Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

TERAPI CAIRAN DAN DARAH


Oleh :
LAURA CITRA PRATIWI
NIM. 11101-031


PEMBIMBING
Dr. Benny Chairuddin, Sp. An., M.
Kes.
Dr. Wahyu Hananto.


TERAPI CAIRAN
ialah tindakan untuk memelihara ataupun
mengganti cairan tubuh dengan
pemberian cairan infus secara intravena
untuk mengatasi berbagai masalah
gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

Terapi cairan perioperative meliputi terapi


masa pra-bedah, selama pembedahan,
dan pasca bedah.
Komposisi cairan tubuh 1,2

Bayi prematur 80% BB


Bayi normal 70-75% BB
Sebelum pubertas 65-70% BB
Dewasa 50-60% BB
Intraselular
(36%)
Cairan tubuh (60%)
Interstitial
(18%)
Ekstraselular
(24%)
Plasma Darah
(6%)
Komposisi cairan tubuh
1,2
(mEq/L) Plasma Interstitial Interseluler
Kation Na 142 114 15
K 4 4 150
Ca 5 2,5 2
Mg 3 1,5 27
Total 154 152 194
Anion Cl 103 114 8
HCO3 27 30 10
HPO4 2 2 100
SO4 1 1 20
As Organik 5 5 0
Protein 16 0 63
Total 154 152 194
Etiologi kehilangan cairan 1

Akibat kehilangan air baik karena kekurangan


pemasukan atau kehilangan air berlebihan.
Akibat kelebihan elektrolit
Akibat hiperosmolaritas
Kebutuhan cairan meningkat Kebutuhan cairan menurun
Demam ( 12% tiap kenaikan suhu 1C ) Hipotermi ( 12% tiap penurunan suhu 1C )

Hiperventilasi Kelembaban sangat tinggi

Suhu lingkungan tinggi Oligouri atau anuria

Aktivitas ekstrim Aktivitas menurun

Setiap kehilangan abnormal (ex: diare, Retensi cairan ( ex: gagal jantung, gagal
poliuri, dll ) ginjal, dll )
Dehidrasi 1

Klinis Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi


Ringan (5%) Sedang (5- Berat (> 10%)
10%)
Keadaan Umum Baik, Compos Gelisah, rewel Letargik, tak
Mentis ,lesu sadar
Mata cekung, Normal Cekung Sangat cekung
keing
Air mata Ada Kering Kering sekali
Mulut atau lidah Lembab Kering Sangat kering,
kering pecah-pecah
Haus Minum normal Haus Tak bisa minum
Turgor Baik Jelek Sangat jelek
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Tekanan darah Normal Turun Turun sekali
Air kemih Kurang, oliguri Kurang sekali
Normal
Homeostasis dan patofisiologi
1

Ginjal, dengan mekanisme renin-


angiotensin, mempengaruhi tekanan
darah.
Kelenjar adrenal, dengan mekanisme
aldosteronakan mempengaruhi retensi
natrium.
Kelenjar hipofisis, dengan mekanisme ADH,
akan mempengaruhi reabsorbsi air.
Paru-paru, dengan mekanisme asidosis-
alkalosis untuk menjaga asam basa.
Gangguan keseimbangan cairan
pada pembedahan 6
Faktor-faktor Faktor-faktor Faktor-faktor
preoperatif intraoperatif postoperatif
Kondisi yang telah Induksi anestesi Stres akibat
ada Kehilangan darah operasi dan nyeri
Prosedur diagnostik yang abnormal. pasca operasi.
Pemberian obat Kehilangan abnormal Peningkatan
Preparasi bedah cairan ekstraselular katabolisme
Penanganan medis ke third space jaringan.
terhadap kondisi Kehilangan cairan Penurunan volume
yang telah ada akibat evaporasi dari sirkulasi yang
Restriksi cairan luka operasi efektif.
preoperatif Risiko atau adanya
Defisit cairan yang ileus postoperatif.
telah ada
sebelumnya
Tujuan terapi cairan 6

Mengganti kekurangan air dan


elektrolit.
Untuk mengatasi syok.
Untuk mengatasi kelainan yang
ditimbulkan karena terapi yang
diberikan. Terapi cairan preoperatif
meliputi tindakan terapi yang
dilakukan pada masa pra-bedah,
selama pembedahan dan pasca
bedah.
Jenis-jenis cairan yang digunakan
4,6,7,13

Berdasarkan Berdasarkan
osmolaritasnya : kelompoknya :
Cairan hipotonik Cairan Kristaloid
Cairan Isotonik RL
Cairan hipertonik NS
Cairan Koloid
Koloid alami
Koloid sintetis
Nama Kristaloid Koloid
Keuntungan Tidak mahal Mempertahankan cairan
Aliran urin lancar (meningkatkan intravaskular lebih baik (1/3 cairan
volume intravaskular) bertahan selama 24 jam)
Pilihan cairan pertama untuk Meningkatkan tekanan onkotik
resusitasi perdarahan dan trauma plasma
Membutuhkan volume yang lebih
sedikit
Mengurangi kejadian edema
perifer
Dapat menurunkan tekanan
intrakranial
Kerugian Mengencerkan tekanan osmotik Mahal
koloid Menginduksi koagulopati (dextran &
Menginduksi edema perifer helastarch)
Insidensi terjadinya edema Jika terdapat kerusakan kapiler, dapat
pulmonal lebih tinggi berpotensi terjadi perpindahan cairan
Membutuhkan volume yg lebih ke interstitial
besar Mengencerkan faktor pembekuan dan
Efeknya sementara trombosit
Berpotensi menghambat tubulus renalis
dan sel retikuloendotelial di hepar
Kemungkinan adanya reaksi anafilaksis
(dextran)
Tatalaksana terapi cairan
4,6

Terapi cairan resusitasi


Ditujukan untuk menggantikan
kehilangan akut cairan tubuh atau
ekspansi cepat dari cairan
intravaskuler untuk memperbaiki
perfusi jaringan.
sebanyak 20 ml/kg selama 30-60
menit.
Pada syok hemoragik diberi 2-3L /10
menit.
Tatalaksana terapi cairan
4,6

Terapi rumatan
Digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1,
yaitu:
Tatalaksana terapi cairan
4,6

Pada pembedahan akan


menyebabkan cairan pindah ke
ruang ketiga, ke ruang peritoneum,
ke luar tubuh. Untuk menggantinya
tergantung besar kecilnya
pembedahan,yaitu :

6-8 ml/kg untuk bedah besar.


4-6 ml/kg untuk bedah sedang.
2-4 ml/kg untuk bedah kecil.
Tatalaksana terapi cairan
4,6

Terapi Cairan Preoperatif


akibat dipuasakannya penderita terutama
pada kasus bedah elektif (sekitar 6-12
jam), dikoreksi dengan cairan rumatan.
Terapi Cairan Intraoperatif
dihitung berdasarkan kebutuhan dasar
ditambah dengan kehilangan cairan akibat
pembedahan (perdarahan, translokasi
cairan dan penguapan atau evaporasi).
Terapi Cairan Postoperatif
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air,
elektrolit dan kalori/nutrisi.
TRANFUSI DARAH
adalah pemberian darah atau
komponen darah dari satu individu
(donor) ke individu lainnya (resipien),
dimana dapat menjadi penyelamat
nyawa, tetapi dapat pula berbahaya
dengan berbagai komplikasi
Indikasi tranfusi darah
1,9,11

kadar hemoglobin dibawah 7,0 atau


8,0 g/dl, kecuali untuk pasien dengan
penyakit kritis.
kehilangan darah sebanyak 10-15%
volume darah pada bayi dan anak.
kehilangan darah sebanyak 20%
volume darah pada orang dewasa.
Jenis tranfusi darah 1,8,12

Darah utuh (whole blood)


Sel darah merah pekat (packed red blood cell)
Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit
(packed red blood cell leukocytes reduced)
Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell
washed)
Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell
washed)
Trombosit konsentrat (concentrate platelets)
Granulosit feresis (granulocytes pheresis)
Darah lengkap (whole blood)

Indikasi : Kehilangan darah lebih


dari 25-30% volume darah total.
Sel darah merah pekat (packed
red blood cell)
Indikasi : pasien dengan anemia,
yang hanya memerlukan massa sel
darah merah pembawa oksigen saja.
Trombosit pekat ( concentrate
platelets)
Indikasi : Setiap perdarahan
spontan atau suatu operasi besar
dengan jumlah trombositnya kurang
dari 50.000/mm3.
Komplikasi yang dapat timbul
9.10

Reaksi Transfusi Hemolitik


Reaksi Transfusi Non Hemilitik
Reaksi Non Imunologi

Untuk meminimalkan kemungkinan


terjadinya reaksi selama transfusi,
dilakukan beberapa tindakan
pencegahan. Pemberian biasanya selama
2 jam atau lebih untuk setiap unit darah
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W. A., Setiyohadi.B., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.5. Jilid 1. Internal
Publishing: Jakarta
2. Guyton AC dan Hell JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta : EGC.
3. Sherwood L .2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta:EGC
4. Latief AS, dkk. 2001 petunjuk praktis anestesiologi : terapi cairan pada pembedahan, ed.2
bagian anestesiologi dan terapi intensif, FK UI.
5. Dobson, Michel B. 2012. Penuntun praktis Anestesi. Prinsip terapi cairan dan elektrolit.
Jakarta : EGC.
6. Kaswiyan U. 2010. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.Fakultas
Kedokteran Universitas padjajaran.
7. Mulyono, I. 2009. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of Fluid and Nutrition Therapy in
Traumatic Patients, Bagian Anestesiologi FK UI/RSCM, Jakarta.
8. Grethlein, Sara J. 2012. Blood Substitutes . journal of emedicine medscape.
9. Kardon, Eric M . 2014. Transfusion Reactions In Emergency Medicine. journal of emedicine
medscape.
10.Adriansyah, Rizky dkk. 2009. Reaksi Hemolitik Akibat Transfusi. Majalah Kedokteran Indonesia,
Vol: 59, No: 8. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
11.Hanafie, Achsanuddin. 2009. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis.
Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39, No. 3. SMF-Anestesi dan Reanimasi FK-USU/RSUP Haj
Adam Malik, Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan
12.WHO. 2013. the clinical use of blood in general medicine obstetric pediatrics surgery &
anaesthasia trauma and Bums.
13.Ario, Dewangga dkk. 2011. Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat untuk Resusitasi Terbatas
(Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat yang Menimbulkan Kenaikan Laktat
Darah Paling Minimal. Journal of Emergency Vol. 1. No. 1. Departemen/SMF Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai