RHINITIS ALLERGIKA
PEMBIMBING:
D R . B A M B A N G S U P R A Y O G I R . U T O M O , M B I O M E D . , S P T H T-
KL
DISUSUN OLEH:
I N TA N K A RT I K A S A R I
K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U P E N YA K I T T H T
PERIODE 3 APRIL 2017 6 MEI 2017
ABSTRAK
Rhinitis alergi adalah penyakit yang umum dikaitkan dengan asma dan
konjungtivitis
Gejala klasik : kongesti hidung, hidung terasa gatal, rhinorea, dan bersin
Anti histamin generasi kedua per oral dan kortikosteroid hidung adalah
pilihan utama terapi
Rhinitis dikenal sebagai proses radang mukosa rongga hidung yang diderita 40% populasi.
Rhinitis alergi kelainan yang terjadi lokal pada hidung dan saluran nafas atas, namun
penemuan terbaru menyatakan kelainan dapat terjadi pada seluruh komponen sistem
saluran pernapasan.
Faktor fisiologis, fungsional dan immunologis berkaitan dengan saluran napas atas dan
saluran napas bagian bawah.
Kedua saluran diatas memiliki epitel bersilian dengan sel goblet yang mensekresikan mukus,
berfungsi sebagai filter udara masuk dan melindungi struktur didalam saluran pernapasan.
Bagian submukosa dari dua bagian saluran pernapasan atas dan bawah : pembuluh darah,
kelenjar mukosa, sel syaraf, dan sel radang.
Alergen tidak hanya merangsang proses peradangan lokal pada saluran napas bagian atas
namun juga memicu proses peradangan pada saluran napas bagian bawah : asma dan
rhinitis sering terjadi bersamaan.
PATOFISIOLOGI
Menginfiltrasi
Rhinitis Mediator
jalur
Alergi Inflamasi
pernafasan
pelepasan mediator
radang seperti
gatal, rhinorea, histamin, leukotrien, T-Helper Th-2
sekresi mukus, yang bertanggung
dan kontraksi melepaskan sitokin
jawab pada
otot polos. vasodiltasi, memfasilitasi
peningkatan produksi IgE
permeabilitas
membran
KLASIFIKASI
Rhinitis diklasifikasikan berdasarkan etiologi, dimediasi oleh IgE, Infeksi, otonom, dan idiopatik.
Rhinitis alergi dikategorikan penyakit musiman. Pemicu seperti serbuk sari dapat terjadi musiman pada
daerah berikilim dingin, tapi terjadi sepanjang tahun pada daerah dengan iklim hangat, dan pasien
dengan beberapa alergi musiman dapat mengalami gejala sepanjang tahun.
Rhinitis alergi juga diklasifikan berdasarkan durasi gejala (berulang, terus menerus), dan
keparahan gejala (Ringan, menengah dan Parah).
Rhinitis diklasifikasikan berulang bila total gejala yang terjadi kurang dari 6 minggu, dan terus
menerus bila terjadi gejala sepanjang tahun.
Rhinitis di klasifikasikan sebagai gelaja ringan bila pasien dapat tidur dengan normal dan dapat
melakukan pekerjaan secara normal (kerja biasa dan sekolah).
Gejala diklasifikasikan berat atau sedang bila gejala nerpengaruh signifikan tidur, dan aktifitas
normal pasien, atau bila sangat mengganggu.
Sangat penting untuk mengklasifikasikan keparahan gejala dan durasi, untuk menentukan
penanganan pada pasien.
KLASIFIKASI
ETIOLOGI
DIAGNOSA & PEMERIKSAAN
Gejala klasik rhinitis alergi : kongesti hidung, gatal pada hidung, rhinorea,
dan bersin bersin
Riwayat lingkungan : serbuk sari, hewan berbulu, karpet, menghisap tembakau, kelembaban
udara rumah, penggunaan obat obatan khusus (beta blocker, NSAID, asam asetilsalisikat,
ACE inhibitor, dan terapi hormon)
obat obatan rekreasional: kokain dapat memicu timbulnya gejala
pengobatan yang sedang atau yang terakhir dikonsumsi.
Latar belakang keluarga pasien tentang penyakit atopi, dampak dari
gejala klinis pada kualitas hidup, dan kemunculan komorbiditas seperti
asma, pernapasan mulut, mengorok, kesulitan napas pada saat tidur,
keterkaitan sinus, otitis media, dan polip hidung.
Pengujian
dilakukan
Cara: ekstrak dengan Alternatif lain:
Skin Prick Test alergen tertentu menggunakan allergen spesifik
15-20 menit
metode primer pada kulit alergen relevan IgE
respon wheal-
untuk lengan bawah dengan memberikan
dan-flare akan
mengidentifikasi atau belakang lingkungan pengukuran in-
terjadi jika tes
pemicu spesifik dimasukan ke pasien vitro dari status
positif.
rhinitis alergi dalam (misalnya, immunologis IgE
epidermis. serbuk sari, bulu sebagai respon
binatang, jamur
dan tungau).
PENANGANAN
Pilihan terapi :
Antihistamin oral
Intranasal
Kortikosteroid
Antagonis reseptor leukotrien
Imunoterapi alergen
Terapi lain yang mungkin dapat berguna untuk pasien tertentu :
Dekongestan
Kotikosteroid oral
Rhinitis alergi dan asma muncul sebagai kombinasi penyakit saluran
pernapasan pengobatan asma merupakan pertimbangan penting
MENGHINDARI ALERGEN
Sedatif antihistamin
generasi pertama: Memiliki dampak
negatif pada fungsi
dipenhydramine, kognitif dan fungsional.
chlorpheniramine juga
{generasi pertama
efektif dalam tidak
meredakan gejala direkomendasikan}
klinis
KORTIKOSTEROID HIDUNG
Kortikosteroid hidung lini pertama gejala ringan sampai menengah dan berat. dapat
digunakan sendiri atau dengan kombinasi dengan anti histamin oral
kortikosteroid hidung mengurangi proses radang dari mukosa hidung, mengurangi
proses patologis mukosa hidung
kortikosteroid hidung lebih superior dibandingkan dengan antihistamin dan
leukotriene reseptor antagonis dalam mengontrol gejala klinis rhinitis alergi,
termasuk kongesti hidung, dan rhinorea
kortikosteroid hidung juga menunjukan adanya perbaikan pada gejala klinis mata dan
menurunkan gejala klinis pada saluran napas bawah pada pasien dengan gejala klinis
kombinasi asma
Efek samping: kortikosteroid intranasal adalah iritasi hidung dan rasa menyengat.
Namun, Efek samping biasanya dapat dicegah dengan membidik semprotan sedikit
menjauh dari septum hidung
Pasien rhinitis alergi yang memiliki
gejala rhinitis alergi menengah sampai
berat membutuhkan kortikosteroid
hidung
L EUK O T R IEN E A NT A G O NI S T R ES EPT O R
Leukotriene receptor antagonists (LTRA) montelukast dan zafirlukast juga efektif dalam pengobatan
rhinitis allergi
namun, mereka tidak begitu efektif seperti intranasal kortikosteroid
studi jangka pendek menemukan kombinasi LTRA dan antihistamines untuk selefektif intranasal kortikosteroid.
Studi jangka panjang telah menemukan intranasal Kortikosteroid lebih efektif daripada kombinasi
yang lain untuk mengurangi waktu tidur dan gejala hidung.
LTRA harus dipertimbangkan ketika antihistamines atau intranasal Kortikosteroid tidak ditoleransi
dengan baik atau tidak efektif dalam mengontrol gejala rhinitis allergi.
Jika kombinasi terapi pengobatan dengan antihistamin lisan, intranasal corticosteroid dan LTRA tidak
efektif atau tidak ditoleransi, maka allergen immunotherapy harus dipertimbangkan.
IMUNOTERAPI ALERGEN
Rhinitis alergi adalah gangguan umum yang secara signifikan dapat berdampak pada penurunan
kualitas hidup pasien.
Diagnosis dilakukan melalui analisa riwayat kesehatan yang komprehensif dan pemeriksaan
fisik,
Tes diagnostik lebih lanjut dengan menggunakan skin prick test atau tes IgE alergen tertentu
biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi bahwa alergi yang mendasari menyebabkan
timbulnya rhinitis tersebut.
Pilihan terapi yang tersedia untuk pengobatan alergi rhinitis efektif dalam mengelola gejala dan
umumnya aman dan ditoleransi dengan baik.
Generasi kedua antihistamin oral dan kortikosteroid intranasal adalah andalan pengobatan
untuk gangguan ini.
imunoterapi alergen serta obat lain seperti dekongestan dan kortikosteroid oral mungkin berguna
dalam kasus tertentu.