Anda di halaman 1dari 64

Skenario 4

Elizabeth S. Susanti
12- 203
Kelompol 9B
Definisi dan epidemiologi CLM
Etiologi dan Hospes CLM
Reaksi Imunitas CLM
Faktor resiko dan Mekanisme CLM
Manifestasi Klinis CLM
Diagnosis CLM
DD
Penatalaksanaan CLM
Komplikasi dan prognosis CLM
DEFINISI
Cutaneous Larva Migrans
Disebut juga Creeping Eruption, Dermatosis
linearis migrans, sandworm disease

Cutaneous Larva Migrans (Creeping


Eruption) adalah kelainan kulit yang
merupakan peradangan berbentuk
linear atau berkelok kelok, menimbul
dan progresif, disebabkan oleh invasi
larva cacing tambang yang berasal dari
anjing dan kucing.

Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Indonesia


Cutaneous Larva Migrans adalah
kelainan kulit yang disebabkan
penetrasi larva cacing nematoda dari
berbagai cacing kait ke bawah kulit.

Djaenudin Natadisastra dr., Sp. ParK dalam Parasitologi Kedokteran


Creeping Eruption adalah dermatitis dengan
gambaran khas berupa kelainan intrakutan
serpiginosa yang antara lain disebabkan
oleh Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum.

Parasitologi Kedokteran FKUI


Epidemiologi CLM
Pemeriksaan Feses Binatang
di Jakarta
Kucing Anjing
Ancylostoma A. braziliense 18%
braziliense 72% A. Caninum 68%
Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi
infeksi cacing tambang berkisar 30-50%.
Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di
daerah perkebunan seperti di perkebunan
karet
di Sukabumi, Jawa Barat (93,1%)
di perkebunan kopi di Jawa Timur (80,69%)

Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh


sifat pekerjaan. Sebagai contoh kelompok
karyawan yang mengolah tanah di
perkebunan teh atau karet akan terus
menerus terpapar sumber kontaminasi
(Supali et al, 2008).
Negara yang terbanyak
terinfeksi CLM
Asia Tenggara
Afrika
Amerika Selatan
Karibia
Amerika Serikat bag tenggara
Etiologi CLM
Ancylostoma caninum
Hospes definitif: Anjing
Morfologi:
Mempunyai 3 pasang gigi
Cacing jantan: 10mm
Cacing betina 14 mm
Ancylostoma braziliense
Hospes definitif: kucing
Morfologi:
Mempunyai 2 pasang gigi
Cacing jantan = 4.7-6.3 mm
Cacing betina= 6.1-8.4 mm
Reaksi Imunitas terhadap
CLM
Faktor Resiko CLM
Patogenesis CLM
PATOGENESIS CUTANEUS
LARVA MIGRANS
larva filariform (larva Setelah menempel pada manusia,
infektif) jika terjadi larva merayap di sekitar kulit untuk
kenaikan suhu, maka tempat penetrasi yang sesuai.
larva akan mencari
pejamunya
Larva infektif mengeluarkan menembus kulit
protease dan hialuronidase agar manusia ke lapisan
dapat bermigrasi di kulit manusia korneum
epidermis

membentuk larva tidak memiliki enzim


terowongan yang kolagenase yg cukup untuk
menjalar dari satu menembus membran basal dan
tempat ke tempat menyerang dermis
lainnya
Sehingga larva tersebut
tidak dapat melanjutkan
perkembangan siklus
hidupnya
EFLORESENSI:
Pada regio dorsum manus sinistra terdapat papul eritema tersusun linear /
serpiginosa berkelok kelok, terdapat vesikel multiple tersusun herpetiformis
Manifestasi Klinis CLM
Disertai rasa gatal
dan panas
Cacing
Enzim proteolitik

Reaksi Imun
Penetrasi ke kulit berupa produksi
IgE

Lembab suhu
Berjalan Degranulasi Sel
sepanjang Mast
epidermis
Mediator Inflamasi
(Histamin)
Lesi berkelok
(Serpiginosa)

Permbeabilitas
Sensasi gatal Vasodilatasi
vaskuler

Eritem Lesi timbul


Diagnosis Banding CLM
CLM Scabies
Definisi Dermatitis dengan Penyakit kulit yang
gambaran khas berupa disebabkan oleh infestasi
kelainan intrakutan dan sensitisasi terhadap
serpiginosa Sarcoptes scabei var
hominis dan produknya
Etiologi Ancylostoma Sarcoptes scabei var
braziliense, hominis
Ancylostoma caninum
Cara penularan Penetrasi ke kulit Kontak langsung (berjabat
tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual)
Kontak tidak langsung
(pakaian, handuk, sprei,
bantal)
CLM Scabies
Predileksi Tungkai, plantar, tangan, Sela- sela jari, pergelangan
anus, bokong, paha tangan, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan,
umbilikus, bokong

Gejala Gatal Pruritus nokturna


Papul Menyerang secara
Lesi Serpiginosa berkelompok
Adanya kunikulus putih
keabuan
Papul dan vesikel
Diagnosis Pekerjaan (kontak Riwayat keluarga atau
dengan tanah/pasir) orang sekitar terkena
Riwayat berlibur ke skabies
pantai Berjabat tangan, tidur
Riwayat tidak bersama atau
menggunakan alas kaki berhubungan seksual
Keadaan lingkungan dengan penderita scabies
yang lembab dan berada Riwayat menggunakan
di negara beriklim tropis pakaian, handuk, sprei
Higenitas keadaan bersama sama
buruk
Herpes Zoster
CLM Herpes Zoster
Definisi Dermatitis dengan Penyakit yang
gambaran khas disebabkan oleh infeksi
berupa kelainan virus varisela-zoster
intrakutan yang menyerang kulit
serpiginosa dan mukosa, infeksi ini
merupakan reaktivasi
virus yang terjadi
setelah infeksi primer
Etiologi Ancylostoma Virus Varicella Zoster
braziliense,
Ancylostoma
caninum
Faktor Tidak menggunakan Penurunan daya tahan
Pencetus alas kaki tubuh
Kontak dengan Penggunaan obat
tanah atau pasir kortikosteroid jangka
CLM Herpes Zoster
Gejala Gatal Nyeri
Papul Makula eritem dan
Lesi Serpiginosa edem
Vesikel berkelompok
Pustula
Krusta
Diagnosis Riwayat kebiasaan riwayat pernah
sesuai faktor terkena cacar air
pencetus riwayat penggunaan
Ditemukan lesi obat
serpiginosa riwayat gizi
Biopsi dan eosinofilia riwayat penyakit lain
(DM, HIV/AIDS)
Ditemukan vesikel
berkelompok
test tzanck :
ditemukan sel datia
A positive Tzanck test, showing three
multinucleated giant cells ("Tzanck cells") in
center.
Dermatofitosis
CLM Dermatofitosis
Definisi Dermatitis dengan Penyakit pada
gambaran khas jaringan yang
berupa kelainan mengandung zat
intrakutan tanduk yang
serpiginosa mengandung jamur
dermatofita.
Etiologi Ancylostoma Dermatofita
braziliense, (Microsporum,
Ancylostoma trichophyton,
caninum epidermophyton)
Faktor resiko Tidak Bersepatu tertutup,
menggunakan alas perawatan kaki yang
kaki buruk, para pekerja
Kontak dengan dengan kaki yang
tanah atau pasir sering basah,
Higenitas buruk penggunaan
Iklim tropis dan antibiotik
CLM Dermatofitosis
Gejala Gatal Maserasi,
Papul deskuamasi, vesikel
Lesi Serpiginosa pada telapak dan
sela- sela tangan
kaki, gatal, bagian
tepi lebih aktif
Diagnosis Riwayat kebiasaan Kerokan kulit
sesuai faktor larutan KOH 20%
pencetus terlihat campuran hifa
Ditemukan lesi pendek dan spora-
serpiginosa spora bulat yang
biopsi dapat berkelompok
Diagnosis CLM
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan papul eritem
Lesi seperti benang bisa linear atau
berkelok kelok, timbul, berwarna
merah
Lokasi: tungkai, plantar, tangan,
anus, bokong, paha
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hitung eosinofil total
perlu dilakukan untuk menunjang
diagnosis dan mengevaluasi
pengobatan penyakit alergi.
Eosinofilia apabila di jumpai jumlah
Eosinofilia sedang (15%- Pada penyakit alergi
eosinofil darah lebih
40%) dari
,infeksi 450
parasit pajanan
obat,keganasan dan
eosinofil/L defisiensi imun
Eosinofilia berlebihan (50%- Migrasi larva
90%)
Biopsi Kulit
Biopsi adalah suatu prosedur medis
dimana dilakukan pengambilan sampel
berupa jaringan dan diperiksa di bawah
mikroskop
Beberpa teknik pengambilan:
1) Mengambil sel dari permukaan (swab)
2) Menggunkan jarum yang halus (needle biopsi)
3) Menggunakan endoskopi
4) Biopsi di sertai pengangkatan jaringan (Eksisi)
Needle Biopsy

Biopsi Eksisi
Pemeriksaan histologi
Akan menemukan nematoda yang
terperangkap di canal folikel dan
stratum korneum disertai infiltrat
eosinofilik
Penatalaksanaan CLM
Non-medikamentosa
Upaya Pencegahan & Edukasi
:
Mencegah bagian tubuh
untuk berkontak langsung
dengan tanah atau pasir
yang terkontaminasi
Untuk Wisatawan
menggunakan alas kaki
saat berjalan di pantai
dan menggunakan kursi
saat berjemur
Menutup lubang-lubang
pasir dengan plastik dan
mencegah binatang
untuk defekasi di lubang
tersebut
Non-medikamentosa
Upaya Pencegahan & Edukasi
:
Saat berjemur pastikan
handuk atau pakaian
tidak menyentuh tanah
Melakukan pengobatan
secara teratur terhadap
anjing dan kucing
dengan antihelmintik
Hewan dilarang untuk
berada di wilayah pantai
ataupun taman bermain
Lesi tidak digaruk
Medikamentosa
CLM Self-limiting disease
1. Antihelminthes :
Ivermectin
Albendazole
Thiabendazole
2. Freezing(Cryotherapy,N2
liquid,kloretil)
tidak direkomendasikan
Ivermectin
Dosis tunggal : 200 mg/kg BB/oral
memparalisis larva sehingga tidak
bermigrasi secara efektif .
sebagai antipruritus
Abendazole
Dosis : 400-800 mg/kg BB selama 3
hari
dapat kontraindikasi pada anak-anak
dgn BB <15kg/<5tahun, dan pada
ibu hamil/wanita menyusui
Thiabendazole
Dosis : 25-50 mg/kg BB/oral/hari selama
2-4 hari
Topikal : topikal (ointment) 10-15% dalam
larutan
Kurang efektif diberikan secara oral dalam
dosis tunggal ,karena memiliki toleransi
yang buruk
Efek samping : pusing,mual,muntah,kram
usus
Cryotherapy
Komplikasi dan Progonosis
CLM
Selulitis
Infeksi sekunder
Streptocoocus
pyogenes

selulitis
pruritus

Selulitis adalah suatu keadaan inflamasi pada kulit dan jaringan subkutis.
(Tidak mengenai fascia atau otot )

nyeri, eritema, pembengkakan, dan panas setempat.


Erythema, warm , minimal
pain, which is typical for the
initial presentation of mild
cellulitis.

Severe cellulitis of the leg in a


woman aged 80 years.
The cellulitis developed beneath
a cast and was painful and warm
to the touch.
Significant erythema is evident.
The margins are irregular but not
raised. An ulcerated area is
visible in the center of the
photograph.

Swelling seen in cellulitis


involving the hand. In a situation
with hand cellulitis,
Sindroma loeffler
Masuknya larva ke
paru-paru manusia

Ditandai dengan
infiltrat paru dan
eusinofilia
Prognosis
Dubia ad bonam
Self limiting disease
Larva akan mati dengan sendirinya
dalam epidermis dalam jangka waktu
minggu atau bulan
Lesi tanpa komplikasi akan sembuh
dalam 4-8 minggu
Refrensi
Djuanda, Adhi.2010.Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Baratawidjaya, Karnen Garna &
Rengganis, Iris.2012.Imunologi
Dasar.Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Freedberg Irwin, 2003,Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine 6th
Edition, Mc Graw- Hill

Anda mungkin juga menyukai