Anda di halaman 1dari 30

BRONKOPNEUMONIA

MANDA, MARIA, RIRIN, TITA, RUDOLPH, RUSDA


PENDAHULUAN
salah satu
bentuk
pneumonia

Insidensi >>
bayi dan anak
kecil berkaitan
imunitas
Streptococcus
pneumoniae Haemophilus
influenzae

Problem kesehatan
mencolok : SKN 2001
27,6% angka kematian
bayi dan 22,8% kematian
DEFINISI

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses


peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi
di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
EPIDEMIOLOGI

Laporan WHO 1999 : penyebab kematian tertinggi akibat penyakit


infeksi saluran napas akut di dunia

Penyebab sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk


mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati
ETIOLOGI
Tergantung :
Usia
Status imunologis
Status lingkungan
Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat,
polusi udara)
Status imunisasi
Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
ETIOLOGI
Neonatus dan bayi kecil : Streptococcus grup B dan bakteri gram
negatif seperti E.colli, pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.

Balita : Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus


grup A, S. Aureus.

Anak yang lebih besar dan remaja : bakteri-bakteri diatas dan


Mycoplasma pneumoniae.
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi lesi di paru Berdasarkan mikroorganisme
Pneumonia lobaris penyebab
Pneumonia lobularis (bronkopneumoni) Pneumonia bakteri
Pneumonia interstitialis Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma
Berdasarkan asal infeksi
Pneumonia yang didapat dari
Pneumonia jamur
masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP)
Berdasarkan karakteristik penyakit
Pneumonia yang didapat dari rumah
sakit (hospital-based pneumonia) Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal
Berdasarkan lama penyakit
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
PATOGENESIS

Keadaan normal : saluran respiratorik dari area sublaring sampai


parenkim paru adalah steril.
Dijaga tetap steril oleh :
Mekanisme pertahanan bersihan mukosiliar,
Sekresi imunoglobulin A,
Mekanisme batuk,
Makrofag yang terdapat di alveolus dan bronkiolus
PATOGENESIS
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori.
Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel
PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit
PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi kelabu.
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini
disebut stadium resolusi.
Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
PATOGENESIS

Pneumonia viral : - asal dari penyebaran infeksi di jalan napas atas sehingga
terjadi kerusakan epitel respiratorius, menyebabkan obstruksi
jalan napas akibat bengkak, sekresi abnormal, dan debris
seluler.

- meningkatkan risiko terhadap infeksi bakteri sekunder dengan


mengganggu mekanisme pertahanan normal pejamu,
mengubah sekresi normal, dan memodifikasi flora bakterial.
PATOGENESIS
Pneumonia bakteri :
Proses patologik bervariasi tergantung organisme yang menginvasi.

M. pneumoniae menempel pada epitel respiratorius, menghambat kerja silier,


dan menyebabkan destruksi seluler dan memicu respons inflamasi di submukosa.
Ketika infeksi berlanjut, debris seluler yang terlepas, sel-sel inflamasi, dan mukus
menyebabkan obstruksi jalan napas, dengan penyebaran infeksi terjadi di
sepanjang cabang-cabang bronkial, seperti pada pneumonia viral.

S. pneumoniae menyebabkan edema lokal yang membantu proliferasi


mikroorganisme dan penyebarannya ke bagian paru lain, biasanya menghasilkan
karakteristik sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru.
PATOGENESIS

Streptokokus grup A menyebabkan infeksi yang lebih difus


dengan pneumonia interstisial. Pneumonia lobar tidak lazim. Lesi
terdiri atas nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pembentukan
ulkus yang compang-camping dan sejumlah besar eksudat,
edema, dan perdarahan terlokalisasi. Proses ini dapat meluas ke
sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika.
Pneumonia yang disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi
dengan cepat menjelek yang disertai dengan morbiditas yang
lama dan mortalitas yang tinggi, kecuali bila diobati lebih awal.
Stafilokokus menyebabkan penggabungan bronkopneumoni yang
sering unilateral atau lebih mencolok pada satu sisi ditandai
adanya daerah nekrosis perdarahan yang luas dan kaverna tidak
teratur.
GEJALA KLINIS
Demam tinggi disertai menggigil
Batuk mula-mula kering lalu produktif
Anak sangat gelisah
Dispneu, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan
cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
Sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media,
faringitis, dan laringitis.
Anak besar : lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk dengan nyeri dada.
PEMERIKSAAN FISIK
Suhu tubuh 38,5o C
Retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal
Pernapasan cuping hidung.

Takipneu (WHO) :
Usia < 2 bulan 60 x/menit
Usia 2-12 bulan 50 x/menit
Usia 1-5 tahun 40 x/menit
Usia 6-12 tahun 28 x/menit

Palpasi : fremitus vokal menurun.


Perkusi : redup pada daerah paru yang terkena.
Auskultasi : suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang
khas pada anak besar. Kadang terdengar juga suara bronkial.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pneumonia virus dan mikoplasma : umumnya leukosit dalam
batas normal.
Pada pneumonia bakteri : leukositosis (15.000 40.000/mm3 ,
predominan PMN).
Kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED) yang
meningkat.
Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED
tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara
pasti.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
C-Reactive Protein (CRP)
Digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan
noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda.

Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri superfisialis
daripada infeksi bakteri profunda.

CRP kadang digunakan untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik.

Pemeriksaan CRP dan prokalsitonin juga dapat menunjang pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui spesifikasi pneumonia karena pneumokokus dengan nilai CRP 120 mg/l
dan prokalsitonin 5 ng/ml.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Mikrobiologis
Tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat,dan jarang didapatkan hasil yang
positif.
Spesimen dapat berasal dari usap tenggorok.
Diagnosis definitif : kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.

Pemeriksaan serologis
Uji serologik deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai
sensitivitas dan spesifitas yang rendah.
Diagnosis infeksi Streptokokus grup A : peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antiDnase B.
Uji serologik IgM dan IgG antara fase akut dan konvalesen pada anak dengan infeksi
pneumonia oleh Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia memiliki hasil
yang memuaskan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Roentgenografi
Dasar diagnosis utama : Foto rontgen toraks proyeksi anterior-
posterior.
Tidak rutin dilakukan, direkomendasikan pada pneumonia berat
yang dirawat dan timbul gejala klinis berupa takipneu, batuk,
ronki, dan peningkatan suara pernafasan.
Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan
gambaran klinis.
Tidak dapat menentukan jenis infeksi bakteri, atipik, atau virus.
Tetapi gambaran foto rontgen toraks dapat membantu
mengarahkan kecenderungan etiologi.
Pada pneumonia virus : kecenderungan penebalan peribronkial,
infiltrat interstitial merata dan hiperinflasi.
Pada pneumonia bakteri : Infiltrat alveolar berupa konsolidasi
segmen atau lobar, bronkopneumoni dan air bronchogram
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskular, peribronchial cuffing dan overaeriation. Bila
berat terjadi pachy consolidation karena atelektasis.
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus
disebut dengan pneumonia lobaris atau terlihat sebagai lesi
tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor
paru disebut sebagai round pneumonia
Bronkopneumoni ditandai dengan gambaran difus merata
pada kedua paru berupa bercak-bercak infiltrat yang
dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial
DIAGNOSIS
Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau serologis
merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri penyebab
tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang memadai.
Tidak ada gejala distress pernafasan, takipneu, batuk, ronki, dan peningkatan
suara pernafasan dapat menyingkirkan dugaan pneumonia.
Terdapatnya retraksi epigastrik, interkostal, dan suprasternal merupakan
indikasi tingkat keparahan.
Pada bronkopneumoni, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa
lobus.
Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,
atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis.
Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi
kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin
biasanya normal atau sedikit menurun
DIAGNOSIS
Berdasar pedoman WHO yang bertujuannya menyederhanakan kriteria
diagnosis berdasarkan gejala klinis yang dapat dideteksi, menetapkan
klasifikasi penyakit, dan menentukan penatalaksanaan.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman tersebut :

Usia 2 bulan 5 tahun :


Frekuensi pernafasan : usia 2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5 tahun 40 x/menit
Adanya retraksi
Sianosis
Anak tidak mau minum
Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)
Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik
Tanda bahaya pada : tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi,
demam, atau menggigil.
DIAGNOSIS

Usia < 2 bulan


Klasifikasi pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut :

Pneumonia
Bila ada nafas cepat 60 x/menit atau sesak nafas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia
Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatik
KRITERIA MRS

Umur <6 bulan


Status immunocompromised
Distress napas berat
Perlunya suplementari oksigen
Dehidrasi
Muntah
Tidak merespon dengan pemberian antibiotik
yang sesuai.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan antibiotika
Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit
Pneumonia ringan
Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari. Di wilayah
resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-90 mg/kgBB.
Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB sulfametoksazol 20 mg/kgBB) dibagi dalam 2
dosis sehari selama 5 hari

Pneumonia berat
Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam
Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam
Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali
Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali

Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa komplikasi, sampai
saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik yang optimal
PENATALAKSANAAN

Pemberian antibiotik
berdasarkan umur
Neonatus dan bayi muda (< 2 Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5
thn)
bulan) :
* beta laktam amoksisillin
* ampicillin + aminoglikosid * amoksisillin- klavulanat
* golongan sefalosporin
* amoksisillin-asam * Kotrimoksazol
klavulanat * makrolid (eritromisin)
* amoksisillin + aminoglikosid
Anak usia sekolah (> 5 thn)
* sefalosporin generasi ke-3 amoksisillin/makrolid
(eritromisin, klaritromisin,
azitromisin)

tetrasiklin (pada anak usia > 8


tahun)
PENATALAKSANAAN
2. Penatalaksaan suportif
Pemberian oksigen 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas
darah 60 torr
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3 x
defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah setiap 4-6 jam. Bila
analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg).
Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama
karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat penurun panas
diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan
jantung.


Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan
kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya
penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah
antibiotik tidak efektif).
PENATALAKSANAAN

3. Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi
komplikasi pneumotoraks atau pneumomediastinum
PROGNOSIS

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat,


mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %.

Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang


terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.
KESIMPULAN

Bronkopneumonia = peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak
infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.

Penyebab bervariasi tergantung pada usia (menentukan jenis bakteri dan virus), status imunologis, status
lingkungan, kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara), status imunisasi, faktor pejamu (penyakit
penyerta, malnutrisi).

Jenis pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus. Penyakit
ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan
dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian, alveoli
yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh perpindahan
bakteri dari alveolus ke alveolus.

Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan
dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung baru dipikirkan kemungkinan pneumonia.

Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah pemeriksaan roentgen posisi
AP.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai