PEMUNGUTAN
Oleh :
L.Y. HARI SIH
ADVIANTO
WIDYAISWARA
MUDA
PUSDIKLAT PAJAK
DTSD II - 2014
Prinsip Dasar
Pemotongan dan witholding tax
Pemungutan Pajak system
Penghasilan
suatu sistem
pemungutan pajak
yang terutang
dengan cara
pemotongan atau Pay as Your Earn
pemungutan oleh (PAYE)
pihak ketiga yang
ditunjuk untuk
memotong atau
memungut pajak.
Sejarah Pemotongan dan Pemungutan Pajak
Kelebihan Kelemah
: an:
Ketepatan Mempengaruh
waktu i cashflow
penyetoran. Wajib Pajak
Menambah
beban
Kemudahan
adminisitrasi
wajib pajak
Menambah
Kesederhanaa
beban biaya
n
wajib pajak
sangat luas
Pada umumnya payroll tax dan passive income
melainkan meliputi semua sektor usaha seperti jasa,
perdagangan dan industri manufaktur.
Sumber
Domestic witholding tax
Penghasila
n:
International witholding tax.
Ph neto
DPP : Ph bruto
Final
Sifat : Kredit Ajak
Kewajiban Wajib Pajak Pemotong dan
Pemungut
Pasal 3 PMK 184/PMK.03/2007
Pekerjaan
Jasa
kegiatan
PPh Pasal oleh Wajib Pajak orang
21:
pribadi
Subjek Pajak dalam negeri
Pemberi kerja yang terdiri
dari:
orang pribadi dan badan;
Pemoto cabang, perwakilan, atau
unit
ng PPh Bendahara atau pemegang
Pasal 21 kas pemerintah
Dana pensiun, badan
dan/ata penyelenggara jaminan
sosial tenaga kerja, dan
u PPh badan-badan
Pasal 26 Orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar
Tidak Kantor perwakilan negara
asing;
termasu Organisasi-organisasi
internasional, yang telah
k ditetapkan oleh menteri
keuangan;
pemoto Pemberi kerja orang pribadi
ng bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha
pajak atau pekerjaan bebas.
PEGAWAI a. Pegawai Tetap
b. Pegawai Tidak Tetap
JASA
ORANG
PRIBAD
I
c. Bukan Pegawai
d. Anggota dewan komisaris
/pengawas yang tidak merangkap
BUKAN PEGAWAI pegawai tetap.
e. Mantan pegawai;
f. Peserta kegiatan
Pegawai:
Pegawai adalah :
yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja
tertulis maupun tidak tertulis
untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu
memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode
tertentu, penyelesaian pekerjaan,
Pegawai Tetap : lain
atau ketentuan
Menerima penghasilan dalam
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas : jumlah tertentu secara teratur
hanya menerima , termasuk anggota dewan
penghasilan apabila komisaris dan anggota dewan
bekerja, pengawas,
berdasarkan jumlah hari pegawai yang bekerja berdasarkan
bekerja, jumlah unit hasil kontrak untuk suatu jangka waktu
pekerjaan yang dihasilkan tertentu yang menerima atau
atau penyelesaian memperoleh penghasilan dalam
Bukan Pegawai:
1. Tenaga ahli pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,
bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru
film, foto model, peragawan/i, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,
komputer & sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. Agen iklan;
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau
yang menjadi perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan
peserta kegiatan :
Peserta perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, Iptek
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau
kunjungan kerja;
anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
Peserta pendidikan dan pelatihan;
Peserta kegiatan lainnya.
Penghasilan Kena Pajak :
1. Pegawai Tetap;
DASAR PEMOTONGAN PAJAK
2. penerima pensiun berkala;
3. Pegawai Tidak Tetap secara bulanan / jumlah kumulatif
/ bulan > Rp 2.025.000,00
4. Bukan Pegawai menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan
GAJI, TUNJANGAN
TERKAIT DGN GAJI
DIKURANGI
- BIAYA JABATAN
- IURAN PENSIUN
PENGHASILAN NETO
DISETAHUNKAN ( x 12 bln)
PENGHASILAN
DIKURANGI PTKP
NETO
PENGHASILAN
NETO DIKURANGI PTKP
Iuran JHT / Iuran Biaya bagi perusahaan Bukan menambah Penghasilan Bruto karyawan,
Pensiun (deductible) tapi Obyek PPh pada saat menerima JHT
dibayar oleh Semua iuran pensiun adalah sekaligus dari PT Jamsostek.
perusahaan biaya yang Alasan : Pasal 4 ayat (3) huruf g, iuran ke Dana
membayarnya, Pasal 6 Pensiun bukan penghasilan.
ayat (1) huruf c
2. IURAN PENSIUN
3. PTKP TAHUNAN
. PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender kecuali pegawai
yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan
berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang
bersangkutan.
awan yg berhak Biaya Jabatan dan PT
2. 2.
Karyawan yang berhenti Pendatang dari Luar negeri
bekerja di periode berjalan dalam periode berjalan
3.
Karyawan yang berhenti
karena meninggalkan
Indonesia selama-lamanya
Khusus
WP Dalam Negeri 4.
Karyawan yang berhenti
karena meninggal dunia
TARIF Pasal 17 UU PPh
Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000
1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%
Gaji Rp 2.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp2.500.000,00 Rp 125.000,00
2. luran pensiun Rp 100.000,00
----------------------
Rp 225.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 2.275.000,00
Penghasilan neto setahun adalah
12 x Rp2.275.000,00 Rp 27.300.000,00
PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
DENGAN GAJI BULANAN
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT
Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun,
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran
berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut
Gaji Rp 3.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 15.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 9.000,00
---------------------
Penghasilan bruto Rp 3.024.000,00
Pengurangan
1. Biaya jabatan
5% x Rp3.024.000,00 Rp 151.200,00
2. luran Pensiun Rp 50.000,00
3. luran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,00
--------------------- Rp 261.200,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 2.762.800,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp2.762.800,00 Rp 33.153.600,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
- tambahan /menikah Rp 2.025.000,00
----------------------
Rp 26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 6.828.600,00
Pembulatan Rp 6.828.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp6.828.000,00 = Rp 341.400,00
PPh Pasal 21 bulan Juli
Rp341.400,00 : 12 = Rp 28.450,00
Pegawai Tetap Yang Memperoleh
Penghasilan Berupa Gaji Mingguan
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
-tambahan untuk 2 orang anak Rp 4.050.000,00
Rp 30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp2.325.000,00 Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 terutang sebulan :
Rp116.250,00 : 6 Rp 19.375,00
Pada saat Hadi Irawan berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka
pemberi kerja memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1)
dengan data sebagai berikut :
Gaji selama 6 bulan :
6 x Rp6.000.000,00 Rp 36.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan :
5% x Rp36.000.000,00 Rp 1.800.000,00
2. luran pensiun :
6 x Rp250.000,00 Rp 1.500.000,00
Penghasilan Neto selama 6 bulan Rp 32.700.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp2.025.000,00
-tambahan untuk 2 anak Rp4.050.000,00
Rp30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang
(5% x Rp2.325.000,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 telah dipotong
(6 x Rp19.375,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Fajar Ariwibowo pada bulan Juni 2013 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp3.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari
2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut
maka Fajar Ariwibowo menerima rapel sejumlah Rp5.000.000,00
(kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu
dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2013 atas
dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian
penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut :
Gaji Rp 3.500.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp 3.500.000,00 = Rp 175.000,00
2. luran Pensiun Rp 100.000,00
---------------------- Rp 275.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
--------------------- Rp26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp12.375.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp 12.375.000,00 = Rp 618.750,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 618.750,00: 12 = Rp 51.563,00
5% x
1Biaya Jabatan : Rp17.500.000,00 875.000
12/5 x
Penghasilan neto setahun: Rp16.125.000,00 38.700.000
PTKP
5% x
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1) di Kantor Jakarta
Gaji (Januari s.d. Mei
2013) 5 x Rp3.500.000,00 17.500.000
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x
Rp17.500.000,00 875.000
luran pensiun
5 x Rp100.000,00 500.000 1.375.000
Penghasilan neto 5 bulan adalah
16.125.000
5/12 x Rp720.000,00
PPh Pasal 21 terutang = 300.000
Kantor Cabang Bandung
4x
Gaji Juni s.d. September 2013 :
Rp3.500.000,00 14.000.000
Pengurangan
Ph KP disetahunkan
14.400.000
PPh Pasal 21 disetahunkan: 5% x 14.400.000
720.000
9/12 x
PPh Pasal 21 selama 9 bulan:
720.000,00 540.000
yang dipotong di Jakarta 300.000
terutang di Bandung
240.000
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 A1) di Kantor Bandung
Penghasilan neto di Bandung
Gaji Juni s.d. September 2013: 4 x Rp3.500.000,00 = Rp 14.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% x Rp14.000.000,00 = Rp 700.000,00
2. luran pensiun
3. 4 x Rp100.000,00 = Rp 400.000,00
---------------------
Rp 1.100.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 29.025.000,00
Penghasilan neto disetahunkan:
12/9 x Rp29.025.000,00 = Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan
5% x Rp14.400.000,00 = Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang
9/12 x Rp720.000,00 = Rp 540.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi:
Di Jakarta sesuai dengan Form. 1721 - A1 Rp 300.000,00
Di Bandung (4 x Rp60.000,00) Rp 240.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Kantor Cabang Garut
a. Penghasilan neto di Garut
Gaji Oktober s.d. Desember 2013:
3 x Rp3.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan 5% x Rp10.500.000,00 Rp 525.000,00
2. luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00
----------------------
Rp 825.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Garut Rp 9.675.000,00
b. Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
c. Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 38.700.000,00
PTKP untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp14.400.000,00=) Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung (Form. 1721 - A1) Rp 540.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 terutang di Garut Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
yang harus dipotong di Garut Rp180.000,00 : 3 = Rp 60.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI YANG BERHENTI BEKERJA
ATAU MULAI BEKERJA DALAM TAHUN BERJALAN
Catatan :
Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi
pegawai yang kehilangan kewajiban subjektifnya
pada tahun berjalan karena meninggal dunia
Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah:
Gaji sebulan Rp 15.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp15.000.000 = Rp 750.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
Penghasilan Neto atas gaji sebulan Rp 14.500.000,00
Penghasilan Neto setahun:
12 x Rp14.500.000,00 Rp174.000.000,00
PTKP (K/3)
-untuk Wajib Pajak Rp24.300.000,00
-tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
-tambahan 3 orang anak Rp6.075.000,00
Rp 32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp141.600.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp91.600.000,00 Rp 13.740.000,00
Rp 16.240.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan
Rp16.240.000,00 : 12 Rp 1.353.333,00
Penghitungan kembali pada saat berhenti dan meninggalkan Indonesia:
Gaji selama 5 bulan (5 x Rp15.000.000,00) Rp 75.000.000,00
Bonus Rp 20.000.000,00
Jumlah selama 5 bulan Rp 95.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp95.000.000,00 =Rp4.750.000,00
Maksimum diperkenankan
5 x Rp500.000,00 Rp2.500.000,00
Penghasilan Neto selama 5 bulan Rp92.500.000,00
Jumlah penghasilan neto disetahunkan
12/5 x Rp92.500.000,00 Rp222.000.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp189.600.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15 % x Rp139.600.000,00 Rp 20.940.000,00
Rp 23.440.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5/12 x Rp 23.440.000,00 Rp 9.766.667,00
PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan
bulan April 2013 atas gaji dan bonus:
(4 x Rp1.353.333,00) + Rp3.000.000,00 Rp 8.413.333,00
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong Rp 1.353.333,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 A1) di Kantor Garut
Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada hari ke - 12 adalah sebagai berikut :
Pada hari kerja ke-12, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 200.000,00
PTKP sehari (Rp 24.300.000,00: 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 132.500,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp132.500,00 Rp 6.625,00
menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 - Rp6.625,00 = Rp193.375,00
Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2013 bekerja pada
perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp300.000,00 per hari.
Penghitungan PPh Pasal 21 Upah sehari Rp300.000,00
Pada hari kerja ke-8 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan,
jumlah PPh Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 300.000,00
PTKP untuk WP sendiri (Rp24.300.000,00 : 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 232.500,00
PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp232.500,00 = Rp11.625,00
DENGAN UPAH SATUAN
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai
perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp75.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp1.800.000,00
PPh Pasal 21 =
tarif Pasal 17 ayat (1) aX 50% X penghasilan bruto.
dr. Abdul Gopar merupakan dokter spesialis jantung yang
melakukan praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat
dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah
sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada
dr. Abdul Gopar pada setiap akhir bulan. Dalam semester
pertama tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien atas
BULAN
tindakan JASA DOKTER
dr. Abdul Gopar BULAN berikut:
adalah sebagai JASA DOKTER YANG
YANG DIBAYAR DIBAYAR PASIEN
PASIEN (RUPIAH)
(RUPIAH)
JANUARI 45,000,000.00 JULI 40,000,000.00
JUMLAH 524,000,000.00
JASA DOKETR DASAR DASAR TARIF PPH
YANG DIBAYAR PEMOTONGAN PEMOTONGAN PASAL 17 PASAL 21
BULAN PASIEN PPH PASAL 21 PPH PASAL 21 AYAT (1) TERUTANG
KUMULATIF HURUF A
(RUPIAH) (RUPIAH) (RUPIAH) UU PPH (RUPIAH)
Dalam hal Nashrun Barlianto tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal
21 yang terutang menjadi sebesar:
5% x 120% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00
Arip Nugraha melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan
Rp10.000.000,00. Arip Nugraha mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan
membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang
dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. selain
itu, Arip Nugraha membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar
Rp1.000.000,00.
Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Arip Nugraha,
dapat diketahui bagianimbalan bruto yang merupakan upah yang harus
dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Arip Nugraha dan
biaya untuk membeli spare part AC :
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang
diterima Arip Nugraha adalah sebesar:
5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp112.500,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp135.000,00
Dalam hal tidak ada informasi berdasarkan perjanjian mengenai upah atau
pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana
Jaya adalah jumlah sebesar :
5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp250.000,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp300.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Peserta Kegiatan
PASAL 22
(PPh PEMUNGUTAN)
Pasal 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. bendahara pemerintah sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
b. badan-badan tertentu untuk kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
c. WP badan tertentu dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
Non final
Pasal 8 (2) PP 138 tahun 2000
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang;
c. bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS);
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
1. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya
(Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan
2. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
f. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya
kepada distributor di dalam negeri;
g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
Kegiatan : Impor
Tarif :
bendahara pengeluaran
DI CABUT DENGAN
PER - 52/PJ/2008
PENYALUR/DISTRIBUTOR ROKOK
menggunakan tarif umum PPh Pasal 25
KEP - 401/PJ./2001
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI SEMEN DI
DALAM NEGERI
badan pemerintah
subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan LN
OP sebagai WPDN dapat ditunjuk oleh
Wajib Pajak Orang
Dirjen Pajak pribadi surat penunjukan KPP untuk persewaan
tanah dan bangunan
Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk:
Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PPAT kecuali PPAT Camat.
Pengacara, dan Konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
Orang pribadi yang menjalankan usaha dan pembukuan;
Pasal 23 ayat (4) UU PPh
Pengecualian:
penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
Sewa guna usaha dengan hak opsi;
dividen yang dikecualikan sebagai objek PPh (Pasal 4 ayat (3)
huruf f UU PPh)
dividen yang diterima oleh orang pribadi yang telah dikenakan
PPh Final (Pasal 17 ayat (2c) UU PPh);
bagian laba anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif (Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh);
SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha
atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
dan/atau pembiayaan yang diatur dengan PMK
Proses Bisnis Perbankan
Bank
Spread Fee
Based Based
Produk dan Jasa Perbankan
Produk bank dalam hal menyalurkan
dana secara umum dibagi menjadi:
Kredit Investasi
Kredit Modal Kerja
Kredit Perdagangan
Kredit Produktif
Kredit Konsumtif
Kredit Profesi
Produk dan Jasa Perbankan
Macam-macam Jasa Perbankan:
Kiriman Uang (Transfer)
Kliring (Clearing)
Inkaso (Collection)
Safe Deposit Box
Bank Card
Produk dan Jasa Perbankan
Macam-macam Jasa Perbankan:
Bank Note
Traveller Cheque
Letter Of Credit (L/C)
Bank Garansi
Menerima Setoran-Setoran
Melakukan Pembayaran
OBJEK DAN TARIF
Dividen (Ps 4 ayat (1) huruf g UU PPh)
Bunga (Ps 4 ayat (1) huruf f UU PPh )
Royalty Ps 4 ayat (1) huruh h UU PPh
15% X bruto Hadiah, penghargaan, bonus, dan
sejenisnya selain yang objek PPh Psl
21 ayat (1) huruf e
159
Dividen sebagai Objek pemotongan PPh Pasal
23
Pembagian laba , secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal
yang disetor;
pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran
termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
(direvisi. PP94/2010)
pembagian laba dalam bentuk saham;
pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena buyback saham;
pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh
keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari
pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham
yang dibebankan sebagai biaya perusahaan
Bunga sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23
Perusahaan go public
pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham
yang berhak atas dividen (recording date).
pemotongan PPh Pasal 23 baru dapat dilakukan setelah
para pemegang saham yang berhak "menerima atau
memperoleh" dividen tersebut diketahui
pembayaran bunga atau sewa
saat terutang adalah "saat jatuh tempo pembayaran".
adalah saat kewajiban untuk melakukan pembayaran yang
didasarkan atas kesepakatan, tertulis maupun tidak tertulis
Dalam hal pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan pada tahun pajak
yang berbeda dengan tahun pajak pengakuan penghasilan, maka
atas Pajak Penghasilan yang telah dipotong tersebut dapat
dikreditkan pada tahun pajak dilakukan pemotongan.
Cum = hari terakhir bursa di mana pemegang saham masih memiliki
hak atas kepemilikan saham.
Ex = satu hari kerja bursa setelah Cum dan merupakan hari pertama
di mana hak atas kepemilikan saham sudah kadaluwarsa.
PT. Benmirah berusaha pada bidang persewaan peratana
rapat dan konferensi berupa berupa slide projector,
laptop, mesin photocopy portable dan sound system.
Transaksi pada bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:
3 Maret menyewakan kepada Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi XX Seharga Rp. 30.000.000 ecl. PPN
5 Maret : Menyewakan peralatan kepada Bank BCL cab.
Kota XX seharga 15.000.000
10 Maret : Membayar sewa dari PT. ABC, 5 unit mesin
Photocopy Rp. 5.000.000 untuk menutupi kekurangan
peralatan pada acara bulan Februari.
Negara A
Tidak memiliki P3B Negara B
dengan Negara C Memiliki P3B dengan Negara C
2
StepCo.
ABC Co.
(Perusahaan Terbuka)
Negara C
Tarif pemotongan pajak: 20%
10% bila diterapkan P3B C-B
OPSI 1. Investasi Langsung
OPSI 2. Investasi melalui StepCo. Di negara B.
1. Bunga Deposi-to/Tabungan 20% Jumlah bruto bagi Wajib Pajak Psal 4 ayat (2)
Dan Diskonto Sertifikat Bank 20% Dalam Negeri P.P No.131 /2000
Indonesia (SBI) Jumlah bruto bagi W.P. Luar 51/KMK..04/
negeri atau tarif berdasarkan 01Kep.217 /PJ./
perjanjian penghindaran pajak 01
berganda yang berlaku (P3B)
2 Hadiah Undian 25% Jumlah bruto nilai hadiah yang Psal 4 ayat (2)
dibayarkan atau nilai pasar PP No 132 / 2000
hadiah berupa natura atau KEP-395/PJ./ 2001,
kenikmatan. TGL 13-06-2001
3. Bunga Simpanan Anggota 0% s/d Rp.240.000,00 per bulan Psal 4 ayat (2)
Koperasi 10 % Lebih dari Rp.240.000,00 per PP No.15 /2009
bulan
4 Bunga Obligasi 15% jumlah bruto bunga bagi WP DN Psal 4 ayat (2)
20% Bagi WP LN /ariff P3B, PP No.16 TH.
2009,9-2-09
4 Diskonto Obligasi 15% dari selisih lebih harga jual atau Psal 4 ayat (2)
nilai nominal dengan harga PP No.16 TH.
perolehan Obligasi, tidak termasuk 2009,9-2-09
bunga berjalan;
20% bagi WP DN
bagi Wajib Pajak luar negeri atau
P3B
5 bunga dan/atau diskonto dari 0% tahun 2009 s.d. 2010 Psal 4 ayat (2)
Obligasi bagi WP reksadana 5% tahun 2011 s.d. 2013; PP No.16 TH.
yang terdaftar pada Bapepam 15% tahun 2014 dan dstr 2009,9-2-09
LK
N Perihal Tarif Keterangan Dasar Hukum
o
5 Penjualan Saham Pendiri dan bukan 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi Psal 4 ayat (2)
Pendiri di Bursa Efek PPNo.41/1994
Tambahan PPh bagi pemilik saham PPNo.14/1997
0,5% pendiri, dari nilai saham pada saat 282/KMK.04/1997
penawaran umum perdana SE-06/PJ.4/-1997
7. Penghasilan dari Penga lihan Hak 5% bruto nilai penjualan/pengalihan tanah Psal 4 ayat (2)
Atas Tanah dan/Atau Bangunan dan/atau bangunan . PP71/08,
( Sejak 1 Jan 2009,baik OP maupun 1% Rumah susun dan rumah susun 243/PMK.33/2008;
Badan ) sederhana (243/PMK.33/2008) PERDJP. 30/PJ./2009
8. Penghasilan yang diteri 10% Jumlah bruto nilai persewaan Psal 4 ayat (2)
ma atau diperoleh dari Persewaan tanah dan/atau bangunan baik yang PP.29/1996
Tanah dan /atau Bangunan diterima /diperoleh W P Orang Pribadi PP no.5 Tahun 2002
maupun WP Badan 120/KMK.03/ 2002
KEP-227/PJ/ 2002
9 Usaha Jasa Kontruksi bersertifikat 2% Pelaksanan kontruksi kualifikasi kecil Psal 4 ayat (2)
kualifikasi kecil dan nilai pengadaan 4% Pelaksanan kontruksi kualifikasi non PP 140/2000 jo 51 /
<1M kecil 2008, revisi dg
3% Pelaksanan kontruksi selain diatas . PP 40 / 2009 PP 100-
4% Perencanaan / pengawasan yg 2013
berkualifikasi
6% Perencanaan atau pengawasan non
kualifikasi
100 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN
2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA
BUNGA
a. bungaOBLIGASI
dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% bagi WPDN dan BUT; dan
2) 20% atau P3B WPLN;
13 Penghasilan WP luar negeri yang 0,44% Nilai ekspor bruto Pasal 15.
mempunyai kantor perwakilan (Norma Khusus) 634/KMK.04/
dagang di Indonesia 1994;Kep-667/PJ. /
2001
14 Honorarium /imbalan atas beban 15% Penghasilan bruto Pasl 21 ay (1)
APBN/APBD yang diterima Pejabat 252/PMK.03 /08 PP 45 tahun 1994
Negara,PNS,angg. TNI , POLRI dan PER 31/PJ/2009,PER 57/PJ /2009 Kep-545/ PJ./
pensiunan. Akan diatur dengan permen keu ter 2000;Per-15 / PJ./ 06
sendiri
15 Nilai bangunan yang diterima dalam 5% Nilai penyerahan bangunan Pasal 15.
rangka 248/KMK.04 /
Bangun Guna Serah sehub. dgn 1995
berakhirnya masa perjanjian SE-38/PJ.4 / 1995
Hadiah Undian
PP 51/2008 :
2% Pelaksanaan oleh Penyedia Jasa kualifikasi usaha
kecil.
4% Pelaksanaan Konstruksi oleh non kualifikasi usaha;
3% Pelaksanaan Konstruksi kualifikasi menengah dan
besar.
4% Perencanaan atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berkualifikasi usaha.
6% (enam persen) untuk Perencanaan atau
Pengawasan oleh Penyedia Jasa non kualifikasi usaha.
SE - 16/PJ.43/1998
PPh Pasal 22 Migas
BKP SPBU PERTAMINA
swasta
Premium 0,3% 0,25%
Solar 0,3% 0,25%
Premix / 0,3% 0,25%
super TT
Minah 0,3%
Pelumas 0,3%