panjangnya 292 m dan lebar 15 m ini sejak 1468 beralaskan batu marmer. Telapak kaki orang yang lalu lalang selama berabad-abad menjadikannya seolah digosok setiap hari. Hasilnya, kondisinya kini tampak licin berkilat. Di malam hari lantai itu memantulkan cahaya lampu, maka tampak menakjubkan - berkilau indah sekali.Di ujung Stradun sampailah kami di Orlando Column, sebuah plaza yang menjadi tempat paling favorit bagi para turis untuk menikmati suasana kota. Tampak banyak orang duduk-duduk santai di kursi yang disediakan oleh kafe-kafe, maupun di tangga St. Blaise Church, gereja Katolik bergaya Baroque dan merupakan gereja dari Santo Blaise Santo pelindung kota. Sekeliling plaza tampak berbagai bangunan kuno lainnya seperti Small Onofrio Fountain, Sponza Palace (Gothic Renaissance Palace, ini salah satu dari sedikit bangunan yang selamat dari gempa bumi dahsyat tahun 1667 ), Bell Tower, dan Rector Palace (dibangun tahun 1441 dan kini dijadikan museum). Benarlah kata walikota Dubrovnik bahwa kota ini bukanlah museum kota tapi kota yang sarat museum. KOTA PUSAKA MARITIM
Kota Dubrovnik ( Kroasia) Mengenai kota Dubrovnik
Dubrovnik (Ragusa) ialah sebuah kota di Kroasia. Kota ini
terletak di Laut Adriatik. Sekitar 50.000 jiwa penduduk tinggal di sini pada tahun 2001. Kota lama Dubrovnik dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Nama Italia untuk kota ini adalah Ragusa. Nama ini kadang-kadang menimbulkan kebingungan. Di Sisilia terdapat sebuah kota bernama Ragusa juga. Dubrovnik adalah kota yang elok, dan menjadi salah satu tujuan wisata utama di Kroasia, Laut Adriatik. Dubrovnik terkenal akan kota lamanya dengan benteng tinggi yang mengelilingi dan hanya ada 2 pintu masuk di kota ini. Benteng kuno dengan dinding batu yang besar, digunakan untuk membantu penduduk Dubrovnik mempertahankan kemerdekaannya selama berabad-abad. Bentuk wilayah negara pecahan Yugoslavia ini seperti bumerang dengan sisi panjangnya adalah tepian Laut Adriatik, laut terbersih di dunia. Laut tersebut mirip sebuah kanal selebar 175 km yang menusuk masuk ke ulu hati benua Eropa sejauh 800 km. Kalau salah satu sisi "kanal" adalah pantai Italia, maka sisi lainnya adalah Semenanjung Balkan, tempat Kroasia berada Keunikan kota Dubrovnik Lift berjalan miring Ditetapkan sebagai world heritage karena sarat dengan gereja, biara, istana, dan air mancur bergaya Gothic, Renaissance, Baroque yang sangat terpelihara dengan baik. Seluruh isi kota seakan menjadi monumen, ditambah dengan arsitektur dan alam yang begitu indah. Mencapai Dubrovnik paling praktis tentu lewat udara. Ada penerbangan reguler setiap hari dari London dengan British Airways (beberapa kali seminggu dengan Kroasia Airlines). Penerbangan harian juga ada dari Zagreb, ibukota Kroasia, atau dari Dublin dengan Air Lingus. Lewat laut, bisa dengan feri internasional dari Bari (Italia). Hotel yang dibangun mengikuti kemiringan lereng bukit, sehinggah bila dilihat dari kejauhan bentuk hotel tidak ubahnya terasering petak-petak sawah di lereng pegunungan. Hal ini menyebabkan lift didalam hotel pun berjalan miring seperti sebuah eskalator. Kota sarat Museum
Di dalam kota terdapat gedung kuno yang tinggi-tinggi, dengan tembok
batu kapur warna coklat keabuan, semua gedung seragam beratapkan genteng warna merah. Sama sekali tidak terlihat tanda-tanda modernisasi. Walaupun banyak rumah itu dijadikan toko atau restoran, tidak ada satu pun yang memasang papan nama atau spanduk. Kami kemudian menapaki Stradun. City promenade yang panjangnya 292 m dan lebar 15 m ini sejak 1468 beralaskan batu marmer. Telapak kaki orang yang lalu lalang selama berabad-abad menjadikannya seolah digosok setiap hari. Hasilnya, kondisinya kini tampak licin berkilat. Di malam hari lantai itu memantulkan cahaya lampu, maka tampak menakjubkan - berkilau indah sekali.Di ujung Stradun sampailah kami di Orlando Column, sebuah plaza yang menjadi tempat paling favorit bagi para turis untuk menikmati suasana kota. Tampak banyak orang duduk-duduk santai di kursi yang disediakan oleh kafe-kafe, maupun di tangga St. Blaise Church, gereja Katolik bergaya Baroque dan merupakan gereja dari Santo Blaise Santo pelindung kota. Sekeliling plaza tampak berbagai bangunan kuno lainnya seperti Small Onofrio Fountain, Sponza Palace (Gothic Renaissance Palace, ini salah satu dari sedikit bangunan yang selamat dari gempa bumi dahsyat tahun 1667 ), Bell Tower, dan Rector Palace (dibangun tahun 1441 dan kini dijadikan museum). Benarlah kata walikota Dubrovnik bahwa kota ini bukanlah museum kota tapi kota yang sarat museum. City Promenade
panjangnya 292 m dan lebar 15 m ini sejak 1468 beralaskan
batu marmer. Telapak kaki orang yang lalu lalang selama berabad-abad menjadikannya seolah digosok setiap hari. Hasilnya, kondisinya kini tampak licin berkilat. Di malam hari lantai itu memantulkan cahaya lampu, maka tampak menakjubkan - berkilau indah sekali. Merah, biru, dan hijau Kini saatnya kami naik ke atas dinding benteng dan akan berjalan di sana mengelilingi kota kuno yang dibangun menjorok ke laut itu. Begitu sampai di atas dinding, kami langsung terpana melihat pemandangan ke arah luar benteng yang indahnya bukan main. Kami rupanya berada di atas St. John Fort, dan di bawah kami tampak pelabuhan tua Dubrovnik. Di atas air laut yang membiru banyak perahu sedang berlabuh di muka berbagai gedung kuno yang memakai genteng merah, dengan dilatarbelakangi lereng kehijauan dari Mount Sergius. Mempesona sekali. Kalau pandangan dialihkan ke dalam kota, tampak lautan genteng merah yang terlihat rapi sekali karena semua gedung di dalam kota tua seragam memakai genteng berwarna merah. Warna merah ini kontras dengan warna hijau dari lereng Mount Sergius di belakang kota dan langit yang berwarna biru cerah. Sepanjang perjalanan menelusuri dinding benteng, kami disuguhi pemandangan yang sungguh luar biasa cantik. Baik ke arah laut yang terlihat begitu bersih membiru, maupun ke arah kota kuno yang begitu terjaga keasliannya, seperti sekian ratus tahun lalu. Sungguh menawan hati. Saat tiba kembali ke hotel, persis sunset menjelang, kami semua berebut mencari tempat yang strategis di tepi pantai, untuk menyaksikan bola kemerahan yang makin meredup sinarnya perlahan-lahan masuk ke peraduan. Ya, hari dan tahun boleh berganti, tapi tidak dengan Dubrovnik yang tetap abadi, setia dengan keaslian dan keindahannya. Cara mempertahankan situs sejarahnya Pelestarian yang dilakukan dikota ini berupa rekonstruksi setelah gempa yang terjadi pada tahun 1667. Dilakukan preservasi dengan sangat teliti untuk engembalikan kemegahan kota tanpa mengubah bentuk bangunan awal setelah sebelumnya hancur karena perang sipil awal tahun 1990-an. PETA