Anda di halaman 1dari 208

PPh PEMOTONGAN DAN

PEMUNGUTAN

Oleh :
L.Y. HARI SIH
ADVIANTO
WIDYAISWARA
MUDA
PUSDIKLAT PAJAK
DTSD II - 2014
Prinsip Dasar
Pemotongan dan witholding tax
Pemungutan Pajak system
Penghasilan

suatu sistem
pemungutan pajak
yang terutang
dengan cara
pemotongan atau Pay as Your Earn
pemungutan oleh (PAYE)
pihak ketiga yang
ditunjuk untuk
memotong atau
memungut pajak.
Sejarah Pemotongan dan Pemungutan Pajak

Perpu No.12 Tahun 1959, withholding tax atas


deviden yang dibayarkan ke luar negeri (UU Pajak
Deviden 1959)
Sasaran pengenaan pembayaran dividen keluar
Indonesia
dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri Indonesia
Sebelum
taxreform yuridiksi Indonesia hanya ada pada wilayah geografis
1983 : Indonesia
Objek diperluas dikenakan pada Bunga dan royalty
(Undang-Undang Pajak atas Bunga, Deviden, dan
Royalti UU No. 10 Tahun 1970).

wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar


negeri
penghasilan berupa bunga, dividen, dan
UU 10 royalti.
tahun pemotongan oleh pembayar bunga dividen,
1970 atau royalti.
PDBR
Jika WP DN down payment
WPLN bersifat final.
wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak
luar negeri
UU 10 penghasilan berupa bunga, dividen, dan
tahun royalti.
1970 pemotongan oleh pembayar bunga
PDBR dividen, atau royalti.
Jika WP DN down payment
WPLN bersifat final.
UU No. 8 Tahun 1967 sebagai pengganti dari PP Nomor. 11 Tahun
1967 tentang Perubahan Dan Penyempurnaan Tata Cara
Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan
Pajak Perseroan 1925.
sistem MPS-MPO
cikal bakal self assessment system.
sebelumnya didasarkan SKP sementara
digantikan WP menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri, dlm
tahun berjalan.
MPS : Akhir tahun pajak ditetapkan melalui SKP Rampung.

Menghitung Pajak Orang Lain


menghitungkan, memotongkan dan menyetorkan pajak
MPO orang atau badan yang ditunjuk sebagai kolektor pajak

dilakukan pada saat wajib pajak dalam keadaan mampu membayar;


merupakan suatu pembayaran pajak yang "tidak terasa"
Kebaikan pengurangan beban pajak dari yang bersangkutan.
MPO
Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Kelemah
: an:

Ketepatan Mempengaruh
waktu i cashflow
penyetoran. Wajib Pajak

Menambah
beban
Kemudahan
adminisitrasi
wajib pajak

Menambah
Kesederhanaa
beban biaya
n
wajib pajak

Biaya Resiko hukum


Pemungutan atas
pajak yang kepatuhan
lebih murah wajib pajak
Pemotongan dan pemungutan pajak dilakukan pada suatu saat
dimana pajak dinyatakan terutang.
Saat yang tepat adalah pada saat pendapatan tersebut diterima
atau diperoleh.
pajak terutang pada saat dianggap berpotensi timbulnya
penghasilan
menjaga cashflow keuangan pemerintah.

Cashflow wajib pajak akan terpakai sebelum jumlah pajak terutang


pada akhir tahun pajak diketahui.

Wajib pajak pemotong dan pemungut, dapat diuntungkan secara


cashflow
perbedaan waktu antara saat terutang pajakdengan saat
penyetoran pajak

kemudahan bagi administrasi perpajakan


kemudahan dan kesederhanaan
Beban administrasi sebagian telah diambil alih oleh Wajib Pajak
Risiko hukum bagi wajib pajak
Objek Pemotongan dan Pemungutan Pajak
Penghasilan.

sangat luas
Pada umumnya payroll tax dan passive income
melainkan meliputi semua sektor usaha seperti jasa,
perdagangan dan industri manufaktur.

Sumber
Domestic witholding tax
Penghasila
n:
International witholding tax.

Ph neto
DPP : Ph bruto

Final
Sifat : Kredit Ajak
Kewajiban Wajib Pajak Pemotong dan
Pemungut
Pasal 3 PMK 184/PMK.03/2007

(1) Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau


penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau
penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
(2) Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Saat Jatuh Tempo Penyetoran PPh Pemotongan Atau Pemungutan
No Jenis Pajak Tanggal jatuh Tempo

1 PPh Pasal 4 ayat (2)


2 PPh Pasal 15 paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
3 PPh Pasal 21 berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
4 PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
5 PPh Pasal 22 BBM, gas, dan
pelumas ke penyalur/agen atau
industri
6 PPh Pasal 22 WP badan tertentu
sebagai Pemungut Pajak
9 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan bersamaan dengan saat pembayaran
PPnBM atas impor BM
BM ditunda /dibebaskan, saat
penyelesaian dokumen pem-
beritahuan pabean impor
10 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan 1 hari kerja setelah dilakukan
PPnBM atas impor oleh DJBC pemungutan pajak
11 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh pada hari yang sama dengan
bendahara pelaksanaan pembayaran, SSP atas
nama rekanan dan ditandatangani oleh
bendahara
Pelaporan Kewajiban Pemotongan Atau Pemungutan
PPh

Pelaporan secara berkala PPh

Melalui SPT Masa atau melalui Laporan


pemotongan atau pemungutan.

paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa


Pajak berakhir.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai : secara


mingguan paling lama pada hari kerja terakhir
minggu berikutnya.
Pemungutan PPh Pasal 22 yang oleh
bendahara wajib dilaporkan hasil
pemungutannya paling lama 14 (empat belas)
hari setelah Masa Pajak berakhir.
PPh Pasal 21
PER-31/PJ/2012,:
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh
Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalambentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan

Pekerjaan
Jasa
kegiatan
PPh Pasal oleh Wajib Pajak orang
21:
pribadi
Subjek Pajak dalam negeri
Pemberi kerja yang terdiri
dari:
orang pribadi dan badan;
Pemoto cabang, perwakilan, atau
unit
ng PPh Bendahara atau pemegang
Pasal 21 kas pemerintah
Dana pensiun, badan
dan/ata penyelenggara jaminan
sosial tenaga kerja, dan
u PPh badan-badan
Pasal 26 Orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar
Tidak Kantor perwakilan negara
asing;
termasu Organisasi-organisasi
internasional, yang telah
k ditetapkan oleh menteri
keuangan;
pemoto Pemberi kerja orang pribadi
ng bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha
pajak atau pekerjaan bebas.
PEGAWAI a. Pegawai Tetap
b. Pegawai Tidak Tetap

JASA
ORANG
PRIBAD
I

c. Bukan Pegawai
d. Anggota dewan komisaris
/pengawas yang tidak merangkap
BUKAN PEGAWAI pegawai tetap.
e. Mantan pegawai;
f. Peserta kegiatan
Pegawai:
Pegawai adalah :
yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja
tertulis maupun tidak tertulis
untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu
memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode
tertentu, penyelesaian pekerjaan,
Pegawai Tetap : lain
atau ketentuan
Menerima penghasilan dalam
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas : jumlah tertentu secara teratur
hanya menerima , termasuk anggota dewan
penghasilan apabila komisaris dan anggota dewan
bekerja, pengawas,
berdasarkan jumlah hari pegawai yang bekerja berdasarkan
bekerja, jumlah unit hasil kontrak untuk suatu jangka waktu
pekerjaan yang dihasilkan tertentu yang menerima atau
atau penyelesaian memperoleh penghasilan dalam
Bukan Pegawai:
1. Tenaga ahli pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,
bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru
film, foto model, peragawan/i, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,
komputer & sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. Agen iklan;
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau
yang menjadi perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan
peserta kegiatan :
Peserta perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, Iptek
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau
kunjungan kerja;
anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
Peserta pendidikan dan pelatihan;
Peserta kegiatan lainnya.
Penghasilan Kena Pajak :
1. Pegawai Tetap;
DASAR PEMOTONGAN PAJAK
2. penerima pensiun berkala;
3. Pegawai Tidak Tetap secara bulanan / jumlah kumulatif
/ bulan > Rp 2.025.000,00
4. Bukan Pegawai menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan

penghasilan > Rp200.000,00 sehari,


Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang
menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau
upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang
diterima dalam 1 (satu) bulan < Rp2.025.000,00

50% dari penghasilan bruto, Bukan Pegawai yang


menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan

Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima


penghasilan selain penerima penghasilan di atas
Catatan :
Penerimaan dalam bentuk natura harga pasar atas
barang yang diberikan atau nilai wajar
Pembayaran dalam mata uang asing didasarkan pada
nilai tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULANAN

PEGAWAI TETAP PEGAWAI TIDAK TETAP,


PEMAGANG, CAPEG

GAJI, TUNJANGAN
TERKAIT DGN GAJI

DIKURANGI
- BIAYA JABATAN
- IURAN PENSIUN

PENGHASILAN NETO
DISETAHUNKAN ( x 12 bln)
PENGHASILAN
DIKURANGI PTKP
NETO

TARIF PS.17 UU PPh PENGHASILAN KENA


PAJAK

PPh Pasal 21 Terutang PPh Pasal 21 Terutang


: 12 SEBULAN
SETAHUN
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULAN DESEMBER
PENGHASILAN BRUTO
KUMULATIF
PEGAWAI TETAP
PEGAWAI TIDAK TETAP,
PEMAGANG, CAPEG
GAJI, TUNJANGAN
D
TERKAIT DGN GAJI
I
K
U
DIKURANGI : R
- BIAYA JABATAN A
- IURAN PENSIUN / JHT N
G
I

PENGHASILAN
NETO DIKURANGI PTKP

PENGHASILAN KENA PAJAK


TARIF PS.17 UU PPh (dibulatkan ke bawah hingga ribuan
penuh)

PPh Pasal 21 Terutang


Premi Asuransi & Iuran Pensiun
Uraian Pemberi Kerja Karyawan
JKK, JKM, JPK Biaya bagi perusahaan Penghasilan (digabung dalam penghasilan bruto
dibayar perusahaan (deductible) gaji)
Alasan : karena tidak tercantum dalam Pasal 4
(Premi Asuransi) ayat (3) (bukan obyek PPh) sehingga
merupakan obyek PPh.

JKK, JKM, JPK Bukan pengurang bagi OP (karyawan) yang


dibayar karyawan --- membayarnya. Alasan : sesuai Ps 9 (1) d
(Premi Asuransi) UU Pajak Penghasilan

Iuran JHT / Iuran Biaya bagi perusahaan Bukan menambah Penghasilan Bruto karyawan,
Pensiun (deductible) tapi Obyek PPh pada saat menerima JHT
dibayar oleh Semua iuran pensiun adalah sekaligus dari PT Jamsostek.
perusahaan biaya yang Alasan : Pasal 4 ayat (3) huruf g, iuran ke Dana
membayarnya, Pasal 6 Pensiun bukan penghasilan.
ayat (1) huruf c

Iuran JHT / Iuran Biaya bagi karyawan (pengurang Penghasilan


Pensiun --- Bruto).
dibayar oleh Alasan : Semua iuran pensiun adalah biaya bagi
karyawan yang membayarnya (Pasal 6 ayat (1) huruf
JKK = Jaminan Kecelakaan Kerja c. JPK = Jaminan Pelayanan Kesehatan
JKM = Jaminan Kematian JHT = Jaminan Hari Tua
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

1. BIAYA JABATAN atau BIAYA PENSIUN ( UNTUK PENSIUNAN)

= 5% DARI PENGHASILAN BRUTO MAKS Rp 6.000.000,-/ THN ATAU Rp 500.000,-/BLN

= 5% DARI PENGH. BRUTO (UANG PENSIUN) MAKS. Rp 2.400.000,-/THN atau Rp


200.000,-/BLN

2. IURAN PENSIUN

3. PTKP TAHUNAN

Rp 15.840.000,- UNTUK DIRI WP


TAMBAHAN Rp 1.320.000,- UNTUK WP DGN STATUS KAWIN
TAMBAHAN Rp 15.840.000,- UNTUK ISTRI BEKERJA YANG PENGHASILANNYA
DIGABUNG DGN PENGHASILAN SUAMI
TAMBAHAN Rp 1.320.000,- UNTUK ANGGOTA KELUARGA SEDARAH DAN
SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YANG
MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA (PALING BANYAK 3 ORANG)
162/PMK.011/2012 mulai tahun 2013

1. Untuk Diri WPOP = Rp. 24.300.000/ Th: Rp2.025.000,00


/bln
2. WP Kawin = Rp. 2.025.000,-
3. penghasilan istri digabung = Rp. 24.300.000,-
4. anggota keluarga (max. 3 orang) = @ Rp. 2.025.000,-

* TK/0 = Rp. 24.300.000,-


* K/0 = Rp. 26.325.000,-
* K/1 = Rp. 28.350.000,-
* K/2 = Rp. 30.375.000,-
* K/3 = Rp. 32.400.000,-
PTKP bagi karyawati :
a. bagi karyawati kawin,: PTKP untuk dirinya sendiri;
b. bagi karyawati tidak kawin, : PTKP dirinya sendiri + PTKP tanggungan.

. Karyawati menunjukkan keterangan tertulis dari Pemda serendah-rendahnya


kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh
penghasilan : PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status
kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

. PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender kecuali pegawai
yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan
berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang
bersangkutan.
awan yg berhak Biaya Jabatan dan PT

Penghasilan Netto Penghasilan Netto


Setahun komulatif Disetahunkan

1. 1. Mutasi dari pemberi kerja


Karyawan yang baru bekerja di
yang sama
periode berjalan

2. 2.
Karyawan yang berhenti Pendatang dari Luar negeri
bekerja di periode berjalan dalam periode berjalan

3.
Karyawan yang berhenti
karena meninggalkan
Indonesia selama-lamanya
Khusus
WP Dalam Negeri 4.
Karyawan yang berhenti
karena meninggal dunia
TARIF Pasal 17 UU PPh
Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000

No. Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%

3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25%

4. Di atas Rp500.000.000,- 30%


GAJI BULANAN
Fajar Ariwibowo pada tahun 2013 bekerja pada perusahaan PT Jaya
Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp2.500.000,00 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000,00. Fajar Ariwibowo
menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari
penghasilan Fajar Ariwibowo dari PT Jaya Abadi hanya dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:

Gaji Rp 2.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp2.500.000,00 Rp 125.000,00
2. luran pensiun Rp 100.000,00
----------------------
Rp 225.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 2.275.000,00
Penghasilan neto setahun adalah
12 x Rp2.275.000,00 Rp 27.300.000,00

PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
DENGAN GAJI BULANAN
Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT
Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun,
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar
Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar
Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran
berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut
Gaji Rp 3.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 15.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 9.000,00
---------------------
Penghasilan bruto Rp 3.024.000,00
Pengurangan
1. Biaya jabatan
5% x Rp3.024.000,00 Rp 151.200,00
2. luran Pensiun Rp 50.000,00
3. luran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,00
--------------------- Rp 261.200,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 2.762.800,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp2.762.800,00 Rp 33.153.600,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
- tambahan /menikah Rp 2.025.000,00
----------------------
Rp 26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 6.828.600,00
Pembulatan Rp 6.828.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp6.828.000,00 = Rp 341.400,00
PPh Pasal 21 bulan Juli
Rp341.400,00 : 12 = Rp 28.450,00
Pegawai Tetap Yang Memperoleh
Penghasilan Berupa Gaji Mingguan

Heri Herawan pegawai pada perusahaan PT Segara Hurip


dengan memperoleh gaji mingguan sebesar
Rp1.000.000,00. Heri Herawan berstatus telah menikah
dan mempunyai seorang anak. PT Segara Hurip masuk
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar
1,00% dan 0,30% dari gaji. PT Segara Hurip membayar
iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji dan Heri Herawan membayar iuran pensiun
Rp20.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji. Dalam minggu kedua pada bulan Agustus 2013 Heri
Herawan hanya memperoleh pembayaran berupa gaji saja
sehingga penghitungan PPh Pasal 21 untuk minggu kedua
bulan Agustus adalah
Gaji 4 X 1.000.000 4.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 40.000,00

Premi Jaminan Kematian 12.000,00


Penghasilan bruto 4.052.000,00
Pengurangan :
Biaya jabatan
5% x Rp4.052.000,00 202.600,00
luran pensiun 20.000,00

luran Jaminan Hari Tua 80.000,00


302.600,00

Penghasilan neto sebulan adalah 3.749.400,00

Penghasilan neto setahun


12 x Rp3.749.400,00 44.992.800,00
PTKP

- untuk wajib pajak 24.300.000,00

- tambahan karena menikah 2.025.000,00

- tambahan seorang anak 2.025.000,00 28.350.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun 16.642.800,00


Pembulatan 16.642.000,00
Pegawai Tetap yang Memperoleh
Penghasilan Gaji Harian
Nasrun Bramantyo pada tahun 2013 bekerja sebagai
pegawai tetap pada perusahaan PT Rejo Indonusa dengan
memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar
Rp150.000,00. Nasrun Bramantyo kawin dan mempunyai
seorang anak. PT Rejo Indonusa masuk program Jamsostek,
premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan
Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. PT
Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap
bulan sebesar 3,70% dari gaji dan Nasrun Bramantyo
membayar iuran pensiun Rp25.000,00 dan Jaminan Hari Tua
sebesar 2,00% dari gaji
Penghasilan sebulan (26 x Rp 150.000,00) Rp 3.900.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 39.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 11.700,00
Penghasilan bruto Rp 3.950.700,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan
5% x Rp3.950.700,00 Rp 197.535,00
2. luran pensiun Rp 25.000,00
3. luran JHT Rp 78.000,00
Rp 300.535,00
Penghasilan neto sebulan Rp 3.650.165,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.650.165,00 Rp 43.801.980,00
PTKP :
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
- tambahan seorang anak Rp 2.025.000,00
Rp 28.350.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 15.451.980,00
Pembulatan Rp 15.451.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp15.451.000,00 Rp 772.550,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp772.550,00 : 12 Rp 64.379,00
PPh Pasal 21 sehari
Rp64.379,00 : 26 Rp 2.476,00
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur
bagi Penerima Pensiun Berkala
Hadi Irawan, berstatus kawin dengan 2 (dua) orang anak yang
masih menjadi tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT
Nusa lndah Gemilang dengan gaji sebulan sebesar Rp6.000.000,00.
Hari Irawan setiap bulan membayar iuran pensiun sebesar
Rp250.000,00 ke Dana Pensiun Artha Mandiri yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan ketentuan yang
berlaku di PT Nusa Indah Gemilang terhitung mulai 1 Juli 2013, Hari
Irawan akan memasuki masa pensiun.
Penghitungan PPh Pasal 21 sebulan :
Gaji sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp6.000.000,00 Rp 300.000,00
2. uran pensiun Rp 250.000,00
Rp 550.000,00
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.450.000,00
Penghasilan Neto 6 bulan
(masa bekerja Januari s.d. Juni 2013)
Rp5.450.000,00 X 6 Rp32.700.000,00

PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
-tambahan untuk 2 orang anak Rp 4.050.000,00
Rp 30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp2.325.000,00 Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 terutang sebulan :
Rp116.250,00 : 6 Rp 19.375,00
Pada saat Hadi Irawan berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka
pemberi kerja memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1)
dengan data sebagai berikut :
Gaji selama 6 bulan :
6 x Rp6.000.000,00 Rp 36.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan :
5% x Rp36.000.000,00 Rp 1.800.000,00
2. luran pensiun :
6 x Rp250.000,00 Rp 1.500.000,00
Penghasilan Neto selama 6 bulan Rp 32.700.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp2.025.000,00
-tambahan untuk 2 anak Rp4.050.000,00
Rp30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.325.000,00
PPh Pasal 21 terutang
(5% x Rp2.325.000,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 telah dipotong
(6 x Rp19.375,00) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Fajar Ariwibowo pada bulan Juni 2013 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp3.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari
2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut
maka Fajar Ariwibowo menerima rapel sejumlah Rp5.000.000,00
(kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu
dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2013 atas
dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian
penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut :
Gaji Rp 3.500.000,00
Pengurangan :
1. Biaya jabatan:
5% x Rp 3.500.000,00 = Rp 175.000,00
2. luran Pensiun Rp 100.000,00
---------------------- Rp 275.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk wajib pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
--------------------- Rp26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp12.375.000,00
PPh Pasal 21 setahun
5% x Rp 12.375.000,00 = Rp 618.750,00
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 618.750,00: 12 = Rp 51.563,00

PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2013 seharusnya adalah :


5 x Rp 51.563,00 = Rp 257.815,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d. Mei 2013
5 x Rp 4.063,00 ` = Rp 20.315,00
---------------------
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.500,00
Juli 2013 Hari Irawan memperoleh uang pensiun dari Dana Pensiun Artha Mandiri
sebesar Rp3.000.000,00 sebulan. Penghitungan PPh Pasal 21 :
Pensiun sebulan adalah Rp 3.000.000,00
Pengurangan :
Biaya pensiun 5% x Rp3.000.000,00 Rp150.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 2.850.000,00
Penghasilan neto Juli s.d. Desember 2013
6 x Rp2.850.000,00 Rp17.100.000,00
Penghasilan neto dari PT Nusa Indah Gemilang
sesuai dgn bukti pemotongan PPh Pasal 21 adalah Rp32.700.000,00
Jumlah penghasilan neto tahun 2013 Rp49.800.000,00
PTKP
-untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
-tambahan karena menikah Rp2.025.000,00
-tambahan untuk 2 orang anak Rp4.050.000,00
Rp30.375.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp19.425.000,00
PPh Pasal 21 terutang adalah
5% x Rp19.425.000,00 Rp 971.250,00
PPh Pasal 21 (Form 1721 A1) Rp 116.250,00
PPh Pasal 21 pada DaPen,6 bulan adalah Rp 855.000,00
PPh Pasal 21 atas uang pensiun / bulan adalah :
Rp 855.000,00 : 6 = Rp 142.500,00
Penghasilan Pegawai Tetap Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Tunjangan Hari Raya Atau Tahun Baru, Bonus, Premi,
Dan Penghasilan Sejenis Lainnya Yang Sifatnya Tidak Tetap Dan
Pada Umumnya Diberikan Sekali Dalam Setahun

Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya


dengan memperoleh gaji sebesar Rp2.500.000,00 sebulan.
Pada bulan Maret 2013 Joko Qurnain memperoleh bonus
sebesarRp5.000.000,00 sehingga pada bulan Maret 2013
Joko Qurnain memperoleh penghasilan berupagaji sebesar
Rp2.500.000,00 dan bonus sebesar Rp5.000.000,00. Setiap
bulannya Joko Qurnain membayar iuran pensiun ke dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp60.000,00
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan
setahun)
PPh Pasal 21 atas Gaji setahun

PPh Pasal 21 atas Bonus


a. Ph Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):
Gaji setahun (12xRp2.500.000,00) Rp 30.000.000,00
Bonus Rp 5.000.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp 35.000.000,00
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 35.000.000,00 Rp 1.750.000,00
2. luran pensiun setahun
12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00
Rp 2.470.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 32.530.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp8.230.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 8.230.000,00 Rp 411.500,00

PPh Pasal 21 atas Gaji setahun PPh Pasal 21 atas


Gaji setahun (12 x Rp2.500,000,00) Rp30.000.000,00 Bonus
Pengurangan : Rp 411.500,00
1. Biaya Jabatan
-/- Rp 174.000,00
5% x Rp 30.000.000,00 Rp 1.500.000,00
2. luran pensiun setahun
=Rp 237.500,00
12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00
Rp2.220.000,00
Penghasilan neto setahun Rp27.780.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp3.480.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 3.480.000,00 Rp 174.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI YANG DIPINDAHTUGASKAN DALAM
TAHUN BERJALAN

Agus Saparudin yang berstatus belum menikah adalah pegawai


pada PT Nusantara Mandiri di Jakarta.
Sejak 1 Juni 2013 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung
pada 1 Oktober 2013 ke kantor cabang di Garut.
Gaji Agus Saparudin sebesar Rp3.500.000,00 dan pembayaran iuran
pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,00.
Selama bekerja di PT Nusantara Mandiri Agus Saparudin hanya
menerima penghasilan berupa gaji saja.
Kantor Pusat di Jakarta

Gaji selama di cabang Jakarta (5 x Rp3.500.000,00) 17.500.000


Pengurangan

5% x
1Biaya Jabatan : Rp17.500.000,00 875.000

2luran pensiun 5 x Rp100.000,00 500.000 1.375.000

Penghasilan neto lima bulan 16.125.000

12/5 x
Penghasilan neto setahun: Rp16.125.000,00 38.700.000
PTKP

- untuk WP sendiri 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak 14.400.000

5% x
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1) di Kantor Jakarta
Gaji (Januari s.d. Mei
2013) 5 x Rp3.500.000,00 17.500.000
Pengurangan

Biaya Jabatan 5% x
Rp17.500.000,00 875.000
luran pensiun
5 x Rp100.000,00 500.000 1.375.000
Penghasilan neto 5 bulan adalah
16.125.000

Penghasilan neto 12/5 x


disetahunkan: Rp16.125.000,00 38.700.000
PTKP

untuk WP sendiri 24.300.000

Penghasilan Kena Pajak disetahunkan 14.400.000


PPh Pasal 21
disetahunkan 5% x Rp14.400.000,00 = 720.000

5/12 x Rp720.000,00
PPh Pasal 21 terutang = 300.000
Kantor Cabang Bandung
4x
Gaji Juni s.d. September 2013 :
Rp3.500.000,00 14.000.000
Pengurangan

1 Biaya Jabatan: 5% x 14.000.000,


700.000
2 Iuran Pensiun 4 x 100.000
400.000 1.100.000
Penghasilan neto di Bandung
12.900.000
Penghasilan neto di Jakarta
16.125.000
Jumlah penghasilan neto 9 bulan
29.025.000
12/9 x
Penghasilan neto disetahunkan:
29.025.000 38.700.000
PTKP
untuk WP sendiri 24.300.000

Ph KP disetahunkan
14.400.000
PPh Pasal 21 disetahunkan: 5% x 14.400.000
720.000
9/12 x
PPh Pasal 21 selama 9 bulan:
720.000,00 540.000
yang dipotong di Jakarta 300.000

terutang di Bandung
240.000
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 A1) di Kantor Bandung
Penghasilan neto di Bandung
Gaji Juni s.d. September 2013: 4 x Rp3.500.000,00 = Rp 14.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% x Rp14.000.000,00 = Rp 700.000,00
2. luran pensiun
3. 4 x Rp100.000,00 = Rp 400.000,00
---------------------
Rp 1.100.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 29.025.000,00
Penghasilan neto disetahunkan:
12/9 x Rp29.025.000,00 = Rp 38.700.000,00

PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan
5% x Rp14.400.000,00 = Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang
9/12 x Rp720.000,00 = Rp 540.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi:
Di Jakarta sesuai dengan Form. 1721 - A1 Rp 300.000,00
Di Bandung (4 x Rp60.000,00) Rp 240.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Kantor Cabang Garut
a. Penghasilan neto di Garut
Gaji Oktober s.d. Desember 2013:
3 x Rp3.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan 5% x Rp10.500.000,00 Rp 525.000,00
2. luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00
----------------------
Rp 825.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Garut Rp 9.675.000,00
b. Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
c. Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 38.700.000,00
PTKP untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp14.400.000,00=) Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung (Form. 1721 - A1) Rp 540.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 terutang di Garut Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
yang harus dipotong di Garut Rp180.000,00 : 3 = Rp 60.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS
PENGHASILAN PEGAWAI YANG BERHENTI BEKERJA
ATAU MULAI BEKERJA DALAM TAHUN BERJALAN

Budiyanta bekerja pada PT Xiang Malam sebagai


pegawai tetap sejak 1 September 2013. Budiyanta
menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan
adalah sebesar Rp8.000.000,00 dan iuran pensiun
yang dibayar tiap bulan sebesar Rp150.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan September
2013 dalam hal Budiyanta hanya memperoleh
penghasilan berupa gaji adalah:
Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 8.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5% x Rp8.000.000,00 = Rp 400.000,00
2. luran Pensiun Rp 150.000,00
---------------------
Rp 550.000,00
---------------------
Penghasilan neto sebulan Rp 7.450.000,00
Penghasilan neto setahun
4 x Rp7.450.000,00 = Rp 29.800.000,00
PTKP
-.untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
-.- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
---------------------
Rp 26.325.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 3.475.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp3.475.000,00 = Rp 173.750,00
Ph Pasal 21 bulan September
Rp173.750,00 : 4 = Rp 43.438,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Terutang bagi Pegawai
tetap yang mengalami jumlah pembayaran s.d.
Desember
Jaka Lelana, status belum menikah dan tidak memiliki
tanggungan keluarga, bekerja pada PT Lazuardi Internusa
dengan memperoleh gaji dan tunjangan setiap bulan
sebesar Rp5.500.000,00, dan yang bersangkutan
membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan setiap bulan sebesar Rp200.000,00. Mulai bulan
Juli 2013, Jaka Lelana memperoleh kenaikan penghasilan
tetap setiap bulan menjadi sebesar Rp7.000.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan Januari-
Juni 2013 adalah sebagai berikut :
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.500.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% X Rp5.500.000,00 Rp 275.000,00
luran pensiun Rp 200.000,00
Penghasilan Neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.025.000,00

Penghasilan Neto setahun:12 X Rp5.025.000,00 Rp 60.300.000,00


PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 36.000.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun :
5% X Rp36.000.000,00 Rp1.800.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan :
Rp1.800.000,00 : 12 Rp 150.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21 /bulan untuk Juli-November 2013, sebagai berikut :
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 7.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% X Rp7.000.000,00 Rp 350.000,00
luran pensiun Rp 200.000,00
Penghasilan Neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 6.450.000,00
Penghasilan Neto setahun
12 X Rp6.450.000,00 Rp77.400.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak Rp24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 53.100.000,00
PPh Pasal 21 atas penghasilan setahun :
5% X Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% X Rp3.100.000,00 Rp 465.000,00
Rp 2.965.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan :
Rp2.965.000,00 : 12 Rp247.083,00
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 2013:
Penghasilan selama setahun :
(6 X Rp5.500.000,00) + (6 X Rp7.000.000,00) Rp 75.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan :
5% X Rp75.000.000,00 Rp 3.750.000,00
luran Pensiun :
12 X Rp200.000,00 Rp 2.400.000,00
Rp6.150.000,00
Penghasilan Neto Rp 68.850.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 44.550.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% X Rp44.550.000,00 Rp 2.227.500,00
PPh ps 21 yang telah dipotong s.d. November 2013 :
(6 X Rp150.000,00) + (5 X Rp247.083,00) Rp 2.135.415,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong
pada bulan Desember 2013 Rp 92.085,00
Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan
pegawai yang kewajiban pajak subjektifnya
sebagai Subjek Pajak dalam negeri dimulai
setelah permulaan tahun pajak, dan mulai
bekerja pada tahun berjalan
David Raisita (K/3) mulai bekerja 1 September 2013. la
bekerja di Indonesia s.d. Agustus 2015. Selama Tahun 2013
menerima gaji per bulan Rp20.000.000,00 Penghitungan
PPh Pasal 21 bulan September tahun 2013 dalam hal David
Raisita hanya menerima penghasilan berupa gaji
Gaji sebulan Rp 20.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% X Rp20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 19.500.000,00
Penghasilan neto selama 4 bulan Rp 78.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan:
12/4 x Rp78.000.000,00 Rp 234.000.000,00
PTKP (K/3)
-untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
-tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
-tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp32.400.000,00

Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 201.600.000,00

PPh Pasal 21 disetahunkan:


-5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
- 15% x Rp151.600.000,00 Rp 22.740.000,00
Jumah Rp 25.240.000,00
PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2013
4/12 x Rp25.240.000,00 = Rp 8.413.333,00
PPh Pasal 21 terutang sebulan:
1/4 x Rp8.413.333,00 = Rp 2.103.333,00
Pegawai Yang Masih Memiliki Kewajiban Pajak Subjektif Berhenti
Bekerja Pada Tahun Berjalan

Arip Marwanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai


pada PT Mahakam Utama di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Oktober
2013, yang bersangkutan berhenti bekerja di PT Mahakam Utama.
Gaji Arip Marwanto setiap bulan memperoleh sebesar
Rp3.500.000,00 dan yang bersangkutan membayar iuran pensiun
kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan sejumlah Rp100.000,00 setiap
bulan. Selama bekerja di PT Mahakam Utama Arip Marwanto hanya
menerima penghasilan berupa gaji saja
Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan:
Gaji sebulan Rp 3.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp3.500.000,00 Rp 175.000,00
2. luran pensiun Rp 100.000,00
Rp 275.000,00
Penghasilan neto Rp 3.225.000,00
Penghasilan neto setahun
12 x Rp3.225.000,00 Rp 38.700.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp14.400.000,00 Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebulan:
Rp720.000,00 : 12 Rp 60.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 pada saat berhenti bekerja:
Gaji (Januari s.d. September 2013)
9 x Rp3.500.000,00 Rp 31.500.000,00
Pengurangan
Biaya Jabatan :
5% x Rp31.500.000,00 Rp 1.575.000,00
luran pensiun
9 X Rp100.000,00 Rp 900.000,00
Rp 2.475.000,00
Penghasilan neto 9 bulan adalah Rp29.025.000,00
PTKP
- untuk WP sendiri Rp24,300.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 4.725.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp4.725.000,00 Rp 236.250,00
PPh Pasal 21 terutang untuk masa
Januari s.d. September 2013 adalah Rp 236.250,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong sampai
dengan Bulan Agustus 2013:
8 x Rp60.000,00 = Rp 480.000,00
PPh Pasal 21 lebih dipotong Rp 243.750,00
Catatan :
Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp243.750,00 dikembalikan oleh PT
Mahakam Utama kepada yang bersangkutan pada saat pemberian bukti pemotongan PPh
Pasal 21.
Pegawai Berhenti Bekerja Pada Tahun
Berjalan dan Sekaligus Kehilangan Kewajiban
Pajak Subjektif
Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2005 dan berhenti bekerja
sejak 1 Juni 2013 dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya
(kehilangan kewajiban pajak subjektif). Selama tahun 2013
menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00 dan pada bulan
April 2013 menerima bonus sebesar Rp20.0000.000,00

Catatan :
Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi
pegawai yang kehilangan kewajiban subjektifnya
pada tahun berjalan karena meninggal dunia
Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah:
Gaji sebulan Rp 15.000.000,00
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp15.000.000 = Rp 750.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00
Penghasilan Neto atas gaji sebulan Rp 14.500.000,00
Penghasilan Neto setahun:
12 x Rp14.500.000,00 Rp174.000.000,00
PTKP (K/3)
-untuk Wajib Pajak Rp24.300.000,00
-tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
-tambahan 3 orang anak Rp6.075.000,00
Rp 32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp141.600.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp91.600.000,00 Rp 13.740.000,00
Rp 16.240.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan
Rp16.240.000,00 : 12 Rp 1.353.333,00
Penghitungan kembali pada saat berhenti dan meninggalkan Indonesia:
Gaji selama 5 bulan (5 x Rp15.000.000,00) Rp 75.000.000,00
Bonus Rp 20.000.000,00
Jumlah selama 5 bulan Rp 95.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp95.000.000,00 =Rp4.750.000,00
Maksimum diperkenankan
5 x Rp500.000,00 Rp2.500.000,00
Penghasilan Neto selama 5 bulan Rp92.500.000,00
Jumlah penghasilan neto disetahunkan
12/5 x Rp92.500.000,00 Rp222.000.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp189.600.000,00
PPh Pasal 21 disetahunkan:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15 % x Rp139.600.000,00 Rp 20.940.000,00
Rp 23.440.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5/12 x Rp 23.440.000,00 Rp 9.766.667,00
PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan
bulan April 2013 atas gaji dan bonus:
(4 x Rp1.353.333,00) + Rp3.000.000,00 Rp 8.413.333,00
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong Rp 1.353.333,00
Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 A1) di Kantor Garut

Penghasilan neto Oktober s.d. Desember :


3 x Rp3.500.000,00 = Rp 10.500.000,00
Pengurangan
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp10.500.000,00 = Rp 525.000,00
2. luran pensiun
3 x Rp100.000,00 = Rp 300.000,00
--------------------- Rp 825.000,00
---------------------
Penghasilan neto di Garut Rp 9.675.000,00
Penghasilan neto di Jakarta Rp 16.125.000,00
Penghasilan neto di Bandung Rp 12.900.000,00
---------------------
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 38.700.000,00
PTKP untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
---------------------
Penghasilan Kena Pajak Rp 14.400.000,00
PPh Pasal 21 terutang (5% x Rp14.400.000,00 ) = Rp 720.000,00
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung1721 - A1 Rp 540.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 terutang di Garut Rp 180.000,00
PPh Pasal 21 telah dipotong ( 3 x Rp60.000,00) Rp 180.000,00
---------------------
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 SELURUH
PEMOTONGAN PPh PASAL ATAU SEBAGIAN
21 ATAS PENGHASILAN DITANGGUNG OLEH
YANG SEBAGIAN ATAU PEMBERI KERJA
SELURUHNYA DIPEROLEH
DALAM MATA UANG ASING PENGHITUNGAN PPh PASAL
21 ATAS PENERIMAAN
PENGHITUNGAN DALAM BENTUK NATURA
PEMOTONGAN PPh PASAL DAN KENIKMATAN LAINNYA
21 TERHADAP PEGAWAI YANG DIBERIKAN OLEH
TETAP YANG MENERIMA WAJIB PAJAK YANG
PERHITUNGAN PPH PASAL
TUNJANGAN PAJAK PENGENAAN PAJAK
21 BAGI PEGAWAI TETAP
PENGHASILANNYA BERSIFAT
YANG BARU MEMILIKI NPWP
FINAL ATAU BERDASARKAN
PADA TAHUN BERJALAN
NORMA PENGHITUNGAN
KHUSUS (DEEMED PROFIT)
Latihan .
Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Pegawai
Tidak Tetap Atau Tenaga Kerja Lepas.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus:
Gaji setahun (12 x Rp15.000.000,00) Rp180.000.000,00
Bonus Rp 20.000.000,00
Rp200.000.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan:
5% x Rp200.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Maksimum diperkenankan Rp 6.000.000,00
Penghasilan Neto atas gaji setahun dan bonus: Rp194.000.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak Rp 24.300.000,00
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000,00
- tambahan 3 orang anak Rp 6.075.000,00
Rp 32.400.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp161.600.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp111.600.000,00 Rp 16.740.000,00
Rp 19.240.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Bonus:
Rp19.240.000,00 - Rp16.240.000,00 = Rp3.000.000,00
PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP
PENGHASILAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS,
PENERIMA UPAH SATUAN, DAN PENERIMA UPAH BORONGAN

Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2013


bekerja sebagai buruh harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja
selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp200.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:


Upah sehari Rp 200.000,00
Dikurangi batas upah Rp 200.000,00
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari: Rp 0,00

Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah yang


diterima belum melebihi Rp2.025.000,00 maka tidak ada PPh Pasal
21 yang dipotong.
Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp2.025.000,00,
maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP
yang sebenarnya.
Upah s.d hari ke-11 (Rp200.000,00 x 11) Rp 2.200.000,00
PTKP sebenarnya:11 x (Rp24.300.000,00/ 360) Rp 742.500,00 Penghasilan
Kena Pajak s.d hari ke-11 Rp 1.457.500,00
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-11
5% x Rp1.457.500,00 Rp 72.875,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10 Rp 0,00
PPh Pasal1 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp 72.875,00
Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima Nurcahyo sebesar:
Rp200.000,00 - Rp72.875,00= Rp127.125,00

Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang
harus dipotong pada hari ke - 12 adalah sebagai berikut :

Pada hari kerja ke-12, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 200.000,00
PTKP sehari (Rp 24.300.000,00: 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 132.500,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp132.500,00 Rp 6.625,00
menerima upah bersih sebesar: Rp200.000,00 - Rp6.625,00 = Rp193.375,00
Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2013 bekerja pada
perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp300.000,00 per hari.
Penghitungan PPh Pasal 21 Upah sehari Rp300.000,00

Upah sehari di atas Rp200.000,00 : Rp300.000,00 - Rp200.000,00 = Rp100.000,00


PPh Pasal 21 = 5% x Rp100.000,00 = Rp5.000,00 (harian)

Pada hari ke-7 telah melebihi Rp2.025.000,00.


bulan Maret 2013 dihitung sebagai berikut:
Upah 7 hari kerja Rp 2.100.000,00
PTKP: 7 x (Rp24.300.000,00/360) Rp 472.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.627.500,00
PPh Pasal 21 = 5% x Rp1.627.500,00 Rp 81.375,00
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-6:
6 x Rp5.000,00 Rp 30.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-7 Rp 51.375,00

Pada hari kerja ke-8 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan,
jumlah PPh Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp 300.000,00
PTKP untuk WP sendiri (Rp24.300.000,00 : 360) Rp 67.500,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 232.500,00
PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp232.500,00 = Rp11.625,00
DENGAN UPAH SATUAN
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai
perakit TV pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp75.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp1.800.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 :


Upah sehari adalah Rp1.800.000,00 : 6 Rp 300.000,00
Upah diatas Rp200.000,00 sehari
Rp300.000,00- Rp200.000,00 Rp 100.000,00
Upah seminggu terutang pajak
6 x Rp100.000,00 Rp 600.000,00
PPh Pasal 21
5% x Rp600.000,00= Rp30.000,00 (Mingguan)
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar
Rp450.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.

Upah borongan sehari : Rp450.000,00 : 2 = Rp 225.000,00


Upah sehari diatas Rp200.000,00
Rp225.000,00 Rp200.000,00 Rp 25.000,00
Upah borongan terutang pajak:
2 x Rp25.000,00 Rp 50.000,00
PPh Pasal 21 = 5% x Rp50.000,00 = Rp 2.500,00
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan
dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan
Januari 2013 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari kerja
dan upah sehari adalah Rp150.000,00. Bagus Hermanto
menikah tetapi belum memiliki anak:

Penghitungan PPh Pasal 21


Upah Januari 2013 = 20 x Rp150.000,00 = Rp 3.000.000,00
Penghasilan neto setahun = 12 x Rp3.000.000,00 = Rp 36.000.000,00
PTKP (K/-) :
-Untuk WP sendiri Rp24.300.000,00
- tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00
Rp 26.325.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 9.675.000,00
PPh Pasal 21 setahun adalah sebesar:
5% x Rp9.675.000,00 = Rp 483.750,00
PPh Pasal 21 sebulan adalah sebesar:
Rp483.750,00 : 12 = Rp 40.312,00
Latihan : .
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai
Yang Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi,
Tantiem, Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang
Bersifat Tidak Teratur,
Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari
2013 telah berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun.
Pada bulan Maret 2013 Victoria Endah menerima jasa produksi tahun
2012., sebesar Rp55.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp5.000.000,00 Rp 750.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 3.250.000,00

Apabila dalam tahun kalender dibayarkan lebih dari 1 kali, maka


PPh Pasal 21 atas dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat
(1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif nya
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai Yang
Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem,
Gratifikasi, Bonus atau Imbalan Lain yang Bersifat Tidak
Teratur

Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media


Primatama, yang bukan sebagai pegawai tetap. Dalam
tahun 2013, yaitu bulan Desember 2013 menerima
honorarium sebesar Rp 60.000.000,00

PPh Pasal 21 yang terutang adalah:


5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp10.000.000,00 Rp 1.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp4.000.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Peserta Program
Pensiun Yang Masih Berstatus Sebagai Pegawai
yang Menarik Dana Pensiun
Nicholas Sinulingga adalah pegawai PT Abadi Sejahtera menerima gaji Rp2.000.000,00
sebulan. PT Abadi Sejahtera mengikuti program pensiun untuk para pegawainya. PT
Abadi Sejahtera membayar iuran dana pensiun untuk Nicholas Sinulingga sebesar
Rp100.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Abadi Sejahtera, yang merupakan dana pensiun
yang dibentuk bagi pengelolaan uang pensiun pegawai PT Abadi Sejahtera yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Nicholas Sinulingga membayar iuran
serupa ke dana pensiun yang sama sebesar Rp50.000,00 sebulan.
Bulan April 2013 Nicholas Sinulingga memerlukan biaya untuk perbaikan rumahnya maka
ia mengambil iuran dana pensiun yang telah dibayar sendiri sebesar Rp20.000.000,00.
Kemudian pada bulan Juni 2013 ia menarik lagi dana sebesar Rp15.000.000,00.
Kemudian bulan Oktober 2013 untuk keperluan lainnya ia menarik lagi dana sebesar
Rp25.000.000,00.

atas penarikan dana sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan April 2013 :


- 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00.
atas penarikan dana sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan Juni 2013
- 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
atas penarikan dana sebesar Rp25.000.000,00 pada bulan Oktober 2013
- 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00
-15% x Rp10.000.000,00 Rp 1.500.000,00
Rp 2.250.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Orang Pribadi
Yang Berstatus Sebagai Bukan Pegawai

Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Orang Pribadi Dalam Negeri


Bukan Pegawai, atas Imbalan yang Bersifat
Berkesinambungan.
Ber-NPWP, Ph semata-mata dari Pemotong
PPh Pasal 21 = tarif Ps 17 ayat (1) a X jumlah kumulatif
PhKP.
Ph KP = 50% X Ph Bruto -/- PTKP per bulan.
Non NPWP, ada Ph lain:
PPh Pasal 21 = tarif Ps 17 ayat (1) a X jumlah kumulatif
PhKP.
Ph KP = 50% X Ph Bruto.

Imbalan yang Tidak Bersifat Berkesinambungan.

PPh Pasal 21 =
tarif Pasal 17 ayat (1) aX 50% X penghasilan bruto.
dr. Abdul Gopar merupakan dokter spesialis jantung yang
melakukan praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat
dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah
sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada
dr. Abdul Gopar pada setiap akhir bulan. Dalam semester
pertama tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien atas
BULAN
tindakan JASA DOKTER
dr. Abdul Gopar BULAN berikut:
adalah sebagai JASA DOKTER YANG
YANG DIBAYAR DIBAYAR PASIEN
PASIEN (RUPIAH)
(RUPIAH)
JANUARI 45,000,000.00 JULI 40,000,000.00

FEBRUARI 49,000,000.00 AGUSTUS 35,000,000.00

MARET 47,000,000.00 SEPTEMBER 45,000,000.00

APRIL 40,000,000.00 OKTOBER 44,000,000.00

MEI 44,000,000.00 NOVEMBER 43,000,000.00

JUNI 52,000,000.00 DESEMBER 40,000,000.00

JUMLAH 524,000,000.00
JASA DOKETR DASAR DASAR TARIF PPH
YANG DIBAYAR PEMOTONGAN PEMOTONGAN PASAL 17 PASAL 21
BULAN PASIEN PPH PASAL 21 PPH PASAL 21 AYAT (1) TERUTANG
KUMULATIF HURUF A
(RUPIAH) (RUPIAH) (RUPIAH) UU PPH (RUPIAH)

(1) (2) (3)=50% X (2) (4) (5) (6)=(3) X (5)


JANUARI 45,000,000 22,500,000 22,500,000 5% 1,125,000
FEBRUARI 49,000,000 24,500,000 47,000,000 5% 1,225,000
3,000,000 50,000,000 5% 150,000
MARET
47,000,000 ----------------- ----------------- --------- -------------
20,500,000 70,500,000 15% 3,075,000
APRIL 40,000,000 20,000,000 90,500,000 15% 3,000,000

MEI 44,000,000 22,000,000 112,500,000 15% 3,300,000


JUNI 52,000,000 26,000,000 138,500,000 15% 3,900,000

JULI 40,000,000 20,000,000 158,500,000 15% 3,000,000

AGUSTUS 35,000,000 17,500,000 176,000,000 15% 2,625,000

SEPTEMBER 45,000,000 22,500,000 198,500,000 15% 3,375,000

OKTOBER 44,000,000 22,000,000 220,500,000 15% 3,300,000

NOVEMBER 43,000,000 21,500,000 242,000,000 15% 3,225,000

DESEMBER 8,000,000 250,000,000 15% 1,200,000


40,000,000 ----------------- ----------------- --------- ---------------
12,000,000 262,000,000 25% 3,000,000
JUMLAH 524,000,000 262,000,000 35,500,000
Neneng Hasanah adalah petugas dinas luar asuransi dari PT.
Tabarru Life. Suami Neneng Hasanah telah terdaftar sebagai
Wajib Pajak dan mempunyai NPWP, dan yang bersangkutan
bekerja pada PT. Kersamanah. Neneng Hasanah telah
menyampaikan fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat
nikah dan fotokopi kartu keluarga kepada pemotong pajak.
Neneng Hasanah hanya memperoleh penghasilan dari
kegiatannya sebagaipetugas dinas luar asuransi, dan telah
menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal
tersebut kepada PT Tabarru Life. Pada tahun 2009,
penghasilan yang diterima oleh Neneng Hasanah
BULAN KOMISI AGEN BULAN KOMISI AGEN
sebagaipetugas dinas luar asuransi dariPT. Tabarru Life
(RUPIAH) (RUPIAH)
adalah
JANUARI
sebagai berikut:
38.000.000,00 JULI 45.000.000,00

FEBRUARI 38.000.000,00 AGUSTUS 48.000.000,00

MARET 41.000.000,00 SEPTEMBER 50.000.000,00

APRIL 42.000.000,00 OKTOBER 52.000.000,00

MEI 44.000.000,00 NOVEMBER 55.000.000,00

JUNI 45.000.000,00 DESEMBER 56.000.000,00


JUMLAH 554.000.000,00
PENGHASIL 50% DARI PTKP PENGHASILA PENGHASILA TARIF PPH
AN N N PASAL 21
BULAN PENGHASILA KENA PAJAK TERUTANG
BRUTO N KENA PAJAK KUMULATIF
(RUPIAH) (RUPIAH)
(RUPIAH) BRUTO (RUPIAH) (RUPIAH)
(1) (2) (3)=50%X(2) (4) (5) (6) (7) (8)=(4)X(6)

JANUARI 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 17.680.000 5% 884.000


FEBRUAR 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 35.360.000 5% 884.000
I
14.640.000 50.000.000 5% 732.000
MARET 41.000.000 20.500.000 1.320.000 -------------- ------------- ------- ----------------
4.540.000 54.540.000 15% 681.000
APRIL 42.000.000 21.000.000 1.320.000 19.680.000 74.220.000 15% 2.952.000
MEI 44.000.000 22.000.000 1.320.000 20.680.000 94.900.000 15% 3.102.000
JUNI 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 116.080.000 15% 3.177.000
JULI 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 137.260.000 15% 3.177.000
AGUSTU 48.000.000 24.000.000 1.320.000 22.680.000 159.940.000 15% 3.402.000
S
SEPTEMB 50.000.000 25.000.000 1.320.000 23.680.000 183.620.000 15% 3.552.000
ER
OKTOBE 52.000.000 26.000.000 1.320.000 24.680.000 208.300.000 15% 3.702.000
R
NOVEMB 55.000.000 27.500.000 1.320.000 26.180.000 234.480.000 15% 3.927.000
ER
15.520.000 250.000.000 15% 2.328.000
DESEMB 56.000.000 28.000.000 1.320.000 -------------- -------------- -------- ----------------
BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA PENGHASILAN
YANG TIDAK BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN

Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya


Kurnia dengan fee sebesar Rp5.000,000,00.

Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:


5% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp125.000,00

Dalam hal Nashrun Barlianto tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal
21 yang terutang menjadi sebesar:
5% x 120% x 50% Rp5.000.000,00 = Rp150.000,00
Arip Nugraha melakukan jasa perawatan AC kepada PT Wahana Jaya dengan imbalan
Rp10.000.000,00. Arip Nugraha mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan
membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang
dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. selain
itu, Arip Nugraha membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar
Rp1.000.000,00.

Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Arip Nugraha,
dapat diketahui bagianimbalan bruto yang merupakan upah yang harus
dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Arip Nugraha dan
biaya untuk membeli spare part AC :
Rp10.000.000,00 - Rp4.500.000,00 - Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana Jaya atas penghasilan yang
diterima Arip Nugraha adalah sebesar:
5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp112.500,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp4.500.000,00 = Rp135.000,00
Dalam hal tidak ada informasi berdasarkan perjanjian mengenai upah atau
pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Wahana
Jaya adalah jumlah sebesar :
5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp250.000,00
Dalam hal tidak memiliki NPWP :
120% x 5% x 50% x Rp10.000.000,00 = Rp300.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Peserta Kegiatan

Sony Amaros adalah seorang atlet bulutangkis


professional Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta.
la menjuarai turnamen Indonesia Grand Prix Gold dan
memperoleh hadiah sebesar Rp200.000.000,00.
PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen
Indonesia Grand Prix Gold tersebut adalah:
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp150.000.000,00 = Rp 22.500.000,00
Rp 25.000.000,00
Perhitungan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
penerima penghasilan berupa uang pesangon
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
Pirman Nurjaman bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. Asgar
Manah sejak tahun 1980. PT. Asgar Manah telah mengikutkan
program pensiun untuk seluruh pegawainya dengan membentuk
Dana Pensiun PT. Asgar Manah. Pada bulan Januari 2010, Pirman
Nurjaman terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menerima
pembayaran Uang Pesangon sebesar Rp 600.000.000,00 dari PT.
Asgar Manah.
Selain itu, Pirman Nurjaman berhak atas manfaat pensiun sebesar
Rp 300.000.000,00 dari Dana Pensiun PT. Asgar Manah. Pirman
Nurjaman meminta pembayaran sekaligus atas manfaat pensiun
sebesar 20% dari manfaat pensiun dan sisanya (80% dari manfaat
pensiun) dibayarkan secara bulanan. Dana pensiun PT. Asgar
Manah membayarkan Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan
sekaligus sebesar 20% x Rp 300.000.000,00 = Rp 60.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon :
0%x Rp 50.000.000,00 = Rp0,00
5%x Rp 50.000.000,00 = Rp2.500.000,00
15% x Rp 400.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00 (+)
Rp600.000.000,0 = Rp 87.500.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat
pensiun yang dibayarkan secara sekaligus :
0%x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
5%x Rp 10.000.000,00 = Rp 500.000,00 (+)
Jumlah Rp 500.000,00
Sedangkan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pembayaran
80% dari manfaat pensiun yang dibayarkan secara bulanan berlaku
ketentuan pemotongan pemotongan PPh Pasal 21 atas penerima
pensiun biasa.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas Uang Pesangon yang
Dibayarkan Secara Bertahap.
Apabila PT. Asgar Manah melakukan pembayaran Uang
Pesangon kepada Pirman Nurjaman secara bertahap dengan
jadwal pembayaran sebagai berikut :
Bulan Januari 2010 Rp 240.000.000,00
Bulan Januari 2011 Rp 120.000.000,00
Bulan Juli 2011 Rp 120.000.000,00
Bulan Januari 2012 Rp 120.000.000,00
maka Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang :
a. Bulan Januari 2010 :
0% x Rp 50.000.000,00 = Rp0,00
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp2.500.000,00
15% x Rp 140.000.000,00 = Rp 21.000.000,00 (+)
Rp 23.500.000,00
b. Bulan Januari 2011 :
15% x Rp 120.000.000,00 = Rp 18.000.000,00
c. Bulan Juli 2011 :
15% x Rp 120.000.000,00 = Rp 18.000.000,00
d. Bulan Januari 2012 :
Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah memasuki
tahun ketiga maka tarif PPh Pasal 21 untuk Uang Pesangon
yang dibayarkan pada bulan Januari 2012 adalah Tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh dan pemotongan PPh 21 pada
bulan Januari 2012 tidak bersifat Final.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bulan Januari 2012 :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 70.000.000,00 = Rp 10.500.000,00 (+)
Jumlah = Rp 13.000.000,00
Perhitungan Bagi Penerima Penghasilan Yang
Bersifat Tidak Teratur Yang Diterima Oleh PNS,
Anggota TNI Dan POLRI Yang Dananya Berasal Dari
APBN/APBD
Bendaharawan SMA Negeri XXI membayarkan honorarium kepanitiaan kepada
Bapak Suharman, karyawan pada SMAN XXI, adalah seorang pegawai negeri
sipil, berpangkat pengatur Golongan IIc. Pada bulan15 April 2013 sebesar Rp.
850.000,-
PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
0% X 850.000,- = Rp. 0,-

Bendaharawan Kanwil DJP membayarkan honorariumrapat kepada sdr. Anton


seorang Kepala Seksi berpangkat pengatur tingkat I / Golongan III d, sebesar
Rp.500.000,-
PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
5% X 500.000,- = Rp. 25.000,-
Penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL 22
(PPh PEMUNGUTAN)
Pasal 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. bendahara pemerintah sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
b. badan-badan tertentu untuk kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain;
c. WP badan tertentu dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.

final penunjukan pemungut pajak secara selektif,


demi pelaksanaan yang efektif dan efisien

Perti tidak mengganggu kelancaran lalu lintas


barang
mban prosedur pemungutan yang sederhana
gan sehingga mudah dilaksanakan

Non final
Pasal 8 (2) PP 138 tahun 2000

Pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak-


pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1) UU PPh , terutang pada saat
pembayaran, kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.

154/PMK.03/2010 stdt 175/PMK.011/2013


224/PMK.011/2012

a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang;
c. bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS);
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
1. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya
(Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan
2. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
f. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya
kepada distributor di dalam negeri;
g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
Kegiatan : Impor

Pemungut : Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Tarif :

jenis barang cfm Lampiran 175/PMK.011/2013, 7,5%


Barang dluar lampiran PMK 175 Dengan API.
2,5% gandum, dan tepung terigu 0,5%
kedelai,
Impor tidak menggunakan API 7,5%
Barang yang tidak dikuasai 7,5% dari harga
jual lelang.
Nilai Impor = Cost , Insurance, and Freight (CIF)
+ Bea Masuk dan pungutan lainnya
Tatacara Pemungutan dan Pelunasan PPh Pasal 22 atas impor barang

Saat bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.


Pelunasan BM ditunda/dibebaskan , saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas impor.

Penyetor importir ybs;


DJBC : 1 hari kerja setelah pemungutan pajak
ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menkeu.

Cara formulir SSP sbg Bukti Pemungutan Pajak.


Pelunasan DJBC dan pemungut pajak wajib melaporkan
dengan menggunakan SPT Masa ke KPP, secara
mingguan paling lama pada hari kerja terakhir
minggu berikutnya
Belanja barang Pemerintah

bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran


(KPA)

bendahara pengeluaran

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit


SPM

1,5% X harga pembelian exc. PPN.


Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan
disetor
ke melapor
Kantor kan dg
Pos, SPT Pelapora
bank Masa ke n maks
devisa KPP. 14 hari

SSP atas Penyeto


nama ran
rekanan pada
, hari
tdtgnpe yang
mungut sama
pajak.
Produsen atau importir BBM BBG Pelumas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas;

0,25% BBM SPBU


Pertamina;
Tarif : 0,3% BBM SPBU
0,3% SPBU Non
Pertamina;
0,3% Non SPBU
0,3% BBG
0,3% Pelumas
penjualan kepada:
penyalur/agen bersifat final;
selain penyalur/agen bersifat tidak
final
Badan usaha dalam atas penjualan hasil
bidang usaha: produksinya kepada
industri semen, distributor di dalam
industri kertas, negeri;
industri baja,
industri otomotif,
industri farmasi,
Tarif :
1. semen : 0,25%
2. kertas : 0,1%;
3. baja : 0,3%
4. kendaraan bermotor :
0,45%
5. obat : 0,3%

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja


adalah industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk
industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri
hilir.
pembelian barang / bahan untuk kegiatan
usahanya
BUMN ( .50% modal
pemerintah:
PT Pertamina,
PT PLN,
PT.PGN,
PT Telkom 1,5% X
PT GIA, harga
pembelia
PT PP, n exc.
PT WIKA, PPN.
PT Adhi Karya.,
PT Hutama Karya
(Persero),
PT Krakatau Steel);
Bank-bank BUMN
Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian
bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.

Tarif : 0,25% X harga pembelian.

Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang


kegiatan usahanya:
a. mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan; dan
b. menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan
eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan

PPh Pasal 22 terutang dan dipungut saat pembayaran.

wajib disetor melalui Kantor Pos, bank persepsi

menggunakan Surat Setoran Pajak.


menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal
22 melaporkan hasil pemungutannya SPT Masa
dilakukan dalam jangka waktu 20 hari setelah masa
pajak berakhir.

Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ,rangkap 3


(tiga), yaitu:
lembar kesatu : Wajib Pajak yang dipungut;
lembar kedua : lampiran laporan bulanan /dilampirkan
pada SPM
lembar ketiga : arsip pemungut pajak
Dikecualikan :
a. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan per-UU
tidak terutang Pajak Penghasilan;
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan BM dan/atau PPN :
1. barang perwakilan negara asing & para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2. barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya
yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia
yang diakui dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan;
3. barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum,
amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan
bencana;
4. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi
alam dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum;
5. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
6. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang
cacat lainnya;
7. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8. barang pindahan;
9. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas
batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu (UU
kepabeanan; 29 Oktober 2010 : nilai diatas USD 250. satu keluarga
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku
cadang
12. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
13.vaksin Polio : program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
14.buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran
agama;
15.kapal laut, angkutan sungai, angkutan danau, angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan,
kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran
atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan
Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan
Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan
usahanya;
16.pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan
atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan yangdiimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh
pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau
reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga
17.kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan
digunakan oleh PT KAI, dan komponen atau bahan yang diimpor
oleh pihak yang ditunjuk oleh PT AI yang digunakan untuk
pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan
18.peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh
Kementerian Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas
dan photo udara wilayah Negara RI yang dilakukan untuk
mendukung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh
Kementerian Pertahanan, TNI atau pihak yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan atau TNI; dan/atau
18.barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang
importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
c. Impor sementara, dimaksudkan untuk diekspor kembali;
d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah
diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau
barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
e. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan
dengan:
1. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang
jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
2. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak BUMN/ BANK
BUMN yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
3. pembayaran untuk:
a) pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos;
b) pemakaian air dan listrik.
f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor;
g. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan
penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
KEP - 523/PJ./2001

TARIF DAN TATA CARA PEMUNGUTAN,


PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22 OLEH INDUSTRI
DAN EKSPORTIR YANG BERGERAK DALAM
SEKTOR PERHUTANAN, PERKEBUNAN,
PERTANIAN, DAN PERIKANAN, ATAS
PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK
KEPERLUAN INDUSTRI ATAU EKSPOR
MEREKA DARI PEDAGANG PENGUMPUL
KEP - 523/PJ./2001
PENGHASILAN PASAL 22 OLEH INDUSTRI DAN EKSPORTIR YANG
BERGERAK DALAM SEKTOR PERHUTANAN, PERKEBUNAN, PERTANIAN,
DAN PERIKANAN, ATAS PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN
INDUSTRI ATAU EKSPOR MEREKA DARI PEDAGANG PENGUMPUL

Badan usaha industri dan eksportir yang


bergerak dalam sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian, dan perikanan
ditunjuk sebagai Wapu Pasal 22 dari
pedagang pengumpul.
Ka KPP menerbitkan Surat Keputusan
Penunjukan
Tarif sebesar 1,5 %dari harga pembelian
tdk termasuk PPN.
KEP - 25/PJ/2003 0,5%
NOMOR KEP - 32/PJ./1995
PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI OTOMOTIF DI
DALAM NEGERI

Badan Usaha yang bidang industri


otomotif ditunjuk sebagai pemungut PPh
Pasal 22 atas penjualan semua jenis
kendaraan bermotor beroda dua atau
lebih di dalam negeri.
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
Wajib dipungut atas penjualan semua
jenis kendaraan bermotor dimaksud pada
Pasal 1 adalah 0,45% dari dasar
pengenaan pajak (DPP) PPN.
Kep 529/PJ./2001
PPh Pasal 22 penyalur rokok
Tarif Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri
rokok pada saat penjualan rokok di 0,15% bersifat
final.

DI CABUT DENGAN

PER - 52/PJ/2008
PENYALUR/DISTRIBUTOR ROKOK
menggunakan tarif umum PPh Pasal 25
KEP - 401/PJ./2001
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
ATAS PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI SEMEN DI
DALAM NEGERI

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22


yang wajib dipungut atas penjualan
semua jenis semen adalah sebesar
0,25% dari DPP PPN
NOMOR SE - 13/PJ/2009
PMK-253/PMK.03/2009
TENTANG
WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT
PAJAK PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJUALAN
BARANG YANG TERGOLONG SANGAT MEWAH

Pemungut Pajak adalah Wajib Pajak


Badan yang melakukan penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
Barang yang tergolong sangat mewah
pesawat udara pribadi > Rp 20.000.000.000,00;
kapal pesiar dan sejenisnya > Rp 10.000.000.000,00 ;
rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau
harga pengalihannya > Rp10.000.000.000,00 dan
luas bangunan lebih dari 500 m2;
apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan
harga jual atau pengalihannya >
Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan > 400
m2;
kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang
kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility
vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus
dan sejenisnya dengan harga > Rp 5.000.000.000,00
dan dengan kapasitas silinder > 3.000 cc.
Dipungut pada saat melakukan penjualan
Tarif 5% dari harga jual diluar PPN dan PPn BM
PPh yang dipungut Kredit pajak pembeli.
Disetor tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
dengan menggunakan SSP.
Dilaporkan dengan SPM ke KPP tempat
Pemungut Pajak terdaftar paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka
1 sampai dengan angka 7 berlaku sejak tanggal
1 Januari 2009.
BUMN ABC adalah perusahaan Negara yang bergerak dibidang
industri Alat Berat. Memiliki Angka Pengenal Impor
Transaksi yang dilakukan Pada Bulan Maret 2014 adalah sebagai
berikut:
4 Januari 2014 Impor Block Mesin dengan Rincian PIUD Invoice
sebagai berikut:

Harga Mesin dan Sparepart FOB : USD 40.000,-


Insurance 1%, Freight USD 2.000
Bea Masuk 10%
Bea Masuk Tambahan 50%
Kurs KMK yang berlaku tanggal tsb : 1 USD = Rp. 11.200
Hitung PPh Pasal 22 Impor terutang:
Cost / FOB
Cost / FOB 40.000
40.000
Insurance (1%) 400
Freight 2.000
Total CIF 42.400 Kurs 11.200 = Rp
474.880.000
Bea Masuk (10%) Rp 47.488.000
Bea Masuk Tambahan (50%) Rp 237.440.000
Nilai Impor Rp 759.808.000

PPh Pasal 22 Impor : 2,50% x Rp 759.808.000 =
PT. TELAKU adalah ekportir makanan
olahan dari Bahan Singkong . Pada
tanggal 3 Arpil 2014 membayar pembelian
30 Ton Singkong dari Kperasi Petani Sido
Makmur Seharga Rp. 30.000.000.
Berapa PPh Pasal 22 yang harus dipungut
atas pembelian Tersebut..

= 0,25% X 30.000.000,- = Rp. 750.000,-


PEMOTONGAN PPh DIVIDEN,
BUNGA, ROYALTI SEWA DAN
IMBAL JASA KEPADA WAJIB
PAJAK DALAM NEGERI
(PPh PASAL 23)
Jasa yang dikenakan
Objek : oleh subjek pajak
bunga bukan wajib pajak
Dividen orang pribadi.
Royalti tidak bersifat final
Sewa
jenis-jenis jasa tertentu
bukan OP

Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 23 :

badan pemerintah
subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan LN
OP sebagai WPDN dapat ditunjuk oleh
Wajib Pajak Orang
Dirjen Pajak pribadi surat penunjukan KPP untuk persewaan
tanah dan bangunan
Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk:
Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PPAT kecuali PPAT Camat.
Pengacara, dan Konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
Orang pribadi yang menjalankan usaha dan pembukuan;
Pasal 23 ayat (4) UU PPh

Pengecualian:
penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
Sewa guna usaha dengan hak opsi;
dividen yang dikecualikan sebagai objek PPh (Pasal 4 ayat (3)
huruf f UU PPh)
dividen yang diterima oleh orang pribadi yang telah dikenakan
PPh Final (Pasal 17 ayat (2c) UU PPh);
bagian laba anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif (Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh);
SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha
atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
dan/atau pembiayaan yang diatur dengan PMK
Proses Bisnis Perbankan
Bank

Himpun Dana Menyalurkan Jasa-jasa lain


Beli Dana Dana
Masyaraka
t Kelebihan Jual Dana
Dana
Masyaraka
t
Bunga Bunga Kekuranga Biaya-
simpan Pinjama n Dana biaya
an n

Spread Fee
Based Based
Produk dan Jasa Perbankan
Produk bank dalam hal menyalurkan
dana secara umum dibagi menjadi:
Kredit Investasi
Kredit Modal Kerja
Kredit Perdagangan
Kredit Produktif
Kredit Konsumtif
Kredit Profesi
Produk dan Jasa Perbankan
Macam-macam Jasa Perbankan:
Kiriman Uang (Transfer)
Kliring (Clearing)
Inkaso (Collection)
Safe Deposit Box
Bank Card
Produk dan Jasa Perbankan
Macam-macam Jasa Perbankan:
Bank Note
Traveller Cheque
Letter Of Credit (L/C)
Bank Garansi
Menerima Setoran-Setoran
Melakukan Pembayaran
OBJEK DAN TARIF
Dividen (Ps 4 ayat (1) huruf g UU PPh)
Bunga (Ps 4 ayat (1) huruf f UU PPh )
Royalty Ps 4 ayat (1) huruh h UU PPh
15% X bruto Hadiah, penghargaan, bonus, dan
sejenisnya selain yang objek PPh Psl
21 ayat (1) huruf e

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dg


penggunaan harta, kecuali telah dikenaan
Psl 4 ayat (2), dan;
2. Imbalan sehubungan dengan:
. jasa tehnik,
2% X bruto . jasa manajemen,
. jasa konstruksi,
. jasa konsultan
. dan jasa lain (PMK 244)
WP non NPWP, tarif
100% Lebih Tinggi
PERMENKEU 244/PMK.03/2008
N Objek Tarif Dasar Sifat Batas Batas waktu
o Penghitunga waktu pelaporan
n penyetoran
1. Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah 15% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya
2. Sewa dan penghasilan lain 2% Jumlah 10 bln 20 bln
sehubungan dengan penggunaan Bruto* berikutnya berikutnya
harta kecuali Sewa Tanah
dan/atau Bangunan
3. Imbalan Jasa Lain

1. Jasa Penilai (appraisal) 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln


berikutnya berikutnya
2. Jasa Aktuaris 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya
3. Jasa Akuntansi,pembukuan dan 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
atestasi laporan keuangan berikutnya berikutnya
4. Jasa Perancanag (design) 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya
5. Jasa pengeboran (drilling) di 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
bidang penambangan berikutnya berikutnya
migas,kecuali
yg dilakukan BUT
6. Jasa penunjang di bidang 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
penambangan Migas berikutnya berikutnya
7. Jasa penambangan dan jasa 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
penunjang di bidang berikutnya berikutnya
156
*tidakpenambangan
termasuk PPN
selain migas
LANJUTAN
N Objek Tarif Dasar Sifat Batas Batas
o Penghitunga waktu waktu
n penyetora pelaporan
n
8. Jasa penunjang di bidang 2% Jumlah 10 bln 20 bln
penerbangan dan bandar udara Bruto* berikutnya berikutnya

9. Jasa penebangan hutan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

10. Jasa pengelolaan limbah 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

11. Jasa penyediaan tenaga kerja 2% Jumlah 10 bln 20 bln


(outsourcing service) Bruto* berikutnya berikutnya

12. Jasa perantara atau keagenan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

13. Jasa di bidang perdagangan surat- 2% Jumlah 10 bln 20 bln


surat berharga, kecuali yg di lakukan Bruto* berikutnya berikutnya
Bursa Efek, KSEI dan KPEI
14. Jasa 2% Jumlah 10 bln 20 bln
kostodian/penyimpanan/penitipan, Bruto* berikutnya berikutnya
kecuali yg dilakukan KSEI
15. Jasa pengisian suara (dubbing
dan/atau
sulih suara

*tidak termasuk PPN 157


LANJUTAN
N Objek Tarif Dasar Sifat Batas Batas waktu
o Penghitunga waktu pelaporan
n penyetora
n
16. Jasa mixing film 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya
17. Jasa sehubungan dengan software 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya
komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, 2% Jumlah 10 bln 20 bln
peralatan, listrik, telepon, air, gas, Bruto* berikutnya berikutnya
AC,
dan/atau TV Kabel, selain yg
dilakukan
oleh Wajib Pajak yg ruang
lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikat sbg
pengusaha
konstruksi
19. Jasa perawatan/perbaikan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
/pemeliharaan mesin, peralatan, Bruto* berikutnya berikutnya
listrik
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
Kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan, selain yg
dilakukan
Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
158
sertifikat
*tidak termasuk PPNsbg pengusaha konstruksi
LANJUTAN

N Objek Tarif Dasar Sifat Batas Batas waktu


o Penghitunga waktu pelaporan
n penyetora
n
22. Jasa penyelenggara kegiatan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya
23. Jasa pengepakan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya
24. Jasa penyediaan tempat 2% Jumlah 10 bln 20 bln
dan/atau Bruto* berikutnya berikutnya
waktu dalam media masa, media
luar
ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi
25. Jasa pembasmi hama 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya
26. Jasa kebersihan atau cleaning 2% Jumlah 10 bln 20 bln
service Bruto* berikutnya berikutnya
27. Jasa katering atau tata boga 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

*tidak termasuk PPN

159
Dividen sebagai Objek pemotongan PPh Pasal
23
Pembagian laba , secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal
yang disetor;
pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran
termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
(direvisi. PP94/2010)
pembagian laba dalam bentuk saham;
pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena buyback saham;
pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh
keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari
pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham
yang dibebankan sebagai biaya perusahaan
Bunga sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23

premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan


pengembalian utang. Premium terjadi apabila misalnya surat
obligasi dijual di atas nilai nominalnya sedangkan diskonto
terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya.
Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang
menerbitkan obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi
yang membeli obligasi.
Kecuali telah termasuk dalam Pengenaan PAsal 4 ayat (2) UU
PPh
Royalty sebagai Objek pemotongan PPh Pasal 23
Royalti adalah imbalan atas pemakaian suatu hak.
Hak merupakan harta tidak berwujud
tersebutdibayarkan baik secara berkala maupun tidak

meliputi imbalan atas :


hak cipta dibidang kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah,
paten, disain atau model, rencana, formula atau proses
rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak serupa lainnya.
peralatan/perlengkapan industrial, komersial atau ilmiah.
Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,
teknikal, industrial atau komersial.
Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap
Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup
(motion picture film), film atau pita video untuk siaran televisi,
atau pita suara untuk siaran radio;
Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan
dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual
/industrial atau hak-hak lainnya
SE-35/PJ/2010
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta adalah
kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta
selama jangka waktu tertentu baik
perjanjian tertulis maupun tidak tertulis
hanya dapat digunakan oleh penerima hak
Jasa teknik adalah pemberian informasi tentang pengalaman bidang
industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat meliputi:
pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu,
seperti pemetaan dan/atau pencarian dengan bantuan gelombang
seismik;
pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk tertentu,
seperti pemberian informasi dalam bentuk gambar-gambar, petunjuk
produksi, perhitungan-perhitungan dan sebagainya; atau
pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di bidang
manajemen, seperti pemberian informasi melalui pelatihan atau
seminar dengan peserta dan materi yang telah ditentukan oleh
pengguna jasa.
Jasa manajemen adalah pemberian jasa dengan ikut serta secara
langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan manajemen.

Jasa konsultan adalah pemberian advice (petunjuk, pertimbangan,


atau nasihat) profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau perkumpulan tenaga
ahli, yang tidak disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga
ahli tersebut dalam pelaksanaannya.
Saat Terutangnya PPh Pasal 23
saat dibayarkan
disediakan untuk dibayarkan
telah jatuh tempo pembayarannya
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

Pasal 15 ayat (3) PP 94 Tahun 2010 :


pemotongan PPh Pasal 23, dilakukan pada akhir bulan:
dibayarkannya penghasilan;
disediakan untuk dibayarkannya penghasilan; atau
jatuh temponya pembayaran penghasilan yang
bersangkutan,
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
Saat terutangnya PPh Pasal 23 adalah
pada saat pembayaran,
saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan
jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa),
saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur
(seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau
jasa lainnya).
saat disediakan untuk dibayarkan pembagian
dividen
perusahaan yang tidak go public,
saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan,
saat pembagian dividen diumumkan atau ditentukan RUPS
Demikian pula apabila membagikan dividen sementara (dividen
interim), maka PPh Pasal 23 terutang pada saat diumumkan atau
ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai
dengan Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan.

perusahaan yang go public,


adalah pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang
berhak atas dividen (recording date). Pemotongan PPh Pasal 23 baru
dapat dilakukan setelah para pemegang saham yang berhak
"menerima atau memperoleh" dividen tersebut diketahui.
Dalam hal pembayaran bunga atau sewa
saat terutang adalah saat jatuh tempo pembayaran
Yaitu saat kewajiban untuk melakukan pembayaran , didasarkan
kesepakatan tertulis maupun tidak tertulis dalam kontrak atau
perjanjian atau faktur.
pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan pada tahun pajak yang berbeda
dengan tahun pajak pengakuan penghasilan, maka atas dapat
Saat Disediakan Untuk Dibayarkan : Pembagian
Dividen
Perusahaan yang tidak go public
saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan
dibayarkan
saat pembagian dividen diumumkan
Saat ditentukan dalam RUPS Tahunan
dividen sementara (dividen interim) pada saat
diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau
pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar
perseroan yang bersangkutan.

Perusahaan go public
pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham
yang berhak atas dividen (recording date).
pemotongan PPh Pasal 23 baru dapat dilakukan setelah
para pemegang saham yang berhak "menerima atau
memperoleh" dividen tersebut diketahui
pembayaran bunga atau sewa
saat terutang adalah "saat jatuh tempo pembayaran".
adalah saat kewajiban untuk melakukan pembayaran yang
didasarkan atas kesepakatan, tertulis maupun tidak tertulis
Dalam hal pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan pada tahun pajak
yang berbeda dengan tahun pajak pengakuan penghasilan, maka
atas Pajak Penghasilan yang telah dipotong tersebut dapat
dikreditkan pada tahun pajak dilakukan pemotongan.
Cum = hari terakhir bursa di mana pemegang saham masih memiliki
hak atas kepemilikan saham.
Ex = satu hari kerja bursa setelah Cum dan merupakan hari pertama
di mana hak atas kepemilikan saham sudah kadaluwarsa.
PT. Benmirah berusaha pada bidang persewaan peratana
rapat dan konferensi berupa berupa slide projector,
laptop, mesin photocopy portable dan sound system.
Transaksi pada bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut:
3 Maret menyewakan kepada Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi XX Seharga Rp. 30.000.000 ecl. PPN
5 Maret : Menyewakan peralatan kepada Bank BCL cab.
Kota XX seharga 15.000.000
10 Maret : Membayar sewa dari PT. ABC, 5 unit mesin
Photocopy Rp. 5.000.000 untuk menutupi kekurangan
peralatan pada acara bulan Februari.

Hitunglah PPh yang terutang atas transaksi di atas, dan


tentukan pemotong pajaknya.
PPh Pasal 26
Pasal 26
PPh Wajib Pajak Luar
Negeri
SP penghasil WP
DN an LN

dividen hadiah dan penghargaan;


bunga, termasuk premium, pensiun dan
diskonto, dan imbalan pembayaran berkala
sehubungan dengan jaminan lainnya.
pengembalian utang premi swap dan
royalti, sewa, dan penghasilan transaksi lindung nilai
lain sehubungan dengan lainnya
penggunaan harta keuntungan karena
imbalan sehubungan dengan pembebasan utang
jasa, pekerjaan, dan kegiatan
WP LN Pasal
Sendiri
25/29
Income
tax
With
holding Pasal
26
Wajib Potong :
badan pemerintah
subjek pajak dalam
negeri
penyelenggara
kegiatan
bentuk usaha tetap
perwakilan pembayaran WP LN
perusahaan LN

tarif 20% dari jumlah


bruto
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan
pemotongan :
bersumber dari modal dalam bentuk dividen,
bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan karena jaminan pengembalian utang,
royalti, dan sewa serta penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta;
imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan,
atau kegiatan;
hadiah dan penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
dan
keuntungan karena pembebasan utang
subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar
Rp100.000.000,00 kepada WP LN

subjek pajak DN berkewajiban untuk memotong PPh sebesar


20% dari Rp100.000.000,00.

Subjek Pajak vs.


WP
seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian
dalam perlombaan lari maraton di Indonesia, dan kemudian
merebut hadiah uang maka atas hadiah tersebut dikenai
pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh
persen).
Negara domisili dari WPLN selain
yang BUT yang menerima
penghasilan dari Indonesia
NEGARA ditentukan oleh tempat tinggal
NEGARA
DOMISILI atau tempat kedudukan yang
DOMISILI sebenarnya menerima manfaat
WP dari penghasilan tersebut
LN (beneficial owner).
negara domisili tidak hanya
ditentukan berdasarkan Surat
Keterangan Domisili, tetapi juga
tempat tinggal atau tempat
kedudukan dari penerima
negara tempat tinggal atau manfaat dari penghasilan.
tempat kedudukan Wajib Pajak Dalam hal penerima manfaat
adalah orang pribadi, negara
luar negeri yang sebenarnya
domisilinya adalah negara
menerima manfaat dari tempat orang pribadi tersebut
penghasilan tersebut bertempat tinggal atau berada,
(beneficial owner). sedangkan bila penerima
manfaat adalah badan maka
negara domisilinya adalah
negara tempat pemilik atau lebih
CERTIFICATE OF DOMICILE

SE Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29-03-


1996 tentang Penerapan P3B:
Surat Keterangan Domisili (SKD) wajib diserahkan oleh WPLN
untuk memperoleh manfaat P3B;
SKD diterbitkan oleh Competent Authority atau wakilnya yang
sah di negara mitra P3B Indonesia;
Bentuk SKD sesuai dengan kelaziman di negara tempat WPLN
berkedudukan
Isi SKD sekurang-kurangnya menyatakan:
Wajib Pajak luar negeri ybs. benar berkedudukan di
negara tersebut,
disertai tanggal dan tandatangan pejabat yang
menerbitkan SKD.
SKD berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan,
kecuali untuk WP bank. Bagi WP bank, SKD berlaku selama
bank tersebut tetap mempunyai alamat yang sama dengan
alamat yang tercantum dalam SKD.
179
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
Indonesia, kecuali yang FINAL, yang diterima atau diperoleh
WPLN selain BUT di Indonesia, dan premi asuransi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri,
dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan
penghasilan
NOMOR neto
82/PMK.03/2009
Terhadap Wajib Pajak Luar Negeri yang berkedudukan di negara-
negara yang telah mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dengan Indonesia, pemotongan pajak hanya
dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak
pemajakannya ada pada pihak Indonesia.
Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25 % (dua
puluh lima persen) dari harga jual. (Min Rp10.000.000,00 )
Penjualan atau pengalihan harta berupa perhiasan mewah,
berlian, emas, intan, jam tangan mewah, barang antik,
lukisan, mobil, motor, kapal pesiar, dan/atau pesawat
terbang ringan.
dipotong PPh Ps 26 oleh pembeli yang ditunjuk sebagai
pemotong pajak dan diberikan bukti pemotongan PPh Pasal 26.
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham
dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari
perkiraan penghasilan neto.

Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit


company atau Special Purpose Company) yang didirikan atau
bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di
Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan
saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
Conduit
company
Mengakses Manfaat P3B dengan Conduit
Companies

Negara A
Tidak memiliki P3B Negara B
dengan Negara C Memiliki P3B dengan Negara C

2
StepCo.

ABC Co.
(Perusahaan Terbuka)
Negara C
Tarif pemotongan pajak: 20%
10% bila diterapkan P3B C-B
OPSI 1. Investasi Langsung
OPSI 2. Investasi melalui StepCo. Di negara B.

Subdit PKPI, 2008


184 Direktorat Jenderal Pajak
258/PMK.03/2008
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 ATAS PENGHASILAN
DARI PENJUALAN ATAU PENGALIHAN SAHAM SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM PASAL 18 AYAT (3c) UNDANG-UNDANG PAJAK
PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK
LUAR NEGERI
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara
(special purpose company atau conduit company),
dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan
saham badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, atau penjualan atau
pengalihan bentuk usaha tetap di Indonesia.
Perusahaan antara (special purpose company/conduit
company) bertujuan untuk penjualan/ pengalihan
saham perusahaan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Tax heaven Country yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan
saham dipotong PPh sebesar 20% dari perkiraan
penghasilan neto.
penghasilan neto adalah 25% (dua puluh lima
persen) dari harga jual.
Pajak Penghasilan adalah bersifat final.
Terhadap penjual yang berstatus sebagai WPLN
yang merupakan penduduk dari Negara yang
telah mempunyai P3B dengan Indonesia,
pemotongan pajak hanya dilakukan apabila hak
pemajakan berdasarkan P3B berada pada pihak
Indonesia.
PhKP sesudah dikurangi pajak dari BUT di
Indonesia dikenai pajak sebesar 20%
kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali
di Indonesia
257/PMK.03/2008
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGHASILAN
KENA PAJAK SESUDAH DIKURANGI PAJAK DARI
penanaman kembaliSUATU BUT atas seluruh PhKP
dilakukan
-/- PPh BUT.
penyertaan modal pada perusahaan yang baru
didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri;
perusahaan baru yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia, harus secara aktif
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akte
pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak
perusahaan tersebut didirikan;
penanaman kembali dilakukan dalam tahun
pajak berjalan atau paling lama tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diterima atau
diperolehnya penghasilan tersebut; dan
tidak melakukan pengalihan atas penanaman
kembali tersebut paling singkat dalam jangka
waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan
baru tersebut telah berproduksi komersial
PhKP BUT di Indonesia tahun 2009 Rp
17.500.000.000,00
Pajak Penghasilan:
28% x Rp17.500.000.000,00 = Rp 4.900.000.000,00
PhKP setelah PPh Rp 12.600.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 26 yang terutang
20% X Rp12.600.000.000 = Rp 2.520.000.000,00

Namun apabila penghasilan setelah pajak sebesar


Rp12.600.000.000,00 tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia maka atas penghasilan tersebut tidak dipotong
pajak
bersifat final, kecuali:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh kantor pusat,
sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan
harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud

pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh


orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap

Saat terutang pajak adalah pada saat


pembayaran atau jatuh tempo
X
X
PENGHASI PENGHASI
OBYEK PEMOTONGAN JUMLAH SIFAT
LAN LAN NETTO
BRUTO
NETTO
Dividen 20 % Final
bunga, termasuk premium, 20 % Final
diskonto, dan imbalan sehubungan
dg jaminan pengembalian utang
Royalti 20 % Final
Sewa 20 % Final
Penghasilan lain sehubungan dg 20 % Final
penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, 20 % Final
pekerjaan, dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan dengan 20 % Final
nama dan dalam bentuk apa pun
Pensiun dan pembayaran berkala 20 % Final
lainnya.
Atas penghasilan dari penjualan 20 % Final
harta di , kecuali yang diatur dalam
Pasal 4 ayat (2),
X
X
PENGHASI PENGHASI
OBYEK PEMOTONGAN JUMLAH SIFAT
LAN LAN NETTO
BRUTO
NETTO
Premi asuransi dan premi reasuransi 20 % Diatur dalam Final
yang dibayarkan langsung maupun KMK :
melalui pialang kepada perusahaan 624/KMK.04
asuransi di luar negeri /1994
Penghasilan Kena Pajak sesudah 20 % Final
dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
(BUT) tetap di kecuali ditanamkan
kembali di (diatur oleh KMK
602/KMK.04/1994)
Dalam hal terdapat Perjanjian Lihat Tax Lihat Tax
Penghindaran Pajak Berganda (P3B), Treaty Treaty Rate
Tarif berdasarkan P3B antara dengan Rate
negara domisili penerima hasil yang
dipergunakan
Penghasilan yang
dapat dikenakan
pajak bersifat final
Pertimbangan antara lain:
final Dorongan investasi & tabungan
masyarakat;
kesederhanaan dalam pemungutan
pajak;
beban administrasi bagi WP maupun
Ps.
DJP;
4(2)
Ps 15 pemerataan
Ciri-Ciri PPh Final : dalam pengenaan
Ps pajaknya; dan
Penghasilan tidak digabungkan dengan
19(1) perkembangan
yang ekonomi
dikenakan tarif umumdan moneter,
Ps. Pajak yang dibayar/dipotong/dipungut
21(1)
Ps. 22
tidak dapat dikreditkan
Biaya terkait 3M tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung
Lihat penghasilan netto
form spt Tarif tetap/sepadan kecuali pesangon
progresif
No Perihal Tarif Keterangan Dasar Hukum

1. Bunga Deposi-to/Tabungan 20% Jumlah bruto bagi Wajib Pajak Psal 4 ayat (2)
Dan Diskonto Sertifikat Bank 20% Dalam Negeri P.P No.131 /2000
Indonesia (SBI) Jumlah bruto bagi W.P. Luar 51/KMK..04/
negeri atau tarif berdasarkan 01Kep.217 /PJ./
perjanjian penghindaran pajak 01
berganda yang berlaku (P3B)
2 Hadiah Undian 25% Jumlah bruto nilai hadiah yang Psal 4 ayat (2)
dibayarkan atau nilai pasar PP No 132 / 2000
hadiah berupa natura atau KEP-395/PJ./ 2001,
kenikmatan. TGL 13-06-2001
3. Bunga Simpanan Anggota 0% s/d Rp.240.000,00 per bulan Psal 4 ayat (2)
Koperasi 10 % Lebih dari Rp.240.000,00 per PP No.15 /2009
bulan
4 Bunga Obligasi 15% jumlah bruto bunga bagi WP DN Psal 4 ayat (2)
20% Bagi WP LN /ariff P3B, PP No.16 TH.
2009,9-2-09
4 Diskonto Obligasi 15% dari selisih lebih harga jual atau Psal 4 ayat (2)
nilai nominal dengan harga PP No.16 TH.
perolehan Obligasi, tidak termasuk 2009,9-2-09
bunga berjalan;
20% bagi WP DN
bagi Wajib Pajak luar negeri atau
P3B

5 bunga dan/atau diskonto dari 0% tahun 2009 s.d. 2010 Psal 4 ayat (2)
Obligasi bagi WP reksadana 5% tahun 2011 s.d. 2013; PP No.16 TH.
yang terdaftar pada Bapepam 15% tahun 2014 dan dstr 2009,9-2-09
LK
N Perihal Tarif Keterangan Dasar Hukum
o
5 Penjualan Saham Pendiri dan bukan 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi Psal 4 ayat (2)
Pendiri di Bursa Efek PPNo.41/1994
Tambahan PPh bagi pemilik saham PPNo.14/1997
0,5% pendiri, dari nilai saham pada saat 282/KMK.04/1997
penawaran umum perdana SE-06/PJ.4/-1997

6 Penyalur/ Dealer/Agen 0,3% Penjualan SPBU Swasta Pasal 22


Produk Pertamina Dan Premix 0,25% Penjualan SPBU Pertamina 254;392/;236/KM .
0,3% Penjualan minyak Tanah 03/03;154/P
0,3% Penjualan Gas LPG/Pelumas MK.03/07,08/PMK.03
/08,210/PMK.03/08.

7. Penghasilan dari Penga lihan Hak 5% bruto nilai penjualan/pengalihan tanah Psal 4 ayat (2)
Atas Tanah dan/Atau Bangunan dan/atau bangunan . PP71/08,
( Sejak 1 Jan 2009,baik OP maupun 1% Rumah susun dan rumah susun 243/PMK.33/2008;
Badan ) sederhana (243/PMK.33/2008) PERDJP. 30/PJ./2009

8. Penghasilan yang diteri 10% Jumlah bruto nilai persewaan Psal 4 ayat (2)
ma atau diperoleh dari Persewaan tanah dan/atau bangunan baik yang PP.29/1996
Tanah dan /atau Bangunan diterima /diperoleh W P Orang Pribadi PP no.5 Tahun 2002
maupun WP Badan 120/KMK.03/ 2002
KEP-227/PJ/ 2002
9 Usaha Jasa Kontruksi bersertifikat 2% Pelaksanan kontruksi kualifikasi kecil Psal 4 ayat (2)
kualifikasi kecil dan nilai pengadaan 4% Pelaksanan kontruksi kualifikasi non PP 140/2000 jo 51 /
<1M kecil 2008, revisi dg
3% Pelaksanan kontruksi selain diatas . PP 40 / 2009 PP 100-
4% Perencanaan / pengawasan yg 2013
berkualifikasi
6% Perencanaan atau pengawasan non
kualifikasi
100 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN
2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA
BUNGA
a. bungaOBLIGASI
dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% bagi WPDN dan BUT; dan
2) 20% atau P3B WPLN;

b. diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:


1) 15% WPDN & BUT dan
2) 20% / P3B bagi WPLN non BUT , (DPP= selisih lebih harga
jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak
termasuk bunga berjalan);

c. diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:


1) 15% bagi WPDN dan BUT; dan
2) 20% atau P3B bagi WPLN Non BUT, (= harga jual atau nilai
nominal -harga perolehan Obligasi); dan

d. bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima WP


reksadana yang terdaftar pada OJK :
1) Dihapus;
2) 5% untuk tahun 2014 s.d. 2020;
3) 10% untuk tahun 2021 dst
N Perihal Tarif Keterangan Dasar
o Hukum
10 Uang pesangon, yang dibayarkan 0% Ph bruto s.d Rp. 50 juta Psal 4 ayat (2)
sekaligus 5% Rp.50 juta s.d. Rp.100 juta PP No. 68/ 2009;
15% Rp.100 juta s.d Rp.500 juta
25% diatas Rp.500 juta

Uang manfaat pensiun; 0% s.d Rp. 50 juta Psal 4 ayat (2)


Tunjangan hari tua atau Jaminan 5% Penghasilan bruto diatas PP No. 68/ 2009;
Hari Tua yang dibayarkan sekaligus Rp.50 juta

11 Penghasilan Wajib 1,2% Peredaran bruto Pasal 15.


Pajak yang bergerak dibidang usaha (Norma Khusus) 416/KMK.04/ 1996
pelayaran dalam negeri.

12 Penghasilan Wjib Pajak yang 2,64% Peredaran bruto Pasal 15.


bergerak di bidang usaha pelayaran (Norma Khusus) 417/KMK.04/ 1996
atau
penerbangan luar negeri

13 Penghasilan WP luar negeri yang 0,44% Nilai ekspor bruto Pasal 15.
mempunyai kantor perwakilan (Norma Khusus) 634/KMK.04/
dagang di Indonesia 1994;Kep-667/PJ. /
2001
14 Honorarium /imbalan atas beban 15% Penghasilan bruto Pasl 21 ay (1)
APBN/APBD yang diterima Pejabat 252/PMK.03 /08 PP 45 tahun 1994
Negara,PNS,angg. TNI , POLRI dan PER 31/PJ/2009,PER 57/PJ /2009 Kep-545/ PJ./
pensiunan. Akan diatur dengan permen keu ter 2000;Per-15 / PJ./ 06
sendiri
15 Nilai bangunan yang diterima dalam 5% Nilai penyerahan bangunan Pasal 15.
rangka 248/KMK.04 /
Bangun Guna Serah sehub. dgn 1995
berakhirnya masa perjanjian SE-38/PJ.4 / 1995
Hadiah Undian

Dasar 42 TAHUN 1994 132 TAHUN 2000


Hukum

Objek hadiah undian hadiah undian


Tarif 20% 25%
WAPU Penyelenggara undian Penyelenggara undian
Bunga simpanan anggota koperasi

PP No. 15 TAHUN 2009

Tarif : 0% < 240.000,00 per bulan


10% > Rp 240.000,00 per bulan.
WAPU Koperasi yang melakukan
pembayaran bunga
Bunga obligasi
PP no. 16 th
2009
Obligasi surat utang; SUN> 12 bulan
Bunga Obligasi imbalan u/pemegang Obligasi dlm
bentuk bunga dan/atau diskonto.
PPh dikenakan Final
tarif DPP objek
15% Bruto Bunga WP DN dan BUT
20% Bruto Bunga WP LN/P3B
15% Bruto Diskonto WP DN dan BUT
20% Bruto Diskonto WP LN/P3B
0% Bruto bunga dan diskonto WP reksadana di BAPEPAM-LK s.d.
th.2010
5% Bruto bunga dan diskonto WP reksadana di BAPEPAM-LK
2011 s.d. th.2013
15% Bruto bunga dan diskonto WP reksadana di BAPEPAM-LK
mulai th.2014
Penjualan saham di bursa efek
PP 41/1994 jo. PP 14/1997

transaksi penjualan saham 0,1% X jumlah bruto


Pemilik saham pendiri + 0,5% nilai saham
perusahaan pada saat penutupan bursa diakhir
tahun 1996.
setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham
ditetapkan sebesar harga saham pada saat
penawaran umum perdana."
Pemilik saham pendiri dapat menggunakan PPh Ps
17
pendiri = orang pribadi /badan dalam Daftar
Pemegang Saham PT atau tercantum AD PT
sebelum initial public offering(IPO) termasuk agio
dan pecahan saat IPO.
Jasa konstruksi
SE - 53/PJ/2009 250509
yang dikenakan final tidak termasuk PPh Pasal 23

PP 51/2008 :
2% Pelaksanaan oleh Penyedia Jasa kualifikasi usaha
kecil.
4% Pelaksanaan Konstruksi oleh non kualifikasi usaha;
3% Pelaksanaan Konstruksi kualifikasi menengah dan
besar.
4% Perencanaan atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berkualifikasi usaha.
6% (enam persen) untuk Perencanaan atau
Pengawasan oleh Penyedia Jasa non kualifikasi usaha.
SE - 16/PJ.43/1998
PPh Pasal 22 Migas
BKP SPBU PERTAMINA
swasta
Premium 0,3% 0,25%
Solar 0,3% 0,25%
Premix / 0,3% 0,25%
super TT
Minah 0,3%

Pelumas 0,3%

Dipungut saat penerbitan SPPB ("delivery


order").

PPh disetor oleh pembeli atau penerima


penyerahan barang ke bank.
PPh final penyerahan tanah
dan bangunan
PP 3/1994 : 3% tidak final
PP 48/1994
Objek : penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan
hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau
cara lain baik dengan maupun bukan dengan
pemerintah;
Tarif 5% X bruto ( NJOP atau harga akte)
Sebelum akta dibuat oleh Notaris, PPAT, Camat, Pejabat
Lelang.
Dengan Pemerintah WAPU : Bendaharawan
Dibebaskan jika : OP harga s.d. Rp. 60.000.000 / untuk
kepentingan umum persyaratan khusus/ hibah keluarga/
warisan
OP final ; Badan : angsuran tahun berjalan
PPh final penyerahan tanah
dan bangunan
PP no. 27 Tahun 1996
WP OP bebas jika di bawah PTKP, jika tidak, wajib setor sendiri 5%
final sebelum akhir th pajak
Badan 2% RSS, Rusun sdhn, dan 5% u/lainnya; dlm rangka usaha
dan pekerjaannya dan tidak final.
PP No. 79 Tahun 1999
Semuanya jadi 5%
OP Final, Badan angsuran
PP No. 71 Tahun 2008
OP 5% , Badan 5% perumahan biasa dan 1% perumahan
sederhana.
Tidak harus dalam usaha dan pekerjaannya
Semuanya Final

Anda mungkin juga menyukai