Anda di halaman 1dari 26

Om swastiastu

Efisiensi Penggunaan Gas dan


Pengelolaan Limbah di PT. INDONESIA
POWER UPJP BALI

Oleh:

I Nyoman Agus Parwata


1304305054
Profil Perusahaan
PT. Indonesia Power UPJP Bali adalah unit bisnis
pembangkitan yang menyediakan tenaga listrik khususnya
di pulau Bali. PT Indonesia Power UPJP Bali memiliki tiga
lokasi pembangkitan yaitu Unit PTGD/G Pesanggaran, Unit
PLTG Gilimanuk, dan Unit PLTGU Pemaron.
Unit PLTD/G Pesanggaran terdiri dari 12 unit PLTDG
(Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas), dengan jumlah daya
terpasang 205,2 MW. Selain dari 12 unit PLTDG juga terdapat 4
unit PLTG yang masing-masing diberi nama yaitu unit 1
Alsthom Atlantique dengan daya terpasang 21,35 MW, PLTG
unit 2 General Electric dengan daya terpasang 20,1 MW, dan
PLTG unit 3 serta PLTG unit 4 memiliki mesin yang sama yaitu
Westing House dengan daya terpasang 42 MW.

PLTG Gilimanuk dengan 1 unit memiliki daya terpasang 133,8


MW. PLTG Pemaron dengan 2 unit memiliki jumlah daya
terpasang 97,6 MW.
Struktur Organisasi Perusahaan
Tugas Pokok Organisasi
Bagian Enginering
Tugas pokok bagian Enjiniring adalah sebagai berikut :
Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana
Kerja dan Anggaran tahunan, jangka menengah dan
jangka panjang.
Menjaga dan meningkatkan keandalan dan efisiensi
mesin-mesin pembangkit eksisting dan mesin pembangkit
jasa O&M yang menjadi kewenanannya.
Menyusun dan mengembangkan sistem dan prosedur
pengoprasian dan rekayasa enjiniring pembangkit.
Bagian Operasi
Tugas pokok Bagian Operasi adalah sebagai berikut :
Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana
Kerja dan Anggaran Bagian Operasi.
Mengelola penjualan kapasitas energy.
Mengelola energi primer, bahan bakar dan kimia Unit Bisnis.
Mengelola perencanaan dan pengendalian pengoprasian
pembangkit dan kinerja operasi Unit Bisnis.
Bagian Pemeliharaan
Tugas pokok Bagian Pemeliharaan adalah sebagai berikut :
Merencanakan, memonitor dan mengendalikan rencana kerja
dan anggaran Bagian Pemeliharaan.
Mengelola kegiatan perencanaan dan pengendalian
pemeliharaan pembangkit dan evaluasi kinerjanya.
Mengkoordinir pelaksanaan pemeliharaan rutin, korektif dan
emergency pembangkit.
Mengkoordinir pelaksanaan pemeliharaan fasilitas, sarana
gedung dan bangunan.

Bagian Prokurmen
Tugas pokok Bagian Prokurmen adalah sebagai berikut :
Merencakan, memonitor dan mengendalikan rencana kerja dan
anggaran bagian Prokurmen.
Mengelola kegiatan pengadaan barang dan jasa unit bisnis dan
jasa O&M.
Mengelola kegiatan penyusunan database harga.
Mengelola kontrak bisnis pengadaan barang dan jasa.
Mengevaluasi kinerja pemasok.
Efisiensi Unit PLTG

Pada perencanaan dan operator instalasi daya biasanya


lebih tertarik pada perhitungan efisiensi sebagai ukuran
ekonomis instalasi pembangkit daya karena akan
mempengaruhi biaya investasi, bahan bakar, dan operasi
biaya. Faktor yang sangat berpengaruh untuk mengetahui
keekonomisan suatu instalasi pembangkit daya adalah
konsumsi bahan bakar. Parameter yang menggambarkan
pengkonsumsian bahan bakar suatu instalasi pembangkit
daya adalah laju
Perhitungan laju kalor
kalor(Heat
sangat
rate).
dipengaruhi oleh besarnya
Specific Fuel Consumption (SFC). Spesific Fuel Consumption
(SFC) adalah jumlah konsumsi bahan bakar spesifik yang
digunakan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik
setiap jamnya, biasanya satuannya dalam liter/kwh.
Spesific Fuel Consumption (SFC) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
SFC (litert/kwh) =

sarnya Heat Rate dapat dihitung berdasarkan perhitungan SFC di atas ya


at rate (kcal/kwh) = LHV x SG x 0,555037519 x SFC
mana :
V = Low Heat Value ialah konstanta yang besarnya 19.597 Btu
= Spesific Gravity ialah konstanta yang besarnya 0,8502 kg/
Btu/Lb = 0,558 Kcal/Kg
Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa Heat rate akan
berbanding terbalik dengan efisiensi thermal, maka akan
didapatkan persamaan untuk menghitung efisiensi thermal dari
PLTG PT Indonesia Power Bali. Oleh karena 1 kwh = 860 kcal,
maka :
Efisiensi thermal :
th =
Setelah Mayor Inspection
Waktu :
Awal = Jam 08.25 WITA
Akhir = Jam 08.55 WITA
Pemakaian bahan bakar flow meter :
Stand flow akhir = 3.828.100 liter
Stand flow awal = 3.821.900 liter
Selisih = 6.200 liter
Produksi kwh bruto :
Stand kwh meter akhir =
947.694.300 kwh
Stand kwh meter awal =
947.675.100 kwh
Selisih = 19.200 kwh

SFC =

= 0,323 liter/kwh
Heat rate = LHV x SG x 0,555037519 x SFC
= 19,597 x 0,8502 x =
0,555037519 x 0,323
= 2.964,21 kcal/kwh

Effisiensi thermal (th) =

= 29,01 %

setelah Mayor Inspection (MI) dihasilkan efisiensi maksimum


sebesar 29,01 %, yang disebabkan karena mesin masih dalam
kondisi yang sangat prima karena semua komponen dalam
kondisi yang optimal karena adanya pembaruan dan rekondisi
di beberapa komponen sehingga produksi daya (kwh) yang
dihasilkan masih sangat tinggi.
Sebelum Combustion Inspection
Waktu :
Awal = Jam 18.00 WITA
Akhir = Jam 18.30 WITA
Pemakaian bahan bakar flow meter :
Stand flow akhir = 8.391.500 liter
Stand flow awal = 8.384.700 liter
Selisih = 6.800 liter
Produksi kwh bruto :
Stand kwh meter akhir =
81.707.300 kwh
Stand kwh meter awal =
81.689.000 kwh
Selisih = 18.300 kwh

SFC =

= 0,372 liter/kwh
Heat rate = LHV x SG x 0,555037519 x SFC
= 19,597 x 0,8502 x
0,555037519 x 0,372
= 3.385,01 kcal/kwh

Effisiensi thermal (th) =


=
= 25,41 %

Efisiensi mengalami penurunan saat sebelum Combustion


Inspection (CI) dengan efisiensi 25,41 %, yang disebabkan
karena beberapa komponen sudah mengalami deformasi
akibat gesekan, temperatur yang tinggi dan timbulnya kerak-
kerak sisa pembakaran sehingga produksi daya (kwh) yang
dihasilkan menurun.
Setelah Combustion Inspection
Waktu :
Awal = Jam 18.10 WITA
Akhir = Jam 18.40 WITA
Pemakaian bahan bakar flow meter :
Stand flow akhir = 9.712.470 liter
Stand flow awal = 9.705.492 liter
Selisih = 6.978 liter
Produksi kwh bruto :
Stand kwh meter akhir = 79.648.200
kwh
Stand kwh meter awal = 79.629.400
kwh
Selisih = 18.800 kwh

SFC =

= 0,371 liter/kwh
Heat rate = LHV x SG x 0,555037519 x SFC
= 19,597 x 0,8502 x 0,555037519 x
0,371
= 3.381,23 kcal/kwh

Effisiensi thermal (th) =


=
= 25,43
%

Setelah melalui proses Combustion Inspection (CI) performa


mesin kembali naik, maka saat mesin memasuki 6000 jam
kerja, efisiensi mengalami kenaikan sebesar 25,43%, sehingga
produksi daya (kwh) yang dihasilkan meningkat.
lum Hot Gas Path Inspection
u:
Awal = Jam 11.30 WITA
Akhir = Jam 12.00 WITA
kaian bahan bakar flow meter :
Stand flow akhir = 1.741.800 liter
Stand flow awal = 1.735.500 liter
Selisih = 6.300 liter
uksi kwh bruto :
Stand kwh meter akhir = 44.420.000 kwh
Stand kwh meter awal = 44.404.500 kwh
Selisih = 15.500 kwh

0,406 liter/kwh
Heat rate = LHV x SG x 0,555037519 x SFC
= 19,597 x 0,8502 x 0,555037519 x 0,406
= 3.721,16 kcal/kwh

Effisiensi thermal (th) =

= 23,1 %

Efisiensi akan mengalami penurunan kembali sebelum Hot


Gas Path Inspection (HGPI) dengan efisiensi 23,1%. Hal ini
dikarenakan beberapa komponen pada turbin dan ruang
bakar mengalami deformasi diakarenakan panas akibat
pembakaran sehingga produksi daya (kwh) yang dihasilkan
juga menurun.
Setelah Hot Gas Path Inspection
Waktu :
Awal = Jam 13.00 WITA
Akhir = Jam 13.30 WITA
Pemakaian bahan bakar flow meter :
Stand flow akhir = 8.947.300 liter
Stand flow awal = 8.940.300 liter
Selisih = 7.000 liter
Produksi kwh bruto :
Stand kwh meter akhir = 70.202.200
kwh
Stand kwh meter awal = 70.182.500
kwh
Selisih = 19.700 kwh

SFC =

= 0,355 liter/kwh
Heat rate = LHV x SG x 0,555037519 x SFC
= 19,597 x 0,8502 x 0,555037519 x
0,406
= 3.244,79 kcal/kwh

Effisiensi thermal (th) =

= 26,5 %

Setelah adanya Hot Gas Path Inspection (HGPI) efisiensi


kembali mengalami kenaikan menjadi 26,5%, hal ini
dikarenakan beberapa komponen dari bagian ruang bakar dan
turbin mengalami rekondisi dan pembaruan sehingga produksi
daya (kwh) yang dihasilkan juga mengalami kenaikan.
PENGELOLAAN LIMBAH
Pengolahan limbah yang terdapat di PT. INDONESIA POWER
Pesanggaran adalah sebagai berikut :
1.Pengolahan Limbah Cair
2.Pengolahan Limbah Padat

Limbah Cair
1. Air
Air yang digunakan untuk mendinginkan turbin (radiator),
sebelum masuk turbin akan di treatment terlebih dahulu di
water treatment plant. Didalam water treatment plant
terdapat karbon aktif. Kegunaan karbon aktif disini untuk
menyaring kotoran dan menjernihkan air yang akan
masuk ke dalam radiator. Lama proses operasi,
menyebabkan karbon aktif kotor dan harus dibersihkan.
Air sisa pembersihan akan disalurkan ke Wash Water
Treatment Plant . Didalam wash water treatment plant pH
air akan di normalkan, sehingga tidak membahayakan.
2. Limbah Cair Solar dan sisa-sisa Oli
Limbah solar dan sisa oli adalah limbah B3 limbha ini di
proses di safty tank. Penambungan ini terdapat sekat-sekat
yang bertujuan untuk memisahkan antara kotoran dengan
oli dengan sistem pengendapan. Kotoran dari pertikel-
partikel yang lebih berat akan mengendap, sedangkan yang
lebih ringan akan mengalir menuju penampungan
berikutnya. Demikian seterusnya sampai blok paling akhir.

Gambar 5.1 Oil


Sparator
Limbah Padat
1. limbah bekas sisa-sisa alat atau spare part unit
pembangkit yang terkontaminasi zat kimia seperti oli dan
solar contohnya seperti Majun bekas, botol bekas, plastic,
filter solar, filter udara dan masih banyak lagi. Dari
limbah padat yang dihasilkan tersebut kesemuanya
tergolong limbah yang sangat berbahaya sehingga sistem
pengolahannya mengguanakan alat khusus dimana alat
tersebut sistem kerjanya seperti alat pemanas yang
dapat merubah limbah padat tersebut menjadi abu dan
limbah yang di hasilkan ke daerah jawa untuk di olah
karena dibali sistem pengolahan limbah ini belum ada
dalam kapasitas yang besar. Untuk limbah padat juga
dapat dipisahkan pada tempat sampah yang disediakan
seperti sampah organic, non organic dan sampah b3.
Proses Pengelolaan

Limbah Cair seperti Air, Solar


dan Oli
Limbah Padat B3
Limbah Padat Organik
SEKIAN DAN TRIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai