Anda di halaman 1dari 53

Skenario 1

KOK LESU ?
HIPOTESIS
Ada hubungan antara anemia mikrositik
hipokrom dengan investasi parasit
Ada hubungan keluhan pasien dengan
kebiasaan pribadi
Tujuan pembelajaran
1. Definisi, klasifikasi dan etiologi
anemia
2. Proses pembentukan eritropoiesis
dan patofisiologi anemia
3. Manisfestasi klinis dan diagnosa
anemia
4. Tatalaksana anemia
5. Komplikasi anemia
DEFINISI ANEMIA
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2009)

Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)


sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid II, Edisi VI)

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin,


hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal. Anemia
sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah Karena kondisi
patologis. (Depkes RI, 2007)

Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan


kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam
tubuh manusia. (World Health Organization, 2012)
KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi Anemia Menurut
Etiopatogenesis
A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit
dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
Anemia aplastik
Anemia mieloptisik
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada
gagal ginjal kronik
B. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik
C. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
Gangguan membran eritrosit (membranopati)
Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
Thalassemia
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik mikroangiopatik
Klasifikasi Anemia secara morfologi

1. Anemia Hipokromik-Mikrositik.

2. Anemia Normokromik-Normositik

3. Anemia Makrositik
Anemia Anemia
Anemia
hipokromik- normokromik-
makrositik
mikrositik normositik

1 2 3
Contoh: Contoh: A. Megaloblastik,
- Anemia pasca contoh:
- Anemia perdarahan akut - Anemia defisiensi
defisiensi Fe - Anemia aplastik Folat,
- Thalasemia - Anemia hemolitik - Anemia defisiensi
- Anemia akibat - Anemia akibat vitamin B12
penyakit kronik B. Nonmegaloblastik
Penyakit Kronik - Anemia pada GGK contoh:
- Anemia - Anemia pada sindrom - Anemia pd peny.
sideroblastik mielodisplastik Hati kronis
- Anemia pd
hipotiroid

MCV <80 fl; MCV 80 -95 fl MCV > 95 fl


MCH <27 pg MCH 27-34 pg

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.


2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta :
Interna Publishing
ETIOLOGI
ETIOLOGI ANEMIA
1.Meningkatnya kehilangan sel darah merah
2.Penghancuran SDM dalam sirkulasi
3. Menurunnya Produksi SDM
4. Kelainan dari SDM yang bersifat herediter
Hemoglobinopati (Sickle sel anemia)
Gangguan membran SDM (Sferositosis heriditer)
Gangguan sisntesis globin (Talasemia)
Proses Eritropoetin
diferensia
Tempat
Sel stem si Berbagai sel
produksi sel
hemopoietik stem
darah merah
pluripoten commited

menghasilk Unit
Basofil an pembentuk
Proeritroblast koloni eritrosit
eritroblast
(CFU-E)

Polikromatofil Ortokromatik
eritroblast Retikulosit
eritroblast

ERITROSIT

Fisiologi Manusia,Lauralee Sherwood, edisi


Patofisiologi Anemia
Gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsum tulang

Gangguan fungsi Depresi


ginjal Keganasan tulang

Produksi Gangguan
ANEMIA eritrosit pembentukan
menurun eritrosit
Kehilangan darah keluar tubuh
(pendarahan)

Pendarahan Tidak
Trauma yang berlebih terkontrol

Kehilangan
ANEMIA komponen
darah
Proses penghancuran eritrosit dalam
tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

Absobsi fe, Kehilangan


B12, asam folat komponen Eritrosit tidak
berkurang pembentukan sempurna
eritrosit

Eritrosit
ANEMIA hemolisis mudah
pecah

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.


2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta :
Interna Publishing
Manifestasi klinis
Anemia
Gejala Anemia dibagi
menjadi 3 golongan besar
yaitu :

1. Gejala Umum Anemia


2. Gejala Khas Masing-masing Anemia
3. Gejala Akibat Penyakit Dasar

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia atau sindrom
anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis Anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu.

Gejala ini timbul karena anoksia organ


target dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan hemoglobin.
Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang
terkena adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler : lesu, cepat lelah,
palpitasi, takikardi. Sesak nafas saat
beraktifitas, angina pektoris
b. Sistem Saraf : sakit kepala, pusing,
telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas
c. Sistem Urogenital : gangguan haid dan
penurunan libido
d. Epitel : warna pucat pada kulit
2. Gejala khas masing-masing anemia

a. Anemia Defisiensi Besi : Disfagia, Atrofi


Papil Lidah, Stomatitis Angularis (cheilosis),
Koilonikia

Atrofi Papil
Lidah

Stomatitis Angularis
Koilonikia
(Cheilosis)

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
b. Anemia Defisiensi Asam Folat : lidah
merah (buffy tongue)
c. Anemia Hemolitik : ikterus dan
hepatosplenomegali
d. Anemia Aplastik : perdarahan pada
kulit dan tanda-tanda infeksi

IKTERUS
3. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala ini timbul karena penyakit-
penyakit yang mendasari anemia tersebut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang
berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami.
Pemeriksaan fisik

ANEMIA
Keadaan Umum
lemah,
lesu
cepat lelah
mata berkunang-kunang
telinga mendenging
Konjungtiva anemis
cheilitis
Gejala Khas Defisiensi Besi
a. Koilonychia
b. Atrofi papil lidah
c. Stomatitis angularis (cheilosis)
d. Disfagia,
Pemeriksaan Penunjang
Eritrosit
Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen
ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif
selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan.

Pria 4,6 6,2 jt/mm3

Wanita 4,2 5,4 jt/mm3


Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul di dalam
eritrosit (sel darah merah) dan bertugas
untuk mengangkut oksigen

Wanita 12-16 gr/dL

Pria 14-18 gr/dL

Anak 10-16 gr/dL

Bayi baru lahir 12-24gr/dL


Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persentase zat
padat (kadar sel darah merah, dan Iain-
Iain) dengan jumlah cairan darah.

Anak 33 -38%

Pria dewasa 40 48 %

Wanita dewasa 37 43 %
Trombosit
Trombosit adalah komponen sel darah yang
berfungsi dalam proses menghentikan
perdarahan dengan membentuk gumpalan.

N:200.000-400.000
Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang
berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalan tubuh.

Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3

Bayi/anak 9000 12.000/mm3

Dewasa 4000-10.000/mm3
Hitung Jenis Leukostit
Leukosit Nilai Normal

Basofil 0-1

Eusinofil 1-3

Neutrofl Batang 2-6

Neutofil Segmen 40-60

Monosit 2-8

Limfosit 20-40
MCV (mean cell volume / mean corpuscular volume)

Adalah volume rerata eritrosit (n 78100 fl),


Rumus : Ht/SDM(juta/uL) x 10 fl
Interpretasi:
MCV < normal Mikrositik
MCV > normal Makrositik
MCV = normal Normositik
MCH (mean corpuscular
hemoglobin /mean cell hemoglobin)

Jumlah rerata Hb yang terdapat SDM


Rumus: Hb/SDM (juta/uL) x 10 pg
n = 27 31 pg

MCH:Defisiensi besi, thallasemia


MCHC (Mean corpuscular
hemoglobin concentration)

Jumlah rerata konsentrasi Hb dalam 1 SDM


Rumus: Hb/Ht x 100 (% atau g/dL)
n = 32 36 g/dL

MCHC < normal Hipokrom


MCHC = normal Normokrom
RDW (Red Blood Cell Distribution Width)
Adalah variasi diameter SDM ( SDM: 6 8 um).
Nilai normal variasi: 11 15 %.

RDW > 15% terdapat variasi yg luas pd


diameter SDM. Mungkin disebabkan bentuk SDM
yg abnormal

RDW + MCV Anemia defisiensi Fe


RDW + MCV An defisiensi as.Folat/ B12
RDW + MCV N Anemia perdarahan, hemolitik
Serum Iron, TIBC dan Feritin
Serum Iron (SI) adalah pemeriksaan laboratorium yang
melakukan penghitungan langsung jumlah yg
berikatan
ke transferin.

Feritin cadangan besi tubuh.


TIBC (Total iron binding capacity atau Transferrin iron
binding capacity): pemeriksaan yang ditujukan untuk
mengukur kapasitas pengikatan besi dgn transferin.

Saturasi transferin : SI/TIBC Normal > 15%


TIBC
JikaSI

SI/TIBC <
15%

Feritin N Feritin

Def.Besi
Def.Besi
Berat
Farmakologi Anemia defisiensi
besi
Farmakologi

1. Terapi kausal

2. Preparat besi
Terapi Kausal
Pengobatan cacing Tambang :
1. Pyrantel pamoate
2. Mebendazol
3. Albendazol
Preparat Besi
Terapi Besi Oral
Sulfat ferosus, fumarat ferosus, glukonat
ferosus.

Terapi Besi Parenteral


iron dextran complex, iron sorbitol citric
acid, iron ferric gluconate, iron sucrose.
Terapi Besi Oral
Ferrous sulfat
3 x 200 mg selama 6 bulan
Dianjurkan diberikan sebelum makan
Efek samping berupa mual, muntah,
konstipasi
Untuk mengurangi efek samping, diberikan
setelah makan atau dosis dikurangi menjadi
3 x 100 mg
Terapi Besi Parenteral
Iron dextran complex
50 mg / ml
Pemberian subkutan atau intravena
Bukan pilihan pertama
Indikasi Pemberian besi
parenteral
1. Intoleransi besi oral
2. Gangguan pencernaan yang kambuh jika
diberikan preparat besi oral
3. Penyerapan preparat oral terganggu
misalnya pada gastrektomi
4. Kehilangan darah dalam jumlah besar
5. Kebutuhan besi yang besar dalam waktu
singkat (sebelum operasi)
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta : Interna
Publishing
Battista, Elisabetta. 2002. Crash Course Pharmacology ed 1.
Simgapore : Elsevier.
Non-farmakologi
Diet
Diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama
yang berasal dari protein hewani
Vitamin C
Vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi
Transfusi darah
Anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfusi darah
Indikasi : adanya penyakit jantung anemik dengan
ancaman gagal jantung, anemia yang sangat
simptomatik, pasien yang memerlukan peningkatan kadar
hemoglobin yang cepat
Jenis darah yang diberikan : Packed Red Cell (PRC)
Premedikasi : pemberian furosemid intravena

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta : Interna
Publishing
KOMPLIKASI ANEMIA
DEFISIENSI BESI
Decompensasi Cordis
Transport O2 menurun sehingga kebutuhan O2 tidak
terpenuhi -> Hipoksia pada sel dan jaringan ->
kompensasi dengan meningkatkan HR -> kerja
jantung meningkat -> beban jantung meningkat
dalam waktu yang lama -> otot jantung mengalami
hipertrofi -> kemampuan kompensasi menurun ->
decompensasi cordis

Hendrata, Lefrandt: Anemia Pada


Gagal Jantung, ejournal UNSRAT
Gagal Ginjal
Gagal ginjal akut (GGA) ditandai dengan
hilangnya secara mendadak kemampuan
ginjal untuk mengeksresi hasil metabolit,
konsentrasi urin, keseimbangan cairan dan
elektrolit.

Parestasi
Defisiensi Vit B12 Vitamin B12 penting
untuk memproduksi sel darah merah, dan
juga untuk kesehatan sistem saraf
Dismatur
Dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan
bertambah dan terjadi pula perubahan perubahan
dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah
banyak atau hidremia tetapi bertambahnya sel-sel
kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,
sehingga terjadi pengenceran darah, Kondisi viskositas
darah yang menurun ini menjadikan aliran darah yang
rendah pada ruangan intervillus
yok hipovolemik

uyton. Buku ajar fiaiologi kedokteran edisi 12 2015 saunders elsavier

Anda mungkin juga menyukai