REFERAT
REFERAT
Oleh :
Tasia Deastuti
012096031
Pendahuluan
Risiko Menengah
Pasien diabetes yang terkendali baik dengan insulin kerja pendek
Risiko Rendah
Pasien diabetes yang terkendali baik dengan gaya hidup sehat,
metformin, akarbose, thiazolidineodione, dan atau terapi berbasis
inkretin
Kelompok I
Pasien DM yang kadar gula darahnya terkontrol dengan baik dapat berpuasa
tanpa masalah dengan tetap perencanaan makanan dan olah raga
saja.memperhatikan pengaturan makan dan aktivitas fisik
Kelompok II
Pasien DM yang selain melaksanakan perencanaan makan dan olah raga juga
memerlukan obat hipoglikemik oral (OHO) untuk mengontrol kadar gula
darahnya.
IIa
Membutuhkan dosis tunggal dan kecil, misalnyaBoleh berpuasa dengan
menggeser obat pagi ke sore glibenklamid 1 x 1 tablet sehari, pagisaat
berbuka puasa.
IIb
Membutuhkan OHO dengan dosis lebih tinggi danDapat berpuasa dengan
menggeser obat pagi ke saat terbagi, misalnya glibenklamid pagi 2 tablet
danberbuka dan obat sore ke saat makan sahur dengan sore 1 tablet.dosis
setengahnya. Jika minum obat 3 kali sehariBerpuasa dengan obat pagi dan
siang diminum pada saat berbuka, dan obat sore digeser ke saat makan
sahur dengan dosis setengahnya.
Kelompok III
Pasien DM yang selain perencanaan makan dan olahraga juga membutuhkan /
tergantung insulin atau kombinasi dengan OHO.
IIIa
Membutuhkan insulin satu kali sehari.Dapat berpuasa dengan motiviasi
yang kuat dan harus misalnya NPH 20U 1 x seharidengan pengawasan
yang ekstra ketat. Suntikan insulin digeser ke saat berbuka.
IIIb
Membutuhkan insulin dua kali sehari atau lebih. Tidak dianjurkan
berpuasa karena dianggap kadar glukosa darah tidak stabil. Misalnya RI 3
x 12 U sehari
IIIc
Membutuhkan kombinasi OHO dengan insulin.Boleh berpuasa dengan
pengaturan OHO seperti satu kali sehari dan suntik insulin saat berbuka
IIId
Membutuhkan kombinasi OHO dengan insulin dua Tidak dianjurkan
berpuasa karena dianggap kadar kali sehari atau lebih,glukosa darah tidak
stabil.
*kondisi fisik;
*parameter metabolik;
*penyesuaian terhadap perubahan pola asupan
selama Ramadhan;
*penyesuaian regmen dan dosis obat;
*penyesuaian aktivitas fisik; dan
*pengenalan tanda dehidrasi, hipoglikemia atau
hiperglikemia.
lima hal penting pengelolaan pasien diabetes
yang menjalankan puasa
* Tata laksana bersifat individual;
* Pemantauan teratur kadar glukosa darah;
* Nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian;
* Olahraga tidak boleh berlebihan. Sholat tarawih (sholat dengan
jumlah rakaat yang cukup banyak) yang dilakukan setiap malam di
bulan Ramadhan, dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari bentuk
olahraga yang dianjurkan; dan
* Membatalkan puasa. Pasien harus selalu diajarkan agar segera
membatalkan puasa jika terdapat gejala hipoglikemia (kadar glukosa
darah < 60 mg/dL) atau bila dalam kondisi hiperglikemia.4 Pasien
hendaknya lebih sering memeriksa kadar glukosa darah, misalnya
dalam 2 jam sesudah makan sahur. Puasa sebaiknya dibatalkan jika
kadar glukosa darah < 70 mg/dL dalam 1-2 jam awal puasa, terutama
bagi pasien yang menggunakan insulin, sulfonilurea pada saat sahur
Petunjuk umum yang perlu diperhatikan
bagi pasien diabetes yang berpuasa
*Perencanaan makan, jumlah asupan kalori sehari selama bulan
puasa kira-kira sama dengan jumlah asupan sehari-hari yang
dianjurkan sebelum puasa. Pengaturan selama bulan Ramadhan
adalah dalam hal pembagian porsi, 40% dikonsumsi saat makan
sahur, 50% saat berbuka dan 10% malam sebelum tidur (sesudah
sholat tarawih).
*Makan sahur sebaiknya dilambatkan.
*Lakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan wajar seperti biasa.
Dianjurkan beristirahat setelah sholat dzuhur (siang hari).
Tata Laksana Puasa Pasien
DM Tipe 1
Pasien DM tipe 1 memiliki risiko sangat tinggi saat berpuasa Ramadhan.
Risiko ini makin meningkat pada pasien dengan kadar glukosa buruk,
atau mereka yang terbatas aksesnya ke pelayanan kesehatan, adanya
hipoglikemia yang tidak disadari, atau riwayat perawatan di rumah
sakit yang berulang.
Saran tepat bagi mereka dengan diabetes tipe 1 adalah anjuran untuk
tidak berpuasa, namun diperkirakan sekitar 43% pasien DM tipe 1 tetap
berpuasa Ramadhan. Jika pasien memutuskan untuk berpuasa
Ramadhan, sebaiknya mereka menggunakan terapi insulin dalam
rejimen basal bolus dan rutin memeriksa kadar glukosa darah. Laporan
15 orang pasien diabetes tipe 1 yang menjalani puasa menyebutkan
penggunaan insulin glargin hanya menyebabkan sedikit kasus
hipoglikemia. Perbaikan kendali kadar glukosa dan penurunan risiko
hipoglikemia lebih banyak dijumpai pada penggunaan insulin lispro bila
dibandingkan dengan regular human insulin
Tata Laksana Puasa pada Pasien
DM Tipe 2
*Pasien Terkendali dengan Diet
Kelompok pasien ini merupakan kelompok risiko rendah
yang diharapkan dapat menjalani puasa Ramadhan tanpa
masalah. Asupan kalori dalam beberapa porsi kecil daripada
hanya satu porsi besar akan membantu mengurangi
hiperglikemia post-prandial. Kebutuhan cairan hendaknya
dicukupi untuk mencegah risiko dehidrasi dan risiko
trombosis.
Pasien dalam Terapi Obat Hipoglikemik Oral
*Metformin
Pasien dengan terapi metformin diharapkan dapat menjalani puasa
mengingat risiko hipoglikemianya kecil. Namun, pasien dianjurkan
mengubah waktu mengonsumsi obat dengan saran sepertiga dosis
diberikan saat sahur dan dua pertiga dosis saat berbuka .
*Tiazolidinedion
Penggunaan kelompok obat ini diketahui tidak menyebabkan kejadian
hipoglikemia meski dapat memperkuat efek hipoglikemik golongan
sulfonilurea, glinid, dan insulin. Tidak diperlukan penyesuaian dosis
selama berpuasa Ramadhan.
*Glinid
Kelompok obat ini diketahui memiliki risiko hipoglikemia rendah
karena sifat kerjanya yang pendek. Dapat digunakan dua kali sehari
yakni pada saat sahur dan saat berbuka puasa.
* Penghambat alfa glukosidase
Kelompok obat ini tidak dikaitkan dengan kejadian hipoglikemia
sehingga aman digunakan selama puasa Ramadhan yakni pada saat
sahur dan pada saat berbuka puasa.
* Terapi berbasis inkretin
Kelompok obat ini misalnya penghambat enzim DPP-4 (dipeptidyl
peptidase-4) dan analog GLP-1 (glucagon-like peptide-1) tidak dikaitkan
dengan kejadian hipoglikemia sehingga aman digunakan selama puasa
Ramadhan. Tidak dibutuhkan penyesuaian dosis namun risiko
hipoglikemia akan tinggi bila dikombinasikan dengan sulfonilurea.
* Pasien dalam Terapi Insulin
Saran umum bagi pasien pengguna insulin kerja panjang (misalnya,
glargin dan detemir) adalah mengurangi dosis sebesar 20% untuk
mengurangi risiko hipoglikemia. Kelompok insulin kerja panjang ini
disarankan diberikan saat makan besar saat berbuka puasa. Insulin
kerja cepat preprandial tetap dapat diberikan selama berpuasa, tanpa
dosis siang hari. Untuk insulin kerja campuran (premix), dosis pagi hari
diberikan pada saat berbuka dan setengah dosis malam hari diberikan
pada saat sahur .
*Sulfonilurea
Penggunaan glibenklamid dikaitkan dengan risiko hipoglikemia
yang lebih besar dibandingkan sulfonilurea generasi kedua lain
seperti gliklazid, glimepirid dan glipizid. Penyesuaian dosis
bersifat individual dengan menimbang besar kecilnya risiko
hipoglikemia. Misalnya, pasien dengan sulfonilurea kerja
panjang misalnya glimepirid sekali sehari, selama puasa
Ramadhan dianjurkan mengubah waktu minum obatnya menjadi
saat berbuka puasa. Dosis disesuaikan dengan penilaian terhadap
kadar glukosa darah pasien dan risiko hipoglikemia. Pada
penggunaan sulfonilurea dua kali sehari, disarankan setengah
dosis diberikan pada saat sahur, dan dosis biasa pada saat
berbuka.
PEDOMAN PUASA UNTUK PENDERITA DM TIPE 2
( Berdasarkan Konsensus Pengelolaan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia Thn. 2011)
* Pasien yang terkendali dengan pengaturan makan saja, tidak
mengalami kesulitan kalau berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan,
perlu dicermati adanya perubahan jadwal, jumlah dan komposisi
asupan makanan.
* Pasien diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila
berpuasa, oleh karena itu dianjurkan minum yang cukup.
* Perlu peningkatan kewaspadaan pasien diabetes terhadap gejala-
gejal hipoglikemia. Dianjurkan untuk jadwal makan sahur mendekati
waktu imsak/subuh, kurangi aktivitas fisik disiang hari dan bila
berolahraga dianjurkan pada sore hari.
*Pasien yang cukup terkendali dengan Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk
berpuasa. OHO diberikan pada saat berbuka puasa. Hati-hati
terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat
OHO dengan dosis maksimal.
*Untuk pasien yang terkendali dengan OHO dosis terbagi,
pengaturan dosis obat diberikan sedemikian sehingga dosis
sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur.
*Untuk pasien diabetes Tipe 2 yang menggunakan insulin,
dipakai insulin kerja menengah yang diberikan saat berbuka
puasa.
*Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap
hipoglikemia pada pasien pengguna insulin. Perlu pemantauan
yang lebih ketat disertai penyesuaian dosis dan jadwal suntikan
insulin. Bila terjadi hipoglikemia, puasa dihentikan.
*Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel,
dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.
*Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk
lebih meningkatkan pengetahuan pengetahuan dan ketaatan
berobat pasien DM. Dengan berpuasa Ramadhan diharapkan
adanya perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih sehat
bagi pasien diabetes.
Kesimpulan
Peranan dokter adalah bersikap bijak memberikan
panduan,menentukan stratifikasi risiko pasien, mengatur
regimen yang sesuai yang tetap bertujuan mengurangi risiko
komplikasi. Lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan pasien diabetes yang menjalankan puasa yakni (1)
tata laksana bersifat individual; (2) pemantauan kadar teratur
glukosa darah; (3) nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan
nutrisi harian; (4) olahraga tidak boleh berlebihan dan (5) pasien
harus tahu kapan membatalkan puasa.