Anda di halaman 1dari 36

KELUMPUHAN

NERVUS FASIALIS
PERIFER
Oleh :
Ida Yosopa, S. Ked
FAB 116 003

Pembimbing:
dr. Nuch Sabunga, Sp.THT-KL

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN THT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA/RSUD DORIS SYLVANUS
FEBRUARI
2017
Pendahuluan
Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer kelumpuhan yang ditandai dengan
tidak dapat atau kurangnya kemampuan untuk menggerakkan otot-otot
wajah.

Dapat terjadi sentral dan perifer. Bila kerusakan lebih dari setengah atau
lebih jaras Paralisis pada wajah, kekeringan pada mata atau mulut,
gangguan dalam pengecapan.

Foester Kerusakan nervus fasialis sebanyak 120 dari 3907 kasus (3%)
dari seluruh trauma kepala saat perang dunia I.
Friedman dan Merit 7 dari 430 kasus trauma kepala.

Penanganan pasien dengan kelumpuhan nervus fasialis secara dini, baik


operatif maupun konservatif akan menentukan keberhasilan dalam
pengobatan.
Definisi
Gejala dari kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien tidak dapat
menggerakan otot wajah sehingga tidak simetris. Tampak pada
saat berbicara dan emosi.

N. fasialis (n. VII)

- saraf cranial terpanjang yg


berjalan di dalam tulang
- sebagian besar kelainan
terletak di dalam tulang
temporal
Terdiri dari 3 komponen
otot wajah
Motoris m. stapedius
venter posterior m. digastricus

Sensoris 2/3 anterior lidah untuk mengecap

glandula lakrimalis,
Parasimpatis glandula submandibula,
glandula lingualis
Perjalanan saraf fasialis
nervus petrosus superior mayor
memberi rangsang untuk sekresi pd kelenjar lakrimalis,
nasal, palatal

Nervus nervus stapedius


mensarafi m. stapedius, berfungsi sbg peredam suara
fasialis
korda timpani
memberi sistem pengecapan pada 2/3 lidah bagian
anterior
N. Fasialis di Kelenjar Parotis
Etiologi paralisis nervus fasialis :
Idiopatik Bells palsy
Fraktur Fraktur pars petrosa os temporal (krn trauma)
Infeksi intrakranial herpes zooster opticus (Sind Ramsay Hunt)
telinga tengah otitis media supuratif kronis

Tumor intrakranial tumor serebelopontin,


neuroma akustik,
multiple sklerosis,
ekstrakranial tumor telinga dan tumor parotis

Congenital ireversibel, terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang
pendengaran

Lain-lain Gangguan pembuluh darah :


thrombosis a. karotis, a. maksilaris, a. serebri media

Dibidang kedokteran gigi :


-komplikasi anestesi pada waktu pencabutan gigi,
-infeksi didaerah mulut
-trauma operasi sendi temporomandibula, operasi glandula parotis
-fraktur pada ramus mandibula
penyebab terbanyak dari
paralisis n. VII di Indonesia :
idiopatik, radang, trauma
Bells Pallsy -kelemahan otot wajah 1 sisi
(unilateral) timbul tiba-tiba

-Hilang sensasi 2/3 anterior lidah


-produksi saliva <<

-hiperacusis :
telinga lebih sensitive
mendengar suara
Tatalaksana :
fase akut
melindungi kornea :
-air mata buatan
-menutup kelopak
mata ke bawah

fisioterapi
radiasi
massage

terapi bedah :
dekompresi
Sindrom Ramsay Hunt
Etiologi :
virus varicella zoster di ganglia genikulatum
nervus VII

Gejala :
paresis fasial
neuralgia
vesikel di :
-canalis acusticus externa,
-langit-langit,
-2/3 anterior lidah

Terapi : anti virus DOC : asiklovir


Fraktur pada os temporal
vertigo, nausea, vomiting,
nistagmus, tinnitus

perdarahan pada telinga


hearing loss

hilang pengecapan 2/3 anterior


parese fasialis

Terapi :
simptomatis, antibiotik, istirahat total
Trauma kongenital
Trauma intrauterine
alat-alat yang dipergunakan
benturan antara tengkorak janin dan tulang panggul ibu

Pemakaian forceps Indikasi ibu :


Preeclampsia / eklampsia
ruptur uteri imminens
penyakit jantung
edema paru
kelelahan ibu

Indikasi janin :
tali pusat menumbung
solution plasent
gawat janin
Klasifikasi House - Brackmann
GRADE PENJELASAN KARAKTERISTIK
I Normal Fungsi fasial normal

II Disfungsi Ringan Kelemahan yang sedikit, terlihat pada inspeksi dekat. Ada sedikit
sinkinesis.
Pada istirahat, simetris dan selaras.
Pergerakan dahi sedang sampai baik.
Menutup mata dengan usaha yang minimal.
Terdapat sedikit asimetris pada mulut jika melakukan pergerakan.

III Disfungsi Sedang Terlihat tapi tidak terdapat adanya perbedaan antara kedua sisi.
Adanya sinkinesis ringan.
Terdapat spasme atau kontraktur hemifasial.
Pada istirahat, simetris dan selaras.
Pergerakan dahi ringan sampai sedang.
Menutup mata dengan usaha.
Mulut sedikit lemah dengan pergerakan yang maksimum.

IV Disfungsi Sedang Berat Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan asimetri.
Kemampuan menggerakan dahi tidak ada.
Tidak dapat menutup mata dengan sempurna.
Mulut tampak asimetri dan sulit digerakan.

V Disfungsi Berat Wajah tampak asimetri.


Pergerakan wajah tidak ada dan sulit dinilai.
Dahi tidak dapat digerakan.
Tidak dapat menutup mata.
Mulut asimetri dan sulit digerakan.

VI Total Parese Tidak ada pergerakan


Gejala Klinis
Paralisis ini dapat menetap atau sementara,
tergantung penyebab dan sifat kerusakan yang terjadi.

Perbedaan lokasi kerusakan saraf fasialis dapat


menimbulkan gejala yang berbeda
Lesi di foramen stilomastoideus
Paralisis wajah

Lesi proksimal dari korda timpani


Mengganggu pengecapan 2/3 anterior lidah

Lesi n. stapedeushiperakusis
pasien mengeluh persepsi suara yg berlebih

Lesi n. pertosus superficial mayor


hilangnya lakrimasi ipsilateral
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang
Parese fasialis sentral Parese fasialis perifer
Riwayat Biasanya terlihat pada orang tua, onset Dapat terjadi pada semua usia; sering
akut, tiba-tiba; biasanya disertai disertai dengan nyeri retroauricular;
dengan hemiparesis terutama pada Kelemahan terjadi selama satu atau dua
ekstremitas hari, bukan tiba-tiba

Wajah saat Biasanya normal Sering normal; terjadi parese fasial


istirahat komplit perifer
Pemeriksaan Kelopak mata selalu benar tertutup Pada parese komplit, pasien dapat benar-
otot-otot wajah ketika pasien menutup mata; cabang benar menutup mata yang terkena
frontal yang terkena selalu jauh lebih (meskipun ini masih mungkin pada lesi
sedikit parsial CN VII); cabang frontal
dipengaruhi pada tingkat yang sama
sebagai sisa saraf

Pemeriksaan Mungkin ada gejala penyerta, Pengecapan yang hilang di sisi ipsilateral
tambahan kelemahan ipsilateral lidah, atau dari dua pertiga anterior lidah; berkurang
hemiparesis pada tungkai ipsilateral lakrimasi dan air liur; electromyography
menunjukkan denervasi
Pemeriksaan fungsi N. Fasialis
Tujuan :
Menentukan letak lesi
Menentukan derajat kelumpuhan

Pemeriksaan ini penting untuk evaluasi klinik, perlu dirujuk ke

dokter THT rumah sakit

hospital
Pemeriksaan fungsi saraf motorik
Cara :
Membandingkan 10 otot utama wajah kanan-kiri
Melakukan pengamatan yang seksama terhadap
kelainan wajahnya, baik gerakan disadari maupun
yang tidak disadari /emosional)
10 otot :
M. frontal
M. sourcillier
M. piramidalis
M. orbikularis okuli
M. Zigomatikus
M. relever komunis
M. businator
M. orbikularis oris
M. triangularis
M. mentalis
Pemeriksaan Tonus

Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot


menentukan terhadap kesempurnaan mimik muka
Cara :
Penilaian terhadap setiap tingkatan kelompok otot
muka
Penilaian tonus : 15x3 tiap tingkatan
Hipotonus : -1 sampai -2
Pemeriksaan sinkinesis
Menentukan komplikasi dari paresis fasialis
Cara :
Memejamkan mata kuat-kuat lalu liat pergerakan otot-
otot daerah tsb pada sudut bibir atas
Kalau pergerkan normal pada kedua sisi : 2
Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih hiper : -1 atau -2
Tertawa lebar sambil perlihatkan gigi kemudian liat
pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah, penilaian
sama seperti atas
Dapat dilihat juga pada saat berbicara, normal : 1,
pergerakan tidak simetris : 2
Pemeriksaan Hemispasme

Komplikasi yang sering dijumpai pada


penyembuhan paresis fasialis yg berat
Cara :
Mengedipkan mata berulang2 maka akan jelas
tampak gerakan otot-otot sudut bibir bawah atau
sudut mata bawah
Untuk setiap gerakan hemispasme nilai : -1
Pemeriksaan Gustometri
Mengetahui ambang rangsang pengecapan
pasien
Jika beda 50% antara kedua sisi adalah
patologis
Uji Schimmers
pemeriksaan terhadap konduksi
lakrimasi dan pengecapan.
Fungsinya untuk mengetahui lokasi lesi
di atas atau di bawah ganglion
genikulatum.
Cara :
Selembar lipatan strip dari kertas lakmus/
hisap digantung pada kelopak mata bawah
dan dibandingkan kecepatan lakrimasi
sepanjang kertas strip dimaksud.

Menurut Freyss : kalau ada beda kanan dan kiri


lebih atau sama dengan 50% dianggap
patologis
Refleks STAPEDIUS
Menggunakan elektrokaustik impedans meter
Cara :
Memberikan rangsangan pada m. stapedius yang
bertujuan untuk mengetahui fungsi N. stapedius
cabang N.VII
Uji N.E.T (Nerve Excitability Test)

untuk mengetahui daya hantar otot yg lumpuh dengan


membedakan kiri dan kanan
perbedaan >3,5 mA menandakan fungsi N. VII dalam
keadaan serius
Pemeriksaan Penunjang

Elektromiografi (EMG)
Elektroneurografi (ENOG)
Uji Stimulus Maksimal
Bagaimana
Bagaimana
Tatalaksananya
Tatalaksananya???
???
Tujuan terapi paralisis fasialis adalah mengobati lesinya,
mengatasi ketidakmampuan dan mempersiapkan saraf
dimaksud agar memiliki peluang besar untuk sembuh

Perawatan yang dilakukan


pada penderita adalah
Fisioterapi,
Stimulasi Elektrik,
pemberian obat-obatan dan
operasi
Pada kasus gangguan hantaran ringan +
fungsi motor masih baik

Tx/ untuk menghilangkan edema saraf :


-anti edema
-vasodilatansia
-neurotronika

Pada kasus gangguan hantaran berat +


sudah terjadi denervasi total

Tindakan operatif segera,


dg teknik dekompresi n. VII transmastoid
References
1. Soepardi, EA., Iskanda, N., Bashiruddin J., Restuti, R. Kelumpuhan
Nervus Fasialis Perifer dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Ketujuh. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2012; Jakarta. h.114-6
2. Probst R., Gerhard G., Iro H. Facial Nerve in :Basic
Otorhinolaryngology. Georg Thieme Verlag. 2006; Germany. p. 293-5
3. C Pereira, E Santos, J Monteiro, A de Arajo Morais, C Trres
Santos. Peripheral Facial Palsy: Anatomy And Physiology. An Update.
The Internet Journal of Neurosurgery. 2004 Volume 2 Number 2.
4. Tinjauan Pustaka :Bells Palsy; Universitas Sumatera Utara, Indonesia.
5. Moore, Keith L.; Agur, Anne M. R.; Essential Clinical Anatomy In 9 -
Review of Cranial Nerves,; 3rd Edition; Copyright 2007 Lippincott
Williams & Wilkins; pg 648-54
6. Ekadeva, P. Ade Putra S,. Kartika Sari, P. Parese Nervus Fasialis. Bagian
Ilmu Kesehatan THT-KL FK Andalas. Padang; 2012.
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai