilitas kapiler dan memperkuat
resistensi kapiler. Carbazochrome sodium sulfonate
bekerja dengan memperpendek waktu perdarahan
(hemostatik), tetapi tidak mempunyai efek pada
koagulasi darah atau sistem fibrinolitik.
Indikasi
Kecenderungan terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
penurunan resistensi kapiler dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
Perdarahan pada kulit, membran mukosa dan membran
bagian dalam, perdarahan pada eyeground,perdarahan
nefrotik,dan metroragia.
Perdarahan abnormal selama dan setelah operasi yang
disebabkan penurunan resistensi kapiler.

Kontra Indikasi
Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap obat ini.
Anestesi Pada Pasien Hipertensi
Definisi
The Joint National Community on Preventation
Detection evaluation and treatment of High Blood Pressure
dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
international society of Hipertention membuat definisi
hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Manajemen Perioperatif
Penderita Hipertensi
I. Penilaian Preoperatif dan Persiapan Preoperatif Penderita
Hipertensi

4 hal dasar yang harus dicari apa bila akan dilakukan


pembedahan,yaitu:
Jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi
hipertensinya.
Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang
telahterjadi.
Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita.
Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik
hipotensi,untuk prosedur pembedahan yang memerlukan teknik
hipotensi.
II. Pertimbangan Anestesia Penderita Hipertensi
The American Heart Association / American College
of Cardiology (AHA/ACC) mengeluarkan acuan bahwa
TDS 180 mmHg dan/atau TDD 110 mmHg sebaiknya
dikontrol sebelum dilakukan operasi, terkecuali operasi
bersifat urgensi
III. Perlengkapan Monitor

EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis multipel lead ST,


karena pasien hipertensi punya risiko tinggi untuk mengalami
iskemia miokard.
TD: monitoring secara continuous TD adalah esensial kateter
Swan-Ganz: hanya digunakan untuk penderita hipertensi
dengan riwayat CHF atau MCI berulang.
Pulse oxymeter: digunakan untuk menilai perfusi dan
oksigenasi jaringan perifer.
Analizer end-tidal CO2: Monitor ini berguna untuk membantu
kita mempertahankan kadar CO2.
Suhu atau temperature.
IV. Premedikasi
Untuk hipertensi yang ringan sampai dengan sedang mungkin bisa
menggunakan ansiolitik seperti golongan benzodiazepin atau midazolam.

V. Induksi Anestesi
Beberapa teknik dibawah ini bisa dilakukan sebelum tindakan
laringoskopi-intubasi untuk menghindari terjadinya hipertensi :

Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang poten selama


5-10 menit.
Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-
25mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25- 0,5 mikrogram/kgbb, atau
ramifentanil 0,5-1mikrogram/ kgbb).
Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea.
Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5 mg/kgbb,
propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20 mg).
Menggunakan anestesia topikal pada airway.
Penatalaksaan Syok
Anafilatik
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah
kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun
parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan,
adalah:

1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras.


Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk
meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan
darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi
jantung paru, yaitu:

A .Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas


harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan
sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar,
posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak
jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu
dengan melakukan ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut.
B.Breathing support
segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut
atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang
disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya
obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang
mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain
ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan
bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong
dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea,
krikotirotomi, atau trakeotomi
C.Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada
arteri besar (a. karotis, atau a. femoralis), segera
lakukan kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap
kebutuhan bantuan hidup dasar yang
penatalaksanaannya sesuai dengan protokol
resusitasi jantung paru.
3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 :
1000 untuk penderita dewasa atau 0.01 mk/kg
untuk penderita anak-anak, intramuskular.
Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai
keadaan membaik. Beberapa penulis
menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin
2--4 ug/menit.

4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana


pemberian adrenalin kurang memberi respons,
dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB
intravena dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9
mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
5.Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya
hidrokortison 100 mg atau deksametason 5--10 mg
intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi
efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang
membandel.

6.Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan


pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi
syok anafilaktik. Pemberian cairan akan
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta
mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan
koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas
keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya
peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler.
Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid,
maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan
kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok
anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan
cairan 20--40% dari volume plasma.
Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat
diberikan dengan jumlah yang sama dengan
perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi
bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila
penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit,
karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau
terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di
tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin
sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu
dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan
kaki lebih tinggi dari jantung.
8.Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-
cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi
dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita
yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2-3
kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam
untuk observasi
CPR AHA 2015
Bagaimana melakukan RJP segera dan
efektif
Pedoman AHA 2015 :
C --- A --- B --- D
Saat pijat jantung,
Hitung dengan suara
keras

Satu,dua,tiga,empat, SATU
Satu,dua,tiga,empat, DUA,
Satu,dua,tiga,empat, TIGA
Satu,dua,tiga.empat, EMPAT
Satu,dua,tiga,empat, LIMA
Satu,dua,tiga,empat, ENAM

Total = 30 x pijatan,
disela dengan 2 x tiupan
nafas
Perbedaan Komponen RJP Pada
Dewasa dan Anak
Anjuran dan Larangan BLS untuk CPR Berkualitas Tinggi pada Pasien
Dewasa

Anda mungkin juga menyukai