antara Zt dan Zt+k setelah pengaruh dari variabel penggangu Zt-1,Zt-2,,Zt-k+1 dihilangkan. Koefisien autokorelasi parsial biasanya kk Corr ( Z t , Z t k | Z t 1 , Z t 2 ,..., Z dinotasikan dengan kkt. k 1 )
kk adalah koefisien korelasi antara dua buah
peubah acak Zt dan Zt-k dengan syarat Zt-1,Zt-2, ,Zt-k+1 (Cryer,1986). Metode umum yang sering digunakan untuk menghitung koefisien autokorelasi parsial adalah dengan persamaan Yule-Walker 1 k1 k 2 1 ......... kk k 1 2 k 1 1 k 2 ......... kk k 2 . . . . . . . . . . . . k k 1 k 1 k 2 1 ......... kk Koefisien autokorelasi parsial dapat diduga dengan menggunakan koefisien autokorelasi parsial dari sampel. Yakni dengan mengganti nilai pada persamaan Yule-Walker dengan r dan menghitung untuk k=1,2, untuk mendapatkan nilai kk dengan aturan Cramer. Identifikasi model ARIMA dilakukan dengan melihat pola yang ada dari ACF dan PACF data contoh. Tahapan identifikasi model : 1. Plot data deret waktu dan pilih tranformasi yang sesuai Dari plot data deret waktu dapat diketahui pola trend, musiman yang mungkin ada, outlier, variansi tak konstan, normalitas dan stasioneritas. Tranformasi yang dapat digunakan adalah Box-Coxs. 2. Hitung dan uji ACF dan PACF contoh. Jika ACF turun lambat dan PACF berbeda nyata pada lag satu lakukan differensi atau lakukan uji Dickey- Fuller. Diferensi biasanya dilakukan pada d=0,1,2. 3. Hitung dan uji ACF dan PACF contoh. Proses indentifikasi model tentatif ARIMA(p,d,q) dapat dilakukan dengan mengenal ciri-ciri ACF dan PACF suatu model ARIMA (Tabel 6.3). Jika ciri ACF dan PACF dari data yang stasioner dikenali maka dapat ditentukan model ARIMA(p,d,q) dari data. 4. Uji deterministik trend 0 Jika d>0 Specification of Some Simulated Time Series
The dashed horizontal lines in Exhibit 6.5, plotted at = 0.1826,
are intended to give critical values for testing whether or not the autocorrelation coefficients are significantly different from zero. Nonstationarity
For nonstationary series, the sample ACF typically fails to die