Anda di halaman 1dari 39

Patofisiologi sel

Yunan Harfia
i h

Penderita
Patos Keadaan Phatos
an
Logos Ilmu Logos Ilmu

Ilmu yang mempelajari Ilmu yang menjembatani praktik klinis dan


penyakit secara ilmu ilmu dasar, dan mencakup penelitian tentang
pengetahuan ( scientific penyebab suatu penyakit (etiologi) serta
method ) mekanisme (patogenesis) yang menyebabkan
munculnya tanda dan gejala pada pasien.
Membran sel
Inti sel
Retikulum
endoplasma
Kompleks golgi
Sitoplasma
Struktur
sel Ribosom
lisosom
Sentriol
Peroksisom
Sel efitel

Sel jaringan
Golongan sel penghubung
Sel jaringan
otot
Sel jaringan
saraf
Sel Mempunyai ikatan kuat antar sel yang tidak dapat
efitel dilalui cairan
Terdapat diseluruh luar permukaan tubuh dan sebagian besar
permukaan bagian dalam tubuh berupa lembaran sel yang
berhubungan membentuk membran epitel
Sebagian sel efitel bersekresi ke arah permukaan secara
langsung (mukosa),sebagian melalui sistem
duktus(eksokrin),atau langsung kedarah (endokrim)

Sel
Pada umumnya terdapat memproduksi sejumlah zat substansi
jaringan matris ekstraseluler
penghubu Bersifat protein unsur utama berbagai tipe kolagen dan
ng struktur protein yang lain bersifat
fibronektin,laminin,vibronektin. Sel jaringan penghubung juga
bertugas menopang membrana basalis,bersama produksi sel
golongan lain
Sel jaringan otot : spesialisas gerak kontraktil,walau penampilan sel jaringan ini
sangat berbeda. Dikenal 4 kategori yaitu :

otot sklelet (kerangka tubuh) bercorak atau lurik sehingga sering otot serat lintang.
otot jantung
otot polos (berasal dari fibroblas)
mio epitel (berasal dari endokrem)

Sel jaringan saraf : juga dibagi empat golongan berdasarkan iritabilitas dan
kapasitas menghantar impuls elektrik,sel jaringan tersebar diseluruh tubuh menyusun
jaringan konduksi impuls periper-pusat dan sebaliknya. Dalam susunan sraf pusat,serl
saraf pusat (neuron )mempunyai spesifikasi dan aktifitas metabolisme
kompleks,sehingga sangat peka atas jejas.
Hipoksia
Bahan kimia (termasuk obat-obatan)
Agen fisik
Agen mikrobiologi
Sebab-sebab Jejas, Mekanisme imun
Kematian dan Adaptasi
sel : Gangguan genetik

Ketidakseimbangan nutrisi

Penuaan
Karbohidrat

Lemak

Komponen sel
Protein

Asam nukleat
FUNGSI SEL

2. 3. KEMATIAN
1.
KOMUNIKASI SEL
Metabolisme
SEL TERPROGRA
M
Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya :

1.Atropi
Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang
sempurna dengan ukuran normal. Reaksi adaptasi bila jumlah sel yg
terlibat cukup, seluruh jaringan dan alat tubuh berkurang atau
mengalami atropi.
Sifat Sifat
Atropi :

fisiologik aging seluruh bagian tubuh tampak


mengecil secara bertahap

keadaan kurus kering akibat marasmus dan


patologik kwashiorkor, emasiasi / inanisi (menderita
penyakit berat), melemahnya fungsi pencernaan
atau hilangnya nafsu makan

umum penurunan aktivitas endokrin dan


atau local pengaruhnya atas target sel dan target
organ.
1. berkurangnya beban kerja
Penyebab 2. hilangnya persarafan
atropi : 3. berkurangnya perbekalan
darah
4. hilangnya rangsangan
hormon
2. Hipertropi
Peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran
organ. Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari
ukuran normalnya.
3. Hiperplasia
disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret
atau produksi sel terkait. Peningkatan jumlah sel dalam organ atau
jaringan.
Hanya dapat terjadi pada sel labil ( dalam kehidupan ada siklus sel
periodic, sel epidermis, sel darah) atau sel stabil misalnya : sel hati,
sel epitel kelenjar.
Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf dan
jantung)
Hiperplasia fisiologik :
1. Hiperplasia
hormonal
2. Hiperplasia
kompensatoris

Hiperplasia patologi
Contoh : stimulasi
faktor pertumbuhan
atau hormonal yang
berlebih.
5. Metaplasia
yaitu perubahan reversibel pada perubahan tersebut satu
jenis sel dewasa digantikan dengan jenis sel dewasa lain.
Misalnya, sel epitel bronchus perokok.

6. Displasia
Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa
mereda dapat mengalami ganguan polarisasi pertumbuhan
sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.
Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
Jika jejas atau iritan dpt diatasi adaptasi dan displasia
dapat normal kembali.
7. Degenerasi
Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai
perubahan morfologik, akibat jejas ini fatal pada sel.
Dalam sel jaringan terjadi :

Akumulasi cairan atau zat dalam sel atau Storage (penimbunan) sel dan
perubahan morfologik terutama dalam sitoplasma menyebabkan organel sel
mengembung/bengkak. Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan
filament mitokondria. Jika hal ini berlanjut maka kemunduran akan terjadi
pembengkakan vesikel , akan tampak vakuola intra sel ini disebut degenarasi
vakuoler atau hidrofik Kedua proses degenerasi tersebut masih reversible.

Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut degenerasi


Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian disebut nekrosis.
SEL YANG DISERANG
Pengaruh stimulus yang menyebabkan cidera pada sel :
1. Kerusakan biokimia
Terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih di dalam sel.

2. Kelainan fungsi
( misal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya) kelainan dan kerusakan biokimia
pada sel mengakibatkan Cidera fungsi. Tetapi tidak semua, jika sel banyak cidera namun
memiliki cadangan yg cukup, sel tidak akan mengalami gangguan fungsi yg berarti.

3. Perubahan morfologis
Sel yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi. Tetapi saat ini masih ditemukan
sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis tidak memberikan petunjuk
adanya kerusakan.

4. Pengurangan massa atau penyusutan


Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut atropi atau lebih kecil dari normal.
PERUBAHAN MORFOLOGI PADA SEL YG CIDERA SUBLETAL.

Perubahan pada sel cidera sub letal bersifat reversible. Yaitu


jika rangsangan dihentikan, maka sel kematian akan kembali
sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak dihentikan sel, perubahan sub
letal pada sel disebut degenerasi atau perubahan degeneratif.
Perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel,
sedangkan nucleus mempertahankan integritas sel selama sel
tdk mengalami cidera letal.

Bentuk perubahan degeneratif sel :


1. pembengkakan sel
2. Penimbunan lipid intra sel
Pengertian Kematian Sel
a) Kematian Sel (Nekrosis)
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu
dalam tubuh disebut nekrosis. Nekrosis terjadi melalui mekanisme
kematian sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai
masa hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut
apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh
diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan
iskemia.

b) Apoptosis
Apoptosis adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam
perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme
multiseluler. Setelah sel menjalani masa hidup tertentu,
menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan
Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai
akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan
suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis),
dimana kematian sel tersebut terjadi secara
tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
rusaknya sel, adanya respon peradangan dan
sangat berpotensi menyebabkan masalah
kesehatan yang serius.
Perubahan Sel Nekrosis :
1. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya. Inti sel
yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap.
Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam
sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).

2. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan yang
nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan bentuknya
dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut
nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.

3. Perubahan Kimia Klinik


Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktivitas
biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran sel lisis. Lisisnya membran sel
menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ
tubuh tertentu masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.
Macam-macam nekrosis
1. Nekrosis koagulatif
Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang
disebabkan oleh hambatan kerja sebagian besar enzim.
Enzim sitoplasmik hidrolitik juga dihambat sehingga tidak
terjadi penghancuran sel (proses autolisis minimal).
Akibatnya struktur jaringan yang mati masih
dipertahankan, terutama pada tahap awal (Sarjadi, 2003).
Contoh utama : infark ginjal dengan keadaan sel yang
tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap sampai
beberapa minggu (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
2.Nekrosis likuefaktif (colliquativa)
Perlunakan jaringan nekrotik disertai pencairan. Pencairan jaringan terjadi
akibat kerja enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel mati, seperti pada infark otak,
atau akibat kerja lisosom dari sel radang seperti pada abses (Sarjadi, 2003).

3. Nekrosis kaseosa (sentral)


Bentuk campuran dari nekrosis koagulatif dan likuefaktif, yang makroskopik
terasa lunak kenyal seperti keju, maka dari itu disebut nekrosis perkejuan.
Infeksi bakteri tuberkulosis dapat menimbulkan nekrosis jenis ini (Sarjadi,
2003).
Gambaran makroskopis putih, seperti keju didaerah nekrotik sentral.
Gambaran makroskopis, jaringan nekrotik tersusun atas debris granular amorf,
tanpa struktur terlingkupi dalam cincin inflamasi granulomatosa, arsitektur
jaringan seluruhnya terobliterasi (tertutup) (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
4. Nekrosis lemak
Terjadi dalam dua bentuk:
a. Nekrosis lemak traumatik
Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak
mengandung lemak (Sarjadi, 2003).
b. Nekrosis lemak enzimatik
Merupakan komplikasi dari pankreatitis akut hemorhagika, yang
mengenai sel lemak di sekitar pankreas, omentum, sekitar dinding
rongga abdomen. Lipolisis disebabkan oleh kerja lypolitic dan
proteolytic pancreatic enzymes yang dilepas oleh sel pankreas yang
rusak. Aktivasi enzim pankreatik mencairkan membran sel lemak
dan menghidrolisis ester trigliserida yang terkandung didalamnya.
Asam lemak yang dilepaskan bercampur dengan kalsium yang
menghasilkan area putih seperti kapur (mikroskopik).
5. Nekrosis fibrinoid
Disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal
ini ditandai dengan adanya pengendapan fibrin bahan
protein seperti dinding arteri yang tampak kotor dan
eosinofilik pada mikroskop cahaya. Nekrosis ini terbatas
pada pembuluh darah yang kecil, arteriol, dan glomeruli
akibat penyakit autoimun atau hipertensi maligna.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan nekrosis dinding
pembuluh darah sehingga plasma masuk ke dalam
lapisan media. Fibrin terdeposit disana. Pada pewarnaan
hematoksilin eosin terlihat masa homogen kemerahan
(Sarjadi, 2003).
Dampak Nekrosis

Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga


jaringan nekrotik tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan
tujuan membuka jalan bagi proses perbaikan untuk mengganti
jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh sel-
sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan
parut. Jika daerah nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang
maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan akhirnya diisi
garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar
sirkulasi jaringan nekrotik. Proses pengendapan ini disebut
klasifikasi dan menyebabkan daerah nekrotik mengeras
seperti batu dan tetap berada selama hidup.
Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :
Hilangnya fungsi daerah yang mati.
Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk
bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.
Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.
Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel yang
mati.
Penyebab Nekrosis dan Akibat Nekrosis
1. Penyebab nekrosis
a. Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply)
oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh
terputus. Iskhemi terjadi pada infark.
Penyumbatan mengakibatkan anoxia. Nekrosis
terutama terjadi apabila daerah yang terkena
tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral.
Nekrosis lebih mudah terjadi padajaringan-
jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia
yaitu otak.
b. Agens biologik
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding
pembuluh darah dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari
bakteri - bakteri yang virulen, baik endo maupun eksotoksin.
c.Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia
merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti
natrium danglukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat
menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan kosmotik
sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah
dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain
baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasinya tinggi.
d. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin,
tenaga listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel
dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma akibat
ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata
kimia potoplasma dan inti.
e. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara di dapat
(acquired) dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada
seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa dapat timbul
nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-
obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-
pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman
dan reaksi Arthus.
2. Akibat Nekrosis
a.Sekitar 10% kasus terjadi pada bayi dan anak-
anak.
Pada bayi baru lahir, nekrosis kortikalis terjadi
karena:
persalinan yang disertai dengan abruptio placentae
sepsis bakterialis.
Pada anak-anak, nekrosis kortikalis terjadi karena:
Infeksi
Dehidrasi
Syok
b.Pada dewasa, 30% kasus disebabkan oleh sepsis
bakterialis.
Sekitar 50% kasus terjadi pada wanita yang
mengalami komplikasi kehamilan:
Abroptio placenta
Placenta previa
Pendarahan rahim
infeksi yang terjadi segera setelah melahirkan
(sepsis puerpurium)
penyumbatan arteri oleh cairan ketuban (emboli)
kematian janin di dalam rahim
pre-eklamsi(tekanan darah tinggi disertai adanya
Mekanisme Nekrosis
Seperti yang dijelaskan sejak awal, nekrosis merupakan kematian
sel akibat cedera (jejas) yang bersifat irreversible. Ketika sel
mengalami gangguan, maka sel akan berusaha beradaptasi dengan
jalan hipertrofi, hiperplasia, atrofi, dan metaplasia supaya dapat
mengembalikan keseimbangan tubuh. Namun, ketika sel tidak
mampu untuk beradaptasi sel tersebut akan mengalami jejas atau
cedera.
Jejas tersebut dapat kembali dalam keadaan normal, apabila
penyebab jejas hilang (reversible). Tetapi ketika jejas tersebut
berlangsung secara kontinu, maka akan terjadi jejas yang bersifat
irreversible (tidak bisa kembali normal) dan selanjutnya akan terjadi
kematian sel (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).
Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar;
Cotran & Robbins, 2007):
1. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti
mempertahankan osmolaritas seluler, proses transport, sintesis
protein, dan jalur metabolik dasar. Hilangnya sintesis ATP
menyebabkan penutupan segera jalur homeostasis.
2.Deprivasi oksigen
Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel pada iskemia.
3.Hilangnya homeostasis kalsium
Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor
kalsium yang bergantung pada ATP. Iskemia atau toksin menyebabkan
masuknya kalsium ekstrasel diikuti pelepasan kalsium dari deposit
intrasel. Peningkatan kalsium sitosol akan menginaktivasi fosfolipase
(pencetus kerusakan membran), protease (katabolisator protein
membran dan struktural), ATPase (mempercepat deplesi ATP), dan
endonuklease (pemecah materi genetik).
4.Defek permeabilitas membran plasma
Membran plasma dapat langsung dirusak oleh toksin
bakteri, virus, komponen komplemen, limfosit sitolitik, agen
fisik maupun kimiawi. Perubahan permeabilitas membran
dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau
aktivasi fosfolipase yang dimediasi kalsium.
5.Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan
produk pemecahan lipid menyebabkan pembentukan
saluran membran mitokondria internal dengan kemampuan
konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini memungkinkan
gradien proton melintasi membran mitokondria sehingga
mencegah pembentukan ATP
Pengobatan Nekrosis
Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses
yang berbeda. Biasanya, penyebab nekrosis harus
diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani.
Sebagai contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-
laba akan menerima anti racun untuk menghentikan
penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi
akan menerima antibiotik. Bahkan setelah penyebab
awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik akan
tetap dalam tubuh. Respon kekebalan tubuh terhadap
apoptosis, pemecahan otomatis turun dan daur ulang
bahan sel, tidakdipicu oleh kematian sel nekrotik.
Terapi standar nekrosis (luka,luka baring),
lukabakar, dll) adalah bedah
pengangkatanjaringan nekrotik. Tergantung pada
beratnya nekrosis, ini bisa berkisar dari
penghapusan patch kecil dari kulit,
untukmenyelesaikan amputasi anggota badan
yang terkena atau organ. Kimia penghapusan,
melalui enzimatikagen debriding, adalah pilihan
lain. Dalam kasus pilih, khusus belatung terapi
telah digunakan dengan hasil yang baik.
Pada saat interfase ini sel akan beradaptasi. Sel melakukan
fungsinya sesuai ditempat dan kromosomnya masing-masing.
Demikian seterusnya, setelah selesai melakukan pembelahan pada
tahap mitotik, sel akan masuk interfase, dilanjutkan mitosis lagi, dan
seterusnya. Hampir pada setiap kasus misalnya pembelahan sel
untuk penyembuhan luka (regenerasi), sel akan berhenti membelah
manakala luka telah sembuh. Itulah salah satu kehebatan sel. Tahu
kapan harus membelah, dan tahu kapan harus berhenti. Sel yang
tahu diri untuk berhenti dari pembelahan akan masuk ke fase G0
atau fase stationer. Go ini dapat berlangsung selama berhari-hari,
bertahun-tahun atau sampai sel mati. Pada tahap ini sel tidak akan
melakukan pembelahan. Jika terjadi luka, sel segera memasuki fase
G1 untuk melakukan pembelahan. Sel yang tidak tahu diri, harusnya
masuk G0 tetapi nekat masuk ke G1, itulah yang disebut sel tumor
ataukanker

Anda mungkin juga menyukai