Anda di halaman 1dari 19

FRAUD

NUR LATIFA YANTI SE MM


Pengertian Fraud
Dalam pengertian luas, Fraud adalah suatu bentuk
penipuan yang disengaja/direncakan demi
keuntungan dan kemakmuran pribadi/perseorangan
atau untuk merusak/mengganggu kehidupan dan
kekayaan orang lain. Kata deception atau
penipuan adalah kata kunci untuk mendefinisikan
Fraud. Perlu diketahui bahwa Fraud SELALU
melibatkan penipuan dan kepercayaan. Satu hal
yang perlu dicamkan adalah orang yang paling
dipercaya adalah orang yang memiliki peluang
paling besar untuk melakukan penipuan kepada
Anda.
Pengertian FRAUD
Berdasarkan defenisi dariThe Institute
of Internal Auditor(IIA), yang
dimaksud denganfraudadalah An
array of irregularities and illegal acts
characterized by intentional deception:
sekumpulan tindakan yang tidak
diizinkan dan melanggar hukum yang
ditandai dengan adanya unsur
kecurangan yang disengaja.
Pengertian Fraud
Fraud adalah sebuah istilah umum dan luas, serta
mencakup semua bentuk kelicikan/tipu daya
manusia , yang dipaksakan oleh satu orang, untuk
mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain
dengan memberikan keterangan-keterangan palsu
dan telah dimanipulasi. Tidak ada ketentuan dan
keharusan untuak menyeragamkan definisi dari
Fraud itu sendiri. Fraud juga mengandung
pengertian sebagai kejutan, tipuan,kelicikan, dan
cara-cara yang tidak sah terhadap pihak yang
ditipu. Batasan pendefinisian Fraud adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan ketidakjujuran
manusia
Motivasi Melakukan Fraud
Lanjutan...
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga
hal yang mendasarinya terjadi secara
bersama, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan
fraud
2. Peluang untuk melakuakn fraud
3. Sikap atau rasionalisasi untuk
membenarkan tindakan fraud
Lanjutan..
Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya
pengendalian inernal di organisasi tersebut. Terbukanya
kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok
yang sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukan fraud.
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan
memebuat mereka mencari kesempatan melakukan fraud,
beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah
keuangan pribadi, Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba,
berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang
tidak realistis.
Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran
atas aktifitasnya yang mengandung fraud. Pada umumnya para
pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan
merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang
merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa
karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa
kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk
melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga melakukan
hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan fraud
tersebut.
Faktor Pemicu Fraud
Terdapat empat faktor pendorong seseorang
untuk melakukan kecurangan, yang disebut
juga dengan teori GONE, yaitu Greed
(keserakahan), Opportunity (kesempatan),
Need (kebutuhan), Exposure (pengungkapan).

Faktor Greed dan Need merupakan faktor


yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual).
Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure
merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan
kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum).
Lanjutan
Faktor Greed dan Need merupakan faktor
yang berhubungan dengan individu
pelaku kecurangan (disebut juga faktor
individual). Sedangkan faktor Opportunity
dan Exposure merupakan faktor yang
berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut
juga faktor generik/umum).
1. Faktor generic

1. Faktor generic
Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan
tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek
kecurangan. Kesempatan untuk melakukan
kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan.
Namun, ada yang mempunyai kesempatan besar dan
ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk melakukan kecurangan daripada
karyawan;
Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum
menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik
oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain.
Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya
dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.
2. Faktor individu

Moral, faktor ini berhubungan dengan


keserakahan (greed).
Motivasi, faktor ini berhubungan dengan
kebutuhan (need), yang lebih cenderung
berhubungan dengan pandangan/pikiran
dan keperluan pegawai/pejabat yang terkait
dengan aset yang dimiliki
perusahaan/instansi/organisasi tempat ia
bekerja. Selain itu tekanan (pressure) yang
dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan
orang yang jujur mempunyai motif untuk
melakukan kecurangan.
Perilaku Pelaku Fraud

Perilaku Pelaku Fraud


Berikut merupakan beberapa perilaku seseorang yang harus
menjadi perhatian karena dapat merupakan indikasi adanya
kecurangan yang dilakukan orang tersebut, yaitu:
Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak
seperti biasanya, gaya hidup mewah, mobil atau pakaian mahal;
Gaya hidup di atas rata-rata;
Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat
kerja;
Penjudi berat;
Peminum berat;
Sedang dililit utang;
Temuan audit atas kekeliruan (error) atau ketidakberesan
(irregularities) dianggap tidak material ketika ditemukan;
Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja,
sering bekerja sendiri.
Pencegahan dan
Pendeteksian Fraud
Dalam mencegah dan mendeteksi serta
menangani fraud sebenarnya ada beberapa
pihak yang terkait: yaitu akuntan (baik
sebagai auditor internal, auditor eksternal,
atau auditor forensik) dan manajemen
perusahaan
Peran dan tanggung jawab msaing-masing
pihak ini dapat digambarkan sebagai suatu
siklus yang dinamakan Fraud Deterrence
Cycle atau siklus pencegahan fraud seperti
gambar dibawah ini.
Lanjutan...
Lanjutan...
Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang
dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan
kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi
budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian
wewenang.
Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor
internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat
preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan
bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang
memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor
Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi
besar dan membahayakan perusahaan.
Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor.
Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus
diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa
memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil
terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang
berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau
penyalahgunaan aset.
Lanjutan..
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan
penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada
diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru
ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang
terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu,
bandingkan bila kita berhasil mencegahnya,
tentu kerugian belum semuanya beralih ke
pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah
terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh
lebih besar untuk memulihkannya daripada
melakukan pencegahan sejak dini.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai