Anda di halaman 1dari 19

Nama Kelompok :

1. Ayu Rahmawati ( 43 )

2. Mirza Fauzan ( 44 )

3. Edhy Suwarso ( 45 )

4. Tri Wahyudi ( 49 )

5. Mochammad Sayyid M. ( 52 )
MASYARAKAT MADANI
DAN
KESEJAHTERAAN UMAT
Pengertian Masyarakat Madani

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,


masyarakat madani adalah masyarakat
yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai,
dan hukum yang ditopang oleh penguasaan
teknologi yang beradab, iman dan ilmu.
Menurut Umum, masyarakat madani
adalah masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari
masyarakat madani dengan firman-Nya dalam
Q.S. Saba ayat 15:

Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda


(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri
yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang
Maha Pengampun.
Konsep Masyarakat Madani

Konsep masyarakat madani merupakan


penerjemahan atau pengislaman konsep
civil society. Orang yang pertama kali
mengungkapkan istilah ini adalah Anwar
Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh
Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society
sebagai masyarakat madani merujuk pada
konsep dan bentuk masyarakat Madinah
yang dibangun Nabi Muhammad.
Masyarakat Madinah dianggap sebagai
legitimasi historis ketidakbersalahan
pembentukan civil society dalam
Antara Masyarakat Madani dan Civil
Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani
adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi
Islami. Menilik dari subtansi civil society
lalu membandingkannya dengan tatanan
masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society
di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan
di antara keduanya.
Karakteristik Masyarakat Madani

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif


kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan
yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh
kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi
oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis
masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara
karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu
memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan
pemerintah.
5. Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya
terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan
(trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan
lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam
perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut
adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui
adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai
landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat,
baik secara individu maupun secara kelompok
menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan
internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan
pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah
sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda
tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat
tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
7 Prasyarat Menjadi Masyarakat
Madani
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu,
keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human
capital) dan modal sosial (socail capital) yang
kondusif bagi terbentuknya kemampuan
melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan
terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar
kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai
bidang pembangunan; dengan kata lain
terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan
sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi
masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya untuk
terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu
kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat
dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam
masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai
perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang
memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum,
dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan
sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara
jaringan-jaringan kemasyarakatan yang
memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi
antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.
Peran Umat Islam Dalam
Mewujudkan Masyarakat Madani
Kualitas SDM Umat Islam

Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110


Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat
Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah
ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan
kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat
Islam yang dimaksud dalam Al-Quran itu sifatnya normatif, potensial,
bukan riil.
Posisi Umat Islam

SDM umat Islam saat ini belum mampu


menunjukkan kualitas yang unggul. Karena itu
dalam percaturan global, baik dalam bidang
politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan
dan teknologi, belum mampu menunjukkan
perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah
umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas
SDM nya masih rendah, juga belum mampu
memberikan peran yang proporsional. Hukum
positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum
Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga
belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-
tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
Sistem Ekonomi Islam dan
Kesejahteraan Umat
Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia
termasuk kegiatan sosial dan ekonomi haruslah
berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Setiap ikatan
atau hubungan antara seseorang dengan orang lain
dan penghasilannya yang tidak sesuai dengan
ajaran tauhid adalah ikatan atau hubungan yang
tidak Islami. Dengan demikian realitas dari adanya
hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam,
sebab hal ini berarti mengingkari tauhid. Menurut
ajaran Islam hak milik mutlak hanya ada pada Allah
saja. Hal ini berarti hak milik yang ada pada
manusia hanyalah hak milik nisbi atau relatif.
Allah melarang hak orang lain, sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S. al-Syuara ayat 183:
Artinya:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-
haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan;

Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan:


Artinya:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari
sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-
orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau
memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang
mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki
itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.
Banyak ayat-ayat Allah yang mendorong
manusia untuk mengamalkan sedekah,
antara lain Q.S. An-nisa ayat 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat
maruf, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. dan barangsiapa yang
berbuat demikian Karena mencari
keridhaan Allah, Maka kelak kami memberi
kepadanya pahala yang besar.
Peranan HAM dalam Islam
HAM menurut islam berprinsip menjunjung tinggi martabat manusia.
Di samping itu HAM menurut islam juga menghendaki adanya
persamaan, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan beragam,
dan jaminan sosial. Prinsip kebebasan menyatakan pendapat adalah
kebebasan yang dibimbing ajaran Allah, yaitu al-Quran menurut
sunnah rasul. Manusia bebas berbicara dan berprilaku sesuai dengan
ajaran Allah. Kebebasan menyatakan pendapat merupakan perwujudan
dari instruksi Allah. Prinsip hak atas jaminan sosial dalam prinsip ini
ditegaskan bahwa pada harta orang kaya terdapat hak fakir miskin.
Oleh karena itu, orang islam diharuskan membayar zakat.

Oleh karena itu, hak asasi manusia dalam islam tidak semata-mata
menekankan pada hak asasi manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi
kewajiban asasi manusia untuk mengabdi kepada Allah sebagai
penciptanya.
Demokrasi dalam Islam
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengkukuhkan
konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah (syura), persetujuan (ijma), dan penilaian
interpretatif yang mandiri (ijtihat).
Selain syura dan ijma ada konsep yang sangat penting dalam
proses demokrasi islam, yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim,
upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan
pemerintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Musyawarah,
konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat
penting bagi artikulasi demokrasi islam dalam kerangka Keesaan
Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-nya.
Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya,
namun lepas dari ramainya perdebatan maknanya di dunia islam,
istilah-istilah ini memberi landasan yang efektif untuk memahami
hubungan antara islam dan demokrasi.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai