Claudia Susanto
406148133
Abses Leher Dalam
Abses leher dalam terbentuk di dalam
ruang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalaran infeksi dari
berbagai sumber, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah
dan leher.
Peritonsil/peritonsilar
peri di dekat/di sekitar/di sekeliling
peritonsilar terletak di sekitar tonsil
ETIOLOGI
Kuman penyebab yang paling sering dijumpai adalah
spesies aerob maupun anaerob gram positif yang biasa
didapatkan pada kultur
aerob : - Streptokokus beta hemolitik grup A
- Staphylokokus aureus
- Haemophylus influenzae
anaerob : - bacteriodes sp
- fusobacterium sp
Usia : < 5
Tahun
Pemeriksaan penunjang
foto rontgen jaringan lunak leher lateral.
Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring
(level C2) lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa serta
pelebaran retrotrakeal (level C6) lebih dari 14 mm pada anak
dan lebih dari 22 mm pada orang dewasa.
Dapat terlihat berkurangnya lordosis vertebra servikal akibat
spasme dari otot prevertebral.
Tatalaksana
Terapi berupa medikamentosa dan bedah
Terapi medikamentosa ANTIBIOTIK dosis
tinggi diberi secara parenteral
Selain itu dilakukan pungsi dan insisi
abses melalui laringoskopi langsung
dalam posisi pasien baring Trendelenburg.
Pasien dirawat inap sampai gejala dan
tanda infeksi reda.
Komplikas
i
(1)penjalaran ke ruangparafaring, ruang vaskuler
visera
(2)Mediastinitis
(3)obstruksi jalan napas sampai asfiksia
(4)Bila pecah spontan, dapat menyebkan
pneumonia dan abses paru.
Prognosis
Prognosis umumnya baik jika abses
retrofaringeal diidentifikasi segera,
ditangani secara agresif, dan
komplikasi tidak terjadi. Tingkat
kematian bisa setinggi 40-50% jika
pasien mengalami komplikasi serius.
Abses parafaring
Abses parafaring
Abses parafaring yaitu peradangan
yang disertai pembentukan pus pada
ruang parafaring.
Ruang parafaring dapat mengalami
infeksi secara langsung akibat
tusukan saat tonsilektomi, limfogen
dan hematogen.
Abses
Parafar
ing
o Ruang berbentuk seperti corong ,dasarnya terletakpada dasar
tengkorak pada setiap sisi berdekatan dengan foramen jugularis
dan apeksnya pada kornu mayor tulang hyoid.
o Batas bagian dalam ramus asenden mandibula dan perlekatan
otot pterigoideus media dan bagian posterior kelenjar parotis.
o Batas bagian dorsal terdiri dari otot-otot prevertebra.
o Setiap fosa dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besar oleh
prosesus stiloideus dan perlekatan otot-otot.
o Bagian anterior(prestiloideus) merupakan bagian yang lebih besar. Dan
bagian ini dapat terkena proses supuratif sebagai akibat dari tonsil yang
terinfeksi,beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, karies gigi, dan
pembedahan.
o Bagian posterior yang lebih kecil terdiri dari arteri karotis interna,
venajugularis, saraf vagus, dan saraf simpatis. Bagian ini dipisahkan
dari spatium retrofaring oleh selaput fasia yang tipis.
Patofisiologi
Riwayat penyakit
Gejala dan tanda klinik.
Terapi
Antibiotik dosis tinggi secara parenteral kuman aerob
dan anaerob. Evakuasi abses harus segera dilakukan bila
tidak ada perbaikan dengan antibiotika dalam 24-48 jam
dengan cara eksplorasi insisi dari luar dan intra oral
Komplikasi
Proses peradangan dapat menjalar
secara hematogen, limfogen, atau
langsung (per kontinuitatum) ke daerah
sekitarnya. Penjalaran ke atas dapat
mengakibatkan peradangan intrakranial,
ke bawah menyusuri selubung karotis
mencapai mediastinum.
Abses juga dapat menyebabkan
kerusakan dinding pembuluh darah.
Abses submandibula
Abses
Submandibula