Anda di halaman 1dari 17

a.

jika volume penjualan sama dengan volume produksi ( a = b ) maka


c/b (a-b) hasilnya sama dengan 0. Dengan demikian laba atau rugi
yang dihitung dengan full costing sama dengan laba atau rugi yang
dihitung dengan metode variable costing .

biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada


persediaan awal (mengurangi laba bersih ) = 15 x Rp8 Rp120
biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada
persediaan akhir ( menambah laba bersih ) = 15 x Rp8 Rp 120
selisih laba bersih metode full costing dengan metode variable costing Rp
0

jadi jika persediaan akhir sama dengan persediaan awal maka laba bersih
menurut metode full costing akan sama dengan laba bersih menurut
metode variable costing, karena sebagian period costs ( biaya overhead
pabrik tetap ) yang melekat pada persediaan awal yang dibebankan
sebagai biaya dalam periode sekarang sama dengan sebagian period cot
yang ditunda pembebanannya dalam periode sekarang
b. jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi ( a > b ), maka
rumus c/b(a-b) hasilnya positif, yang bearti metode full costing membebankan
biaya overhead pabrik tetap lebih besar jika dibandingkan dengan yang
dibebankan dengan metode variable costing, yang mengakibatkan laba full
costing lebih rendah dibandingkan dengan laba variable costing.

Akibat terhadap perhitungan rugi laba februari sebagai berikut :


Biayaoverhead pabrik tetap yang melekat pada
Persediaan awal (menguangi laba bersih ) = 40 x Rp8 Rp320
Biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada
Persediaan akhir (menambah laba bersih) = 15 x Rp8 Rp 120
Selisih ( lebih rendah ) laba bersih metode full
Costing dari metode variable costing Rp200

Jadi jika persediaan akhir lebih kecil dari persediaan awal maka laba bersih
menurut full costing akan lebih kecil disbanding dengan laba bersih menurut
metode full costing akan lebih kecil disbanding dengan laba bersih menurut
metode variable costing, karena sebagian period costs yang melekat pada
persediaan awal yang dibebankan sebagai biaya dalam periode sekarang lebih
besar bila dibandingkan dengan sebagian period costs yang melekat pada
persediaan akhir yang ditunda pembebanannya dalam periode sekarang
c. jika volume penjualan lebih kecil dari volume produksi ( a < b ), maka
rumus c/b(a-b) hasilnya negative,y ang berarti metode full costing
membebankan biaya overhead pabrik tetap lebih kecil jika dibandingkan
dengan yang dibebankan dengan metode variable costing yang
mengakibatkan laba full costing lebih tinggi disbanding dengan laba
variable costing.

Perbedaan jumlah biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan sebagai


biaya bulan januari dalam masing-masing metode tersebut adalah
sebagai berikut :

Biayaoverhead pabrik tetap yang melekat pada


Persediaan awal (menguangi laba bersih ) = 30 x Rp8 Rp240
Biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada
Persediaan akhir (menambah laba bersih) = 40 x Rp8 320
Selisih ( lebih rendah ) laba bersih metode full
Costing dari metode variable costing Rp 80

2. menurut metode full costing, dalam bulan januari terjadi


pembebanan kurang biaya overhead pabrik sebesar Rp 100 yang
dihitung seagai berikut.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya (periksa gambar 5.3)
Variable Rp 800
Tetap Rp 1.700
Rp 2.500
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
Variable 200 x Rp 4 Rp 800
Tetap 200 x Rp 8 Rp 1.600
Rp2.400
Pembebanan kurang biaya overhead pabrik (underapplied) Rp 100
Dalam februari 19X1 terjadi pembebanan kurang biaya overhead
pabrik sebesar Rp 380 yang dihitung sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya (periksa gambar 5.3)
Variable Rp 660
Tetap Rp 1.700 Rp
2.360
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
Variable 165 x Rp 4 Rp 660
Tetap 165 x Rp 8 Rp 1.320
Rp 1.980
Pembebanan kurang biaya overhead pabrik (underapplied) Rp 380
Dalam bulan maret 19X1 terjadi pembebanan kurang biaya
overhead pabrik sebesar Rp 380 yang dihitung sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya (periksa gambar 5.3)
Variable Rp 660
Tetap Rp 1.700
Rp 2.360
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
Variable 165 x Rp 4 Rp 660
Tetap 165 x Rp 8 Rp 1.320
Rp 1.980
Pembebanan kurang biaya overhead pabrik (overapplied) Rp
380
3. bila volume penjualan konstan dan volume produksi
berubah, maka laporan rugi-laba variable costing
menunjukkan laba atau rugi yang konstan karena laba
atau rugi tidak dipengaruhi oleh perubahan persediaan,
sedangkan laporan rugi-laba full costing akan
menunjukkan laba atau rugi yang berubah, karena
dipengaruhi oleh perubahan persediaan
4. Bila volume produksi konstan, kedua metode
tersebut akan menunjukkan laba yang berubah sesuai
dengan penjualannya, yaitu bila volume penjualan naik,
maka laba akan naik dan sebaliknya apabila volume
penjualan turun, maka laba akan turun tetapi
perubahan laba dalam kedua metode tersebut tidak
sama, karena di dalam full costing, perubahannya
dipengaruhi oleh perubahan persediaan.
PENGUMPULAN BIAYA DALAM METODE VARIABLE
COSTING

biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan:


1. biaya tetap adalah biaya yang dalam kisar
perubahan kegiatan tertentu tidak berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan
2. biaya variable adalah biaya yang burubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan
3. biaya semivariable adalah biaya yang mengandung
unsur tetap dan unsur variable, yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Jika metode variable costing diterapkan dalam akuntansi
biaya, di dalam buku besar perlu disediakan rekening-
rekening kontrol berikut ini:
Biaya overhead pabrik variable yang dibebankan
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Biaya overhead pabrik sesungguhnya variable
Biaya overhead pabrik sesungguhnya tetap

Biaya administrasi & umum


Biaya administrasi & umum variable
Biaya administrasi & umum tetap

Biaya pemasaran
Biaya pemasaran variable
Biaya pemasaran tetap
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
dimuka adalah sebagai berikut:

Barang Dalam Proses Biaya Overhead pabrik Rpxx


Biaya Overhead Pabrik Variable yang Dibebankan Rpxx

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang


sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rpxx
Berbagai rekening yang dikredit Rpxx

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya


terjadi adalah sebagai berikut ini:
Biaya Overhead pabrik variable sesungguhnya Rpxx
Biaya Overhead pabrik tetap sesungguhnya Rpxx
Biaya Overhead pabrik sesungguhnya Rpxx

Pencatatan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum serupa


dengan pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya.Biaya
pemasaran dan administrasi dan umum yang terjadi dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:
Biaya pemasaran Rpxx
Biaya administrasi & umum Rpxx
Berbagai rekening yang dikredit Rpxx
Begitu pula dengan biaya administrasi dan umum.
Jurnal untuk mencatat biaya pemasaran dan biaya
dministrasi & umum menurut perilakunya adalah
sebagai berikut:

Biaya Pemasaran Variable Rpxx


Biaya Pemasaran Tetap Rpxx
Biaya Administrasi & umum Variable Rpxx
Biaya Administrasi & umum Tetap Rpxx
Biaya pemasaran Rpxx
Biaya Administrasi & Umum Rpxx
Contoh 2

PT Rimendi berproduksi berdasarkan


pesanan. Akuntansi biaya produksinya
menggunakan metode harga poko pesanan
dan penentuan harga pokok produknya
menggunakan metode variable costing.
Persediaan awal produk dalam proses
disajikan pada gambar 5.7
Gambar 5.7
Harga Pokok Persediaan Produk Dalam Proses Awal

Pesana pesan
n an #
Unsur Biaya #102 106 Total

Biaya bahan baku 1.500 1.300 2.800

Biaya Tenaga Kerja 800 900 1.700

Biaya Overhead pabrik variable 1.600 1.800 3.400

Total harga pokok persediaan produk dalam


proses awal 3.900 4000 7.900
Transaksi biaya dalam bulan januari 19X1 adalah sebagai
berikut:
1. Pemakaian bahan baku selama bulan januari 19X1 adalah
sebagai berikut:
Pesanan # 132 Rp 2.000
Pesanan # 133 Rp 4.000
Pesanan # 134 Rp 6.000
jumlah Rp12.000

jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut


adalah sebagai berikut:
Jurnal #1
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 12.000
Persedian Bahan Baku Rp 12.000
2. Biaya tenaga kerja yang terjadi dalam bulan januari 19X1
adalah :
Biaya tenaga kerja variable:
biaya tenaga kerja langsung produksi
pesanan # 102 Rp 1.400
pesanan # 106 Rp 2.000
pesanan # 132 Rp10.000
pesanan # 133 Rp 5.000
pesanan # 134 Rp 6.600
total biaya tenaga kerja produksi variabel Rp25.000
biaya tenaga kerja tidak langsung produksi variabel Rp15.000
Biaya tenaga kerja tetap:
biaya tenaga kerja produksi tetap Rp20.000
biaya tenaga kerja pemasaran tetap Rp15.000
biaya tng. Kerja & umum tetap Rp10.000
Total biaya tenaga kerja Rp85.000

Anda mungkin juga menyukai