Anda di halaman 1dari 16

REAKSI

XENOBITOK OBAT
PARACETAMOL
Parasetamol?

Parasetamol merupakan obat


antipiretik dan analgetik yang telah
lama digunakan di dunia. Parasetamol
merupakan obat yang efektif,
sederhana dan dianggap paling aman
sebagai anti nyeri apabila digunakan
dalam dosis terapi yang sesuai,
sehingga banyak dijual bebas tanpa
resep
Parasetamol digunakan sebagai
analgesik dan antipiretik. Meski pun
efek analgesik dan antipiretiknya
setara dengan aspirin, parasetamol
berbeda karena efek antiinflamasinya
hampir tidak ada. Parasetamol dapat
digunakan untuk pasien yang
dikontraindikasikan menggunakan
aspirin (misalnya pasien ulser
lambung)
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16 g/mol
Berat Jenis : 1.293 (air=1)
Titik lebur : 169-170oC
Titik didih : >500oC
Oktanol / Koefisien partisi air (P) : log P 0,49.
Penampilan kristal berwarna atau bubuk
kristal putih.
Sangat sedikit larut dalam air dingin; cukup
larut dalam air panas;
Farmakokinetika
Parasetamol sedikit terikat dengan
protein plasma dan sebagian
dimetabolisme oleh enzim mikrosom
hati. Sebagian parasetamol (80%)
dikonjugasi dengan asam glukuronat
dan sebagian kecil lainnya dengan
asam sulfat, yang secara farmakologi
tidak aktif (Katzung, 1997).
Kurang dari 5% parasetamol
diekskresikan dalam bentuk tidak
berubah. Parasetamol mengalami
metabolisme menghasilkan suatu
metabolit minor tetapi sangat aktif dan
penting pada dosis besar yaitu NAPQI
karena toksik terhadap hati dan ginjal.
Pada jumlah toksik atau adanya
penyakit hati, waktu paruhnya
meningkat menjadi dua kali lipat atau
Metabolisme
Parasetamol
Jalur metabolisme terbesar adalah melalui
glukoronidasi, yakni sebesar 47%-62% dan
hasil metabolisme bersifat tidak aktif serta
tidak toksik (Koch-Weser, 1976). Metabolit
ini kemudian disekresikan dalam empedu
dan dieliminasi lewat urin.

Jalur metabolisme terbesar kedua yakni


melalui sulfasi (25% -36%). Metabolit dari
jalur ini juga tidak bersifat aktif dan tidak
toksik (Koch-Weser, 1976).
Jalur metabolisme ketiga yakni melalui oksidasi, yakni

sebesar 5%-8% parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom

P450. Ketika parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom P450,

terbentuk metabolit reaktif yang dikenal dengan NAPQI (N-

acetyl-p-benzoquinon-imine). Metabolit reaktif ini kemudian

diinaktivasi oleh glutation menjadi bentuk konjugat asam

merkapturat, yang tidak aktif dan tidak toksik (Koch-

Weser, 1976). Parasetamol dan metabolitnya diekskresikan

ke dalam urin.
Dosis Parasetamol
Dosis lazim oral parasetamol adalah
sebesar 325-1000 mg. Dosis total harian
tidak boleh melebihi 4000 mg. Pada dosis
terapeutik, parasetamol biasanya
ditoleransi dengan baik. Kadang-kadang
terjadi ruam kulit dan reaksi alergi lain.
Namun, jika dosis parasetamol melebihi
dosis lazim akan terjadi efek merugikan
berupa nekrosis hati dan kemungkinan
fatal serta tergantung pada dosis
Kerusakan hepar bisa disebabkan karena
penggunaan parasetamol yang terlalu lama,
maupun dengan penggunaan tunggal dengan
menggunakan dosis tinggi.

Dalam dosis terapetik, parasetamol


dimetabolisme di dalam hepar melalui
glukuronidasi dan sulfasi.

Beberapa molekul parasetamol juga di


metabolisme oleh enzim sitokrom P450 menjadi
metabolit N-acetyl-pbenzoquinone-imine (NAPQI).
Gejala overdosis
paracetamol
Berbagai gejala yang terjadi selama 2
hari pertama pada keracunan
parasetamol akut mungkin tidak
menggambarkan intoksikasi yang
berpotensi menjadi serius. Mual,
muntah, anoreksia dan nyeri abdomen
terjadi selama 24 jam pertama dan
dapat bertahan selama seminggu atau
lebih. Indikasi klinis kerusakan hati
akan tampak dalam 2 sampai 4 hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai