Anda di halaman 1dari 99

The Urinary System

Fungsi ginjal

Eliminasi sampah metabolisme


Sampah nitrogen hasil metabolisme

Toksin

Obat-obatan, misalnya Ampicillin


Fungsi ginjal
Fungsi homeostasis
Keseimbangan cairan dan elektrolit

Keseimbangan asam basa

Pengaturan tekanan darah sistem renin


angiotensin aldosteron
Produksi sel darah merah hormon eritropoietin

Aktivasi vitamin D

Glukoneogenesis saat kelaparan


Organ sistem urinaria

Ginjal

Ureter

Vesika urinaria

Urethra

Figure 15.1a
Organ-organ sistem urinaria
Kandung kemih
(vesika urinaria)
menampung sementara
urin sebelum
dikeluarkan
Ureter menyalurkan
urin dari kandung
kemih ke vesika
urinaria ada 2 ureter
Urethra
menyalurkan urine
dari vesika urinaria ke
luar tubuh 1 urethra
Topografi ginjal

Tampak depan Tampak belakang

Figure 25.1a
Lokasi ginjal

Pada dinding belakang abdomen

Setinggi segmen vertebra T12 s/d L3

Ginjal kanan lebih rendah sedikit dibanding


ginjal kiri di sisi kanan ada hepar
Pada bagian hilus ada ureter, artery dan vena
renalis, nervus renalis.
Pada bagian atas masing2 ginjal ada kelenjar
adrenal
Pembungkus ginjal

Kapsula renalis
Membungkus setiap
ginjal
Kapsula adiposa
Membungkus setiap
ginjal Kelenjar adrenal
Melindungi jaringan Kapsul lemak
ginjal
Menjaga agar ginjal
tetap pada tempatnya
Kapsul ginjal
Struktur internal ginjal

Korteks renalis
bagian luar
Medulla renalis
bagian dalam
Pelvis renalis

Figure 25.3b
Struktur internal ginjal

Piramid ginjal daerah


berbentuk segitiga pada
medulla
Kolumna renalis
perluasan korteks
kearah medulla
Kalyx bangunan
seperti corong untuk
mengalirkan urine ke
pelvis renalis
Aliran darah ginjal

Figure 15.2c
Aliran darah ginjal

Figure 15.2c
Nefron

Struktur yang merupakan


unit fungsional terkecil
dari ginjal
Berperan dalam
pembentukan urine
Struktur nefron:

Glomerulus

Tubulus ginjal
Glomerulus

Glomerulus terletak dalam


kapsul Bowman (kapsula
renalis
Anyaman kapiler yang berpori
Menempel pada 2 arteriola
pada kedua sisinya untuk
menjaga agar tekanan tetap
tinggi
Arterola Aferen besar
Arteriola Eferen sempit
Kapiler dilapisi oleh sel
podosit kapsul bowman

Figure 15.3c
Glomerulus
Tubulus ginjal

Kapsul Bowman
(Kapsula renalis)
Tubulus proksimal

Loop of Henle

Tubulus distal

Figure 15.3b
Macam-macam nefron

Nefron kortikal
85% nefron
Sebagian besar pada
korteks
Loop Henle pendek
Berperan dalam
pembentukan urin saat
perfusi ginjal normal
Nefron Juxtamedularis
Pada perbatasan antara
korteks dan medulla
Berperan membentuk
urin pekatsaat tubuh
membutuhkan cairan
Figure 15.3a
Jaringan pembuluh darah kapiler Nephron
Setiap nephron
mempunyai 2 jaringan
p.d. kapiler:
Glomerulus
Kapiler peritubulus
Setiap glomerulus
terdapat:
Arteriole afferent
sebagai pembuluh
darah yg masuk
Arteriole efferent
sebagai pembuluh
darah yg keluar
Jaringan kapiler

Vasa rekta panjang, kelanjutan dari arteriola


efferent yang terdapat pada nephron
jungtamedullaris
Jaringan kapiler yang terdapat pada Nephron

Tekanan darah di glomerulus tinggi


karena:
Arteriole merupakan pembuluh
darah yang tahanannya tinggi
Arteriole afferent mempunyai
diameter yang lebih lebar
dibanding arteriole efferent
Air dan zat terlarut dalam darah
diperas keluar sepanjang glomerulus
Kapiler peritubulus

Berasal dari arteriola


aferen
Dalam keadaan normal
bertekanan rendah
Mengelilingi tubulus
ginjal
Menyerab zat yang
masih diperlukan tubuh
dari tubulus
Mensekresi zat yang
dibuang langsung ke
tubulus
Juxtaglomerular apparatus

Sel Juxta glomerularis


Macula Densa
Sel Mesangial
Sel Jukstaglomerularis

Sel
Jukstaglomerularis
terletak pada
dinding arteriola
aferen
Berperan
sebagai
mekanoreseptor
Mensekresi
hormon renin
Makula densa dan sel mesangial

Makula densa
Terletak dekat sel
JG
Berperan sebagai
kemoreseptor atau
osmoreseptor
Sel Mesanglial:
Bersifat fagositik
dan kontraktil
Berperan dalam
proses filtrasi
Pembentukan urine

Proses
pembentukan urin
Filtrasi
glomerulus
Reabsorbsi
Tubulus
Sekresi

Figure 15.4
Pembentukan urine
Pembentukan urine
Filtrasi

Proses pasive non selektif

Air dan elektrolit berukuran lebih kecil dibanding


protein dapat melewati membran filtrasi
Sel darah dan protein molekul besar tidak dapat
melewati membran filtrasi
Filtrat dikumpulkan di kapsul Bowman kemudian
masuk tubulus ginjal
Mekanisme Pembentukan Urin

Ginjal menyaring darah 60 kali perhari

Filtrat:
Terdiri dari semua komponen plasma kecuali
protein
Air, zat nutrisi, dan ion tubuh nantinya menjadi urin

Urin mengandung sisa metabolisme dan zat yang


tidak diperlukan
Membran Filtrasi

Filter pembatas antara


darah dengan bagian
dalam dari kapsula
glomerulus
Terdiri dari 3 lapisan
yakni:
Endotel dari kapiler
glomerulus
Membran basilaris
Podosit sel kapsul
Bowman
Membran filtrasi
Proses filtrasi
Ampas sel darah & makromolekul

Sari jeruk Filtrat glomerulus


Filtrasi Glomerulus

Bekerja seperti dinamika cairan dimana darah


melewati jaringan kapiler di glomerulus untuk di
filtrasi
Kapiler glomerulus lebih efisein dalam filtrasi
dibanding kaplier lain di tubuh karena:
Membran filtrasi lebih permeabel
Di glomerulus tekanan darah lebih besar
Mempunyai tekanan filtrasi lebih tinggi
Protein plasma tidak dapat di filtrasi dan diperlukan
untuk menjaga tekanan onkotik darah
Tekanan filtrasi (Nett filtration rate (NFP)
Tekanan mempengaruhi
NFP = HPg (OPg + HPc)
banyaknya filtrasi
NFP sebanding dengan
tekanan hidrostatik
glomerulus (Hydrostatic
Pressure Glomerulus=HPg)
dikurangi tekanan onkotik
glomerulus (Oncotic
Pressure Glomerulus=OPg)
PBs= P Bowman space=HPc
dikurangi lagi tekanan
GC=Opg
hidristatik kapsula PGC=HPg
glomerulus (Hydrostatic
Pressure renal capsule= HPc)
Tekanan filtrasi
Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)

Jumlah total filtrat glomerulus


oleh ginjal permenit
125 mL/menit
180 Liter/hari
Faktor yang mempengaruhi
kecepatan filtrasi pada kapiler
adalah:
Total area permukaan dari
membran filtrasi
Permeabilitas dari membran
filtrasi
Tekanan Filtrasi Netto (NFP)
Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)

GFR dipengaruhi
langsung oleh NFP
Perubahan dari GFR
normalnya akibat
dari perubahan dari
tekanan darah di
glomerulus
Pengaturan Filtrasi di Glomerulus

Bila GFR terlalu tinggi:


Zat yang masih diperlukan tidak cukup di
reabsorbsi dan keluar bersama urin
Bila GFR telalu rendah:
Semua zat akan di reabsorbsi, termasuk zat yang
tidak diperlukan yang harusnya dikeluarkan
Pengaturan Filtrasi di Glomerulus

Terdapat 3 mekanisme mengontrol GFR


Autoregulasi ginjal (sistem intrinsik)

Kontrol saraf

Mekanisme hormonal (sistem renin-angiotensin)


Kontrol intrinsik

Pada kondisi normal,


autoregulasi ginjal menjaga
supaya laju filtrasi glomerulus
konstan
Ada dua cara pengaturan
autoregulasi:
Miogenik merupakan
respon terhadap perubahan
tekanan darah di ginjal
Aliran darah tergantung
umpan balik
tubuloglomerulus
sensornya berada di JGA
Kontrol intrinsik
Kontrol Ekstrinsik

Ketika sistem saraf simpatif dalam keadaan istirahat:


Pembuluh darah ginjal mengalami dilatasi maksimal
Mekanisme autoregulasi yang lebih berperan
Bila dalam keadaan stres:
Norepineprin dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis
Epinefrin dikeluarkan oleh medulla kelenjar adrenal
Arteriola afferen konstriksi dan filtrasi dihambat
Sistem saraf simpatis juga memacu mekanisme renin-
angiotensin
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Dimulai ketika JG sel mengeluarkan renin
Renin beraksi mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
Angiotensin II:
Menyebabkan rerata tekanan arterial meningkat
Memacu korteks adrenal mengeluarkan aldosteron
Hasilnya, tekanan sistemik dan tekanan hirdrostatik
glomerulus kedianya meningkat
Pengeluaran Renin

Pengeluaran renin dipicu oleh:


Penurunan tegangan pada granula JG sel

Perangsangan JG sel oleh aktifitas sel makula densa

Peragsangan langsung JG sel melalui reseptor 1-


adrenergic oleh saraf di ginjal
Angiotensin II
Sistem Renin Angitensi Aldosteron
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

Figure 25.10
Faktor Lain pengaruhi Filtrasi Glomerulus

Prostaglandin (PGE2 and PGI2)


Sebagai vasodilator berperan untuk mencegah
kerusakan ginjal ketika tahanan perifer meningkat
Nitrik oksida (NO) vasodilator yang dihasilkan
endotel pembuluh darah
Adenosin vasokonstriktor
Endothelin vasokonstriktor kuat yang disekresi
oleh sel tubulus
Reabsorbsi Tubulus

Proses transepitelial dimana isi tubulus diserap


kembali ke darah
Filtrat glomerulus ditranspor melalui 3 lapis
membran yakni:
Membran luminal dan basolateral dari lapisan
tubulus
Endotel dari kaliper peritubulus

Hanya Ca2+, Mg2+, K+, dan beberapa Na+ di


reabsorbsi melalui jalur paraseluler
Rebsorbsi Tubulus

Semua zat nutrisi organik


di reabsorbsi
Reabsorbsi Air dan ion
dikontrol oleh hormon
ADH (Anti Diuretic
Hormon) dan Aldosteron
Reabsorbsi mungkin
melalui proses aktif
(memerlukan ATP) atau
proses pasif (osmosis atau
difusi)
Reabsorbsi Natrium

Reabsorbsi Natrium hampir selalu melalui transpor aktif


Na+ masuk ke sel tubulus pada membran luminal
Kemudian dikeluarkan secara transport aktif dengan
menggunakan pompa Na+-K+ ATPase
Dari sel tubulus berpindah ke kapiler peritubuler melalui
cara:
Tekanan hidrostatik yang rendah
Tekanan osmotik yang tinggi pada darah
Reabsorbsi Na+ memerlukan energi dan mempengaruhi
reabsorbsi zat yang lain
Reabsorbsi Natrium di tubulus

Masuk secara pasif: pompa Na+-K+ ATPase

Di tubulus proksimal: difusi fasilitasi dengan


menggunakan simport dan karier antiport
Di Loop Henle pars asenden: difusi fasilitasi melalui
sistem simport Na+-K+-2Cl
Di tubulus distalis: melalui simporter Na+-Cl

Di tubulus kolektivus: difusi melalui pori-pori


menbran
Hormon yang berpengaruh terhadap penyerapan natrium

Aldosteron Atrial Natriuretic Peptida


Reabsorbsi Air dan Zat Lain

Figure 25.11
Reabsorbsi di Tubulus Proksimal

Pompa Aktif dari Na+ mengatur reabsorbsiair


dengan cara :
Air melalui cara osmosis, karena air dapat melalui
pori-pori yang disebut aquaporin
Kation dan Lemak yang larut dengan cara difusi

Zat nutrisi organik dan beberapa kation lainya


dengan cara transpor aktif
Reabsorbsi di Tubulus Proksimal

Figure 25.12
Zat yang tidak reabsorbsi:

Transport maksimum (Tm):


Zat yang direabsorbsi secara transport aktif
sekunder melebihi ambang batas maksimun
Misalnya kadar glukosa darah yang tinggi

Bila protein karier telah habis, sehingga zat tersebut


dikeluarkan bersama urin
Penyerapan glukosa
Penyerapan glukosa
sebanding dengan
kadarnya dalam
plasma sampai dengan
nilai Tm tercapai
Ekskresi glukosa tidak
terjadi sampai dengan
nilai ambang ginjal
tercapai
Ekskresi glukosa
terjadi apabila kadar
dalam plasma melebih
nilai ambang
Zat yang tidak reabsorbsi:

Zat tidak dapat di reabsorbsi bila:


Tidak mempunyai protein karier

Tidak larut dalam lemak

Terlalu besar untuk melewati pori-pori membran

Urea, kreatinin, dan asam urat merupakan zat yang


hanya direabsorbsi sebagian (50% saja yang
diserap)
Absorbsi tubulus renalis dan tubulus
kolektivus

Zat yang mengalami reabsorbsi di tubulus proksimal:

Natrium, semua zat nutrisi, kation, anion, dan air

Urea dan zat yang larut dalam lemak

Protein kecil

Reabsorbsi di Loop Henle:

H2O, Na+, Cl, K+ di pars desenden

Ca2+, Mg2+, dan Na+ di pars asenden


Absorbsi tubulus renalis dan tubulus
kolektivus

Reabsorbsi di tubulus distalis:


Ca2+, Na+, H+, K+, dan air

HCO3 dan Cl

Reabsorbsi di tubulus kolektivus :


Air dan urea
Sekresi Tubulus

Berlawanan dengan reabsorbsi, dimana zat


berpindah dari kapiler peritubulus ke tubulus
Sekresi tubulus penting untuk:
Mengeluarkan zat yang tidak sepenuhnya di filtrasi

Membuang zat yang tidak diperlukan seperti ureum


dan asam urat
Mencegah kelebihan ion Kalium dalam tubuh

Mengatur pH Darah
Pengaturan Volume dan Kepekatan Urin
Osmolaritas
Jumlah partikel/zat terlarut dalam 1L air

Disebabkan karena proses osmosis

Dalam cairan tubuh diukur dalam milliosmol


(mOsm)
Ginjal menjaga supaya cairan tubuh mempunyai
osmolaritas yang tetap yakni sekitar 300 mOsm
Pengaturan osmolaritas melalui mekanisme
countercurrent
Mekanisme Countercurrent

Merupakan
hubungan antara
aliran filtrat di
Loop Henle dengan
aliran darah di vasa
recta (perpindahan
countercurrent)
Kepekatan larutan
di Loop Henle
antara 300 mOsm
s/d 1200 mOsm
Lengkung Henle: Proses Countercurrent
Loop Henle pars
desenden:
Relatif tidak permeabel
terhadap zat yang larut
Permeabel terhadap air
Loop Henle pars asenden:
Permeabel terhadap zat
yang larut
Tidak permeabel
terhadap air
Tubulus kolektivus yang
masuk ke medulla
permeable terhadap urea
Lengkung Henle: Mekanisme Countercurrent

Figure 25.14
Gradien osmotik di Medula Ginjal

Figure 25.13
Proses pengenceran Urin

Fitrat mengalami pengenceran di pars asending


Lengkung Henle
Urin yang encer menuju ke pelvis Ginjal

Pengenceran Urin dipengaruhi juga oleh sekresi


antidiuretik hormon (ADH)
Proses pengenceran urin

Tubulus kolektivus tidak permeabel terhadap air,


sehingga reabsorbsi air tidak terjadi
Natrium dan ion tertentu dapat berpindah melalui
mekanisme aktif dan pasif
Osmolaritas urin dapat lebih rendah dari 50 mOsm
(seperenam dari plasma darah)
Proses Konsentrasi Urin

Antidiuretik hormon (ADH) menghambat diuresis/


pembentukan
Terjadi keseimbangan osmolaritas antara filtrat
dengan cairan interstitial
Dengan adanya ADH, 99% air yang di filtrasi
mengalami reabsorbsi
Proses Konsentrasi Urin

ADH-dependent reabsorbsi air disebut reabsorbsi air


fakultatif
ADH menjadikan urin pekat
Kesanggupan Ginjal dalam menjaga osmolaritas
cairan tubuh
Proses Pengenceran dan Pemekatan Urin

Figure 25.15a, b
Pembentukan Urine

Figure 15.5
Obat Diuretik

Zat kimia yang meningkatkan pengluaran urin


termasuk:
Semua zat yang tidak di reabsorbsi

Zat yang melampaui kemampuan tubulus untuk


direabsorbsi
Zat yang menghambat reabsorbsi Na+
Zat Diuretik

Diuretik osmotik termasuk:


Kadar glukosa yang tinggi membawa air keluar
bersama glukosa
Alkohol menghambat pengeluaran ADH
Kafein dan banyak obat diuretik Menghambat
reabsorbsi ion Natrium
Lasix dan Diuril menghambat asosiasi simporter
Na+
Bersihan ginjal (Renal Clearance)

Volume plasma yang dibersihkan dari suatu zat per


satuan waktu
Test Renal Clearance diperlukan untuk :
Mengetahui gangguan GFR

Mendeteksi kerusakan glomerulus

Mengetahui perkembangan dari penyakit dan fungsi


ginjal
Bersihan ginjal (Renal Clearance)

RC = UV/P

RC = kecepatan renal clearance


U = konsentrasi concentration (mg/ml) suatu zat
dalam urin
V = kecepatan laju pembentukan urin (ml/min)
P = konsentrasi zat yang sama dalam plasma darah
Hitung Clearance Inulin
Pinulin = 4 mg/L

Uinulin = 300 mg/L

Diuresis = 2.4 L/hari

Cinulin = 180 mg/hari GFR


Karakteristis fisik dari Urin
Warna dan kejernihan
Jernih, pucat sampai kuning tua (adanya urokhrome)
Urin yang pekat berwarna kuning tua
Obat, vitamin dan makanan dapat merubah warna
urin
Urin yang keruh mungkin merupakan indikasi adanya
infeksi pada saluran kencing
Bau
Urin segar kurang bau
Urin yang dibiarkan berubah bau seperti amoniak
Beberapa obat dan sayuran dapat merubah bau
Karakteristis fisik dari Urin
pH
Sedikit asam
(pH 6) antara
4.5 sampai 8.0
Makanan dapat
mempengaruhi
pH
Berat jenis
Antara 1.001
sampai 1.035
Tergantung
kepekatan urin
Komposisi Kimia pada Urin
Urin terdiri dari 95% air dan
5% zat terlarut
Sisa metabolisme yang
mengandung Nitrogen
termasuk urea, asam urat, dan
kratinin
Zat terlarut lainnya yang masih
normal termasuk :
Natrium, Kalium, Fosfat,
dan ion Sulfat
Kalsium, Magnesium, dan
ion bikarbonat
Abnormal bila konsentrasi zat
tersbut tinggi dan merupakan
indikator adanya kelainan
Ureter

Saluran kencing yang membawa urin dari ginjal ke


kandung kemih
Ureter masuk ke kandung kemih
Ujung ureter menutup bila terjadi peningkatan
tekanan di kandung kemih untuk mencegah urin
kembali ke ureter
Ureter secara aktif mendorong urin ke kandung
kemih dengan kontraksi otot polos
Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
Halus, Kembang kempis, kantong otot tempat
menyimpan urin sementara
Terletak di retroperitoneal di dasar panggul
dibelakang simpisis pubis
Pria terdapat kelenjar prostat mengelilingi bagian
leher bawah
Wanita didepan vagina dan uterus
Trigonum vesicae area segitiga terdapat muara dari
saluran ureter dan urethra
Secara klinis merupakan daerah yang sering terkena
infeksi
Kandung Kemih (Vesika Urinaria)

Figure 25.18a, b
Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
Kandung Kemih (Vesika Urinaria)

Dinding vesika terdiri dari tiga lapis


Tunika mukosa berupa epitel transisional

Tunika muskularis yang tebal otot polos

Tunika fibrosa

Vesika urinaria dapat mengembang bila penuh dan


kempis bila kosong
Ketika urin terkumpul, vesika membesar tanpa
terjadi peningkatan tekanan di dalam
Urethra

Saluran pembuangan
urin dari vesika urinaria
ke luar tubuh
Urethra wanita pendek
risiko infeksi
kandung kemih
(Cystitis)
Cystitis- polakisuri,
disuri, stranguri
16-25 cm 3 - 4 cm
Urethra

Sfingter menjaga supaya urethra tetap tertutup ketika


tidak sedang miksi
Sfingter urethrae internum sfingter yang tidak
dapat dikendalikan kesadaran terdapat diantara
uretra dengan vesika urinaria
Spingter uretrae eksternum sfingter yang bisa
diatur oleh kesadaran mengelilingi uretra pars
membranosa
M. levator ani membantu sfingter uretrae
eksternum
Urethra
Uretra wanita menempel pada dinding depan vagina
Muara luarnya terletak di depan muara vagina dan
belakang klitoris
Uretra pria terdiri dari tiga bagian yakni:
Uretra pars prostatika terdapat ditengah kelenjar
prostat
Uretra pars membranosa melewati diafragma
urogenital
Uretra pars spongiosa terdapat di penis bermuara
di orifisium uretra
Urethra

Figure 25.18a. b
Berkemih ( Miksturisi)

Proses pengosongan vesika urinaria


Pada waktu dinding vesika mengembang merangsang
terjadinya refleks spinal berupa:
Rangsangan terjadinya kontraksi spingter uretra interna
Menghambat otot detrusor dan spingter uretra externa
(sementara)
Refleks pengosongan:
Merangsang kontraksi otot detrusor
Spingter uretra eksterna dan interna terbuka
Miksturisi

Figure 25.20a, b
Batu ginjal

Terbentuknya batu
urine
jenuh dengan garam-
garam yang dapat
membentuk batu atau
karena
urine kekurangan
penghambat
pembentukan batu
yang normal.
Kolik renalis

Nyeri hebat yang hilang-


timbul, biasanya di
daerah antara tulang
rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar
ke perut, daerah
kemaluan dan paha
sebelah dalam.
Batu ginjal
80% batu terdiri dari kalsium
asam urat, sistin dan mineral
struvit.
Batu struvit (campuran
dari magnesium, amonium dan
fosfat) juga disebut batu
infeksi karena batu ini hanya
terbentuk di dalam air kemih
yang terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi tak
terlihat mata s/d > 2,5 cm
Batu staghorn mengisi pelvis
renalis dan kalises renalis.
Kelainan bawaan

Hipospadia

Ambiguous genitalia

Anda mungkin juga menyukai