Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWAT

AN JIWA
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB PEMERINTAH
DALAM PELAYANAN DI
MASYARAKAT DAN
RUMAH SAKIT
KELOMPOK 5

Rido wahyu F. (1501100057)


Viktor Bima O. (1501100058)
Ayu Sukma Imania I. (1501100045)
Rifqoh Adiya (1501100061)
Ririn Ayu H. (1501100053)
Miranda Amami R. (1501100067)
Dewi Luberty W. (1501100073)
Rizky Ayu W. (1501100078)
B A B V I I T U G A S , TA N G G U N G J A W A B , D A N W E W E N A N G

B A G I A N K E S AT U T U G A S D A N TA N G G U N G J AWA B
PA S A L 7 5

Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tugas,


dan tanggung jawab terhadap penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Jiwa.
PASAL 76

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas dan


bertanggung jawab mengadakan komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang Kesehatan Jiwa
kepada masyarakat secara menyeluruh dan
berkesinambungan.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
mengadakan komunikasi, informasi, dan edukasi
tentang Kesehatan Jiwa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib berkoordinasi dengan pemangku
kepentingan.
(3) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
Kesehatan Jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diselenggarakan dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
PASAL 77

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas dan


bertanggung jawab menyediakan sarana dan
prasarana dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Jiwa.
PASAL 78

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas dan


bertanggung jawab terhadap ketersediaan dan
kesejahteraan sumber daya manusia di bidang
Kesehatan Jiwa.
PASAL 79

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengatur


ketersediaan obat psikofarmaka yang dibutuhkan oleh
ODGJ sesuai standar.
(2) Obat psikofarmaka yang dibutuhkan oleh ODGJ
sesuai standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus tersedia secara merata di seluruh Indonesia
dengan harga terjangkau oleh masyarakat.
(3) Ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
obat psikofarmaka sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat dilakukan dengan melibatkan peran swasta.
a. Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu pada
SSP(Sistem Syaraf Pusat) yang terdiri atas :

1. Neuroleptika atau major tranquillizer


Obat ini bekerja secara antipsikotis dan sedative. Digunakan pada
bermacam-macam psikosis (schizophrenia,mania,dll).
2. Tranquilizers atau minor transquillizers (ataraktika atau
anksiolitika)
Tranquillus berasal dari bahasa latin yang berarti tenang. Obat ini
bekerja secra sedative, merelaksasi otot dan antikonvulsif.
Digunakan pada keadaan-keadaan neurotis (gelisah, takut,stess).

b. Obat-obat yang menstimulir fungsi-fungsi psikis tertentu pada


SSP (Sistem Syaraf Pusat)

1. Antidepresiva
Dahulu obat ini dipecah lagi menjadi :
Thimoleptika, yang berkhasiat melawan melancholia, dan
memperbaiki suasana jiwa
Thimeretika, yang berkhasiat menghilangkan inaktivitas fisik dan
mental yang menyertai depresi tanpa memperbaiki suasana jiwa
2. Psikostimulasia.
Obat ini berkhasiat mempertinggi inisiatif,kewaspadaan serta
prestasi fisik dan mental, rasa lelah dan ngantuk ditanguhkan.
Suasan jiwa dipengaruhi silih berganti, seringkali terjadi euphoria
(rasa nyaman), tak jarang juga dapat menimbulkan dysforia (rasa
tidak nyaman) bahkan depresi. Oleh karena itu obat ini tidak layak
digunakan sebagaiantidepresivum.Yangtermasuk dalam
kelompok ini adalah amfetamin, metilfenidat, fenkamfamin, dan
juga kofein.

c. Obat-obat yang mengacaukan fungsi-fungsi mental


tertentu.

1. Psikodisleptika.
Obat ini mengandung zat-zat halusinogen, yang menimbulkan
keadaan desintegrasi dengan gejala-gejala yang mirip psikosis
halusinasi, pikiran-pikiran dan impian-impian khayal,dan
sebagainya. Yang termasuk obat ini adalah LSD, fensiklidin
(HOG,PCP) obat-obat ini adalah obat-obat drugs.
PASAL 80

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab melakukan penatalaksanaan terhadap ODGJ
yang terlantar, menggelandang, mengancam
keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau
mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.

1. Dinas Sosial Jakarta menemukan ODGJ yang terlantar


dan diserahakan ke petugas untuk dilakukan
pendampingan. Dinas Sosial menyiapkan 3 panti
sosial : Panti Sosial Bina Laras 1 Cengkareng untuk
gangguan jiwa berat , Panti Sosial Bina Laras 2
Cipayung untuk pasien gangguan jiwa sedang ,Panti
Sosial Bina Laras 3 Cipayung untuk gangguan jiwa
ringan.
PASAL 81

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib


melakukan upaya rehabilitasi terhadap ODGJ
terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan
dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu
ketertiban dan/atau keamanan umum.
(2) ODGJ terlantar, menggelandang, mengancam
keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau
mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ODGJ:
a. tidak mampu;
b. tidak mempunyai keluarga, wali atau pengampu;
dan/atau
c. tidak diketahui keluarganya.
PASAL 82

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan


penampungan di fasilitas pelayanan di luar sektor
kesehatan bagi ODGJ yang telah sembuh atau
terkendali gejalanya yang tidak memiliki keluarga
dan/atau terlantar.

1. RSJ Sambang Lihum di Banjar Baru Kalimantan


Selatan memberdayakan ODGJ yang telah sembuh
untuk menjadi pelaku usaha kecil

Anda mungkin juga menyukai