Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DAN APLIKASI

PENYANGGAAN
Tugas Mata Kuliah Mekanika Batuan Lanjut II
Thresna Adeliana/NPM 212150020
Kelas 24B - Geomekanika
PENDAHULUAN
Pada pembangunan terowongan sering dijumpai masalah
yang tidak biasa terjadi pada rancangan bangunan biasa.

Masalah yang sering dijumpai dalam pembangunan


terowongan meliputi massa batuan yang yang memiliki
perilaku heterogen, anisotrop, dan diskontinyu.

Faktor geologi menjadi hal yang sangat penting dalam


suatu perancangan terowongan karena berkaitan dengan
kekuatan batuan.

Penentuan kekuatan batuan tidak jauh berkaitan dengan


sifat batuan dan struktur geologi yang berkaitan langsung
dengan gaya yang dihasilkan dari redisitribusi tegangan
awal.
LANJUTAN
Dalam perancangan terowongan harus dilakukan
penilaian massa batuan secara cermat.

Tujuan menentukan penilaian massa batuan


secara cermat adalah agar rekomendasi
penyanggaan yang diberikan merupakan
rekomendasi yang representatif terhadap massa
batuan dan didapatkan efisiensi biaya
pengeluaran pada pembangunan terowongan
tersebut.
FUNGSI DAN TUJUAN PENYANGGAAN
Fungsi penyanggaan massa batuan adalah :
1. Membantu massa batuan menyangga dirinya
sendiri atau memperkuat massa batuan
2. Menjaga kestabilan diameter lubang
bukaan/terowongan

Tujuan Penyanggaan:
melindungi pekerja dan peralatan yang ada di
dalam terowongan dari resiko tertimpa runtuhan
batuan
CARA MENENTUKAN JENIS PENYANGGA

Berdasarkan Tabel tersebut di atas dan ditinjau


dari parameter dasar yang dipakai untuk
klasifikasi massa batuan dan output yang
dihasilkan maka sistem klasifikasi massa batuan
dapat dikatakan memenuhi kriteria sebagai alat
untuk rancangan penyanggaan/penguat struktur
suatu terowongan.
ROCK MASS RATTING (RMR)
Pada Tahun 1976 Bieniawski mempublokasikan
klasifikasi massa batuan yang disebut Geomechanics
Clasification atau Rock Mass Ratting System yang
telah direvisi berulang kali.

Enam Parameter yang digunakan dalam sistem RMR


antara Lain:
1) Kuat tekan batuan utuh (UCS)/Poin Load Index
(PLI)
2) Rock Quality Designation (RQD)

3) Spasi diskontunyu

4) Kondisi diskontinyu

5) Kondisi airtanah

6) Orientasi diskontinyu (merupakan faktor koreksi)


LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
STAND UP TIME
Stand up time adalah waktu yang menunjukan
bahwa pada durasi tertentu meskipun tanpa
penyanggaan batuan pada suatu area tidak akan
runtuh atau dengan kata lain merupakan waktu
untuk memasang penyangga agar batuan tidak
runtuh.

Nilai stand up time dapat diperoleh dari analisa


klasifikasi massa batuan

LANJUTAN
PENENTUAN KEKUATAN PENYANGGA
Menilai Kekuatan penyangga dapat dilakukan
dengan cara :
Metode Analitik yang pada dasarnya
menerapkan prinsip analisa tegangan dan
deformasi di sekitar penggalian terowongan.
Merupakan teknik solusi closed form dan metode
numerik (FEM, BEM,DEM).

Metode Observasi merupakan pemantauan


kekuatan batuan selama penggalian maupun
untuk mengamati interaksi batuan-penyangga.
LANJUTAN.
Kriteria Keruntuhan Hoek & Brown

Kriteria keruntuhan massa batuan yang


dikembangkan oleh Hoek & Brown (2002) merupakan
modifikasi dari kriteria runtuhan sebelumnya.
Hubungan antara tegangan pada batuan
berdasarkan kriteria keruntuhan ini adalah sebagai
berikut:
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJTUAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai