Anda di halaman 1dari 17

EKONOMI ACEH SEBELUM

DAN SESUDAH TSUNAMI

BISNIS TEKNOLOGI GEOFISIKA

YUNIATI SYARIEF
F1H113011
TSUNAMI ACEH
Minggu, 26 Desember 2004 pukul 07.55 wib
Gempa berkekuatan 9,5 SR dengan episentrum sekitar 150
km di lepas pantai aceh.
45 menit setelah gempa, gelombang tsunami melanda
wilayah pesisir aceh sepanjang 800 km dengan tinggi 30
meter (98 feet)
230.000 orang tewas dari 14 negara. Dimana 130.013 orang
tewas dan 37.066 orang hilang merupakan warga provinsi
Nangroe Aceh Darssalam
Kerugian akibat gempa dan tsunami diperkirakan sebanyak
41,4 triliun rupiah atau US $ 4,5 miliar.
DAMPAK TSUNAMI PEREKONOMIAN
MASYARAKAT

MASYARAKAT kehilangan mata


KERUGIAN pencarian.

Hibah yang berasal dari


BANTUAN DANA swasta/masyarakat bersumber dari :
Perusahaan,
TSUNAMI
Non Government Organization
(NGO),
Perorangan dan sumber lain.
Dengan keperluan dana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang begitu besar,
serta ketersediaan dana dalam negeri dan hibah yang terbatas, maka pinjaman
luar negeri, terutama pinjaman yang sangat lunak, menjadi salah satu sumber
utama pendanaan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Beberapa pinjaman sangat
lunak yang sudah disepakati, diantaranya dari Pemerintah Australia sebesar A$
500 juta, dengan masa pengembalian selama 40 tahun, tenggang waktu
pembayaran (grace period) selama 10 tahun, dan bunga0 peratus.

Realokasi pinjaman luar negeri dari Islamic Development Bank, Bank Dunia dan
Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk proyek-proyek yang sedang berjalan
merupakan salah satu sumber pendanaan untuk pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi. Realokasi dilakukan tanpa merugikan pembangunan daerah/provinsi
lain. Dana yang direalokasi adalah dana yang belum dialokasikan untuk kegiatan
tertentu (unallocated), serta dana dari sisa pinjaman yang tidak terpakai. Dana
pinjaman yang tersedia untuk direalokasi per tanggal 15 Maret 2005 sebesar Rp
2,49 billion.
Perkiraan dana hibah yang berhasil dihimpun dari swasta/masyarakat
diperkirakan mencapai nilai Rp13,5 billion.
Berdasarkan perkiraan keperluan dana yang dilakukan oleh POKJA
tersebut di atas, untuk membiayai rehabilitasi dan pemulihan
danpembinaan semula diperlukan dana sebanyak Rp 41,7 triliun untuk
pembangunan berbagai sektor. Berdasarkan usulan
Kementrian/Lembaga, keperluan dana rehabilitasi dan rekonstruksi
adalah sebesar Rp 58,3 triliun, dengan rincian untuk tahun 2005 sebesar
Rp 5,1 triliun, tahun 2006 Rp 14,7 triliun, dan untuk tiga tahun berikutnya
sebesar Rp 30,7 triliun
PEMASUKAN EKONOMI ACEH

SEKUNDER
Hutan
Perkebunan
Perikanan

PRIMER Industri Pengolahan

Pertanian Jasa

pertambangan Perbankan
Air
Listrik
Bangunan
10,83 % Komunikasi & Transportasi
komoditas
minyak dan gas
STRUKTUR EKONOMI ACEH
PENGHAMBAT
PERTUMBUHAN EKONOMI
ACEH

Konflik Bencana Alam

Geologi

Hidro-meteorologi

Bencana Sosial
Tingkat rata-rata pertumbuhan ekonomi di Aceh sebelum tsunami

Pelita-I (19691973) sampai Pelita-V (19891993) 7,77%


Pelita-VI (19941998) 5,12%
Krisis moneter (19992003) 2,08%

KONFLIK
Ekonomi Aceh terus menurun walaupun Indonesia telah
pulih dari krisis keuangan

Krisis keuangan pada


tahun 19971998 sangat
berdampak pada ekonomi
Aceh yang berakibat pada
tingkat pertumbuhan yang
negatif selam empat
tahun berturut-turut.
Setelah tahun 2001,
sementara daerah-daerah
lain di Indonesia telah
pulih dan mulai
bertumbuh, ekonomi Aceh
terus mengalami
penurunan.

Sumber : BPS datn data kalkulasi staf


Bank Dunia
MOU HELSINKI-15 AGUSTUS 2005
Aceh berhak memperoleh dana melalui hutang luar negeri.
Aceh berhak untuk menetapkan tingkat suku bunga berbed dengan yang ditetapkan oleh Bank
Sentral Republik Indonesia (Bank Indonesia).
Aceh berhak menetapkan dan memungut pajak daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan
internal yang resmi. Aceh berhak melakukan perdagangan dan bisnis secara internal dan
internasional serta menarik investasi dan wisatawan asing secara langsung ke Aceh.
Aceh akan memiliki kewenangan atas sumber daya alam yang hidup di laut teritorial di sekitar
Aceh.
Aceh berhak menguasai 70% hasil dari semua cadangan hidrokarbon dan sumber daya alam
lainnya yang ada saat ini dan di masa mendatang di wilayah Aceh maupun laut teritorial sekitar
Aceh.
Aceh melaksanakan pembangunan dan pengelolaan semua pelabuhan laut dan pelabuhan udara
dalam wilayah Aceh.
Aceh akan menikmati perdagangan bebas dengan semua bagian Republik Indonesia tanpa
hambatan pajak, tarif ataupun hambatan lainnya.
Aceh akan menikmati akses langsung dan tanpa hambatan ke negara-negara asing, melalui laut
dan udara.
Pemerintah RI bertekad untuk menciptakan transparansi dalam pengumpulan dan pengalokasian
pendapatan antara Pemerintah Pusat dan Aceh dengan menyetujui auditor luar melakukan
verifikasi atas kegiatan tersebut dan menyampaikan hasil-hasilnya kepada Kepala Pemerintah
Aceh.
GAM akan mencalonkan wakil-wakilnya untuk berpartisipasi secara penuh pada semua tingkatan
dalam komisi yang dibentuk untuk melaksanakan rekonstruksi pasca-Tsunami (BRR).
Daerah perkotaan memiliki tingkat konsumsi per kapita rata-
rata yang lebih tinggi dan terus meningkat
INFLASI

Inasi yang terus


terjadi menjadikan
Aceh sebagai daerah
yang memiliki IHK
(Indeks Harga
Konsumen) tertinggi di
Indonesia.

Sebagai akibatnya daya


saing Aceh turun seperti
nampak pada tingginya
inasi dan tingkat upah.
Meskipun tingkat in asi di
Aceh telah menurun,
angka IHK tercatat terus
meningkat. Menggunakan
tahun dasar 2002,
IHKAceh telah meningkat
menjadi 185,6 (Juni 2007)
PERDAGANGAN
(EKSPOR-IMPOR)

Ekspor Aceh masih tergantung pada minyak dan gas. Ditengah


berkurangnya cadangan minyak dan gas, pada bulan Juni 2007, ekspor
Aceh tercatat sebesar US$ 883 juta, menurun sebesar 21%. Penurunan
ini diakibatkan oleh menurunnya produksi minyak dan gas.
Ekspor non migas Aceh telah menurun sejak awal dekade lalu
sebagai akibat dari kon ik. Akan tetapi data awal pada bulan
Juni 2007 menunjukkan bahwa ekspor naik sebesar 2005. Ekspor
pupuk, yang sempat menghilang pada tahun 2006 bersamaan
dengan berhentinya produksi pupuk, meningkat tajam pada
pertengahan tahun 2007. Pemulihan produksi dan ekspor ini
dikarenakan oleh komitmen pemerintah untuk tetap memberikan
subsidi bagi produksi pupuk di Aceh hingga tahun 2010.
Impor terus meningkat yang di dasari peningkatan konsumsi
swasta dan rekonstruksi. Nilai impor meningkat dari US$ 12,9 juta
pada tahun 2004 menjadi senilai US$ 18,5 juta pada tahun 2006. Pada
bulan Juni 2007, impor tercatat meningkat sebesar 14 % menjadi US$
15 juta. Hal ini diakibatkan besarnya impor produk bahan makanan
seperti gula dan sereal, demikian juga barang-barang industri
pengolahan, sedangkan impor barang modal seperti mesin dan
peralatan transportasi menurun.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai