Evaluasi Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Pada Ny
Evaluasi Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Pada Ny
MIRANIE SAFARINGGA
Data Subyektif
Istri Suami
Nama : Ny N Nama : Tn S
Umur : 24 tahun Umur : 32 tahun
Suku : Minang Suku : Minang
Agama : Islam Agama
: Islam
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan: SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat : S. garinggiang Alamat : S. Gariggiang
Keluhan masuk ruang bersalin :
Pasien hamil anak kedua, masuk UGD RSUD
Pariaman rujukan dari bidan pukul 10.15 wib
dengan keluhan keluar air-air banyak sejak
pukul 08.00 pagi .Pembukaan lengkap.Ibu
telah dipimpin mengedan selama 2,5 jam.
Indikasi rujukan, kala dua memanjang. Ibu
G2P0A1H. HPHT 03-07-2016 TP 10-04-2017.
Usia kehamilan 40 minggu. Infus terpasang
RL 20 tts/menit.
Hasil Observasi Tanggal 11 April 2017 Pukul
10.45 Wib
Subjektif :
Pasien mengatakan letih dan ingin segera melahirkan
Pasien merasa cemas dengan tindakan vakum yang akan
dilakukan
Objektif :
Vakum ekstraksi dilakukan atas indikasi kala dua
memanjang
Bayi lahir pukul 10.55 wib, jenis kelamin laki-laki, BB 2800
gr, PB 47 cm
Penilaian bayi segera, ada upaya bernafas dan bayi
menangis, Apgar score 7/8
Plasenta lahir spontan dan lengkap, panjang tali pusat 50
cm, insersi sentralis
Kontraksi uterus baik
Pasien diberi induksin 1 amp iv/bolus, pospargin 1 amp
iv/bolus
Perdarahan normal
IUFD RL drip induksin : pospargin 1:1 20 tt/mnt
Luka laserasi derajat dua dijahit
Keadaan umum ibu sedang
ASSESMENT
Ibu P1A1H1 Partus kala IV post vakum
ekstraksi.
PLANING
Kontrol tanda-tanda vital, kontraksi dan perdarahan
Anjurkan ibu untuk inisiasi menyusui dini
Anjurkan ibu makan dan minum
Anjurkan ibu untuk beristirahat
KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN
Pada kasus ini, pembukaan sudah lengkap dan telah
dipimpin meneran selama 2,5 jam oleh bidan namun bayi
tidak lahir hingga di rujuk ke ruang bersalin RSUD
Pariaman.. Tiba di ruang bersalin ibu tampak lelah, lemah,
sedikit pucat, ketuban sudah pecah dan kekuatan his
sedang. Tidak ada upaya meneran volunteer yang
dilakukan ibu.
Sumirah(2008) menyebutkan partus lama merupakan salah
satu indikasi dalam episiotomi. Episiotomi adalah tindakan
yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anestesia
lokal adalah bagian dari asuhan sayang ibu. Namun dalam
kasus ini tidak sesuai dengan teori yang disebutkan karena
episiotomi dilakukan tanpa anestesi. Sulistyawati(2010)
menyatakan bahwa episiotomi dilakukan dengan anestesi
untuk memberikan kenyaman pada ibu sebagai tindakan
asuhan sayang ibu.
Peran bidan sebaiknya tetap berfokus terhadap pemenuhan
kebutuhan ibu bersalin dan upaya meminimalisir trauma
maternal, seperti penjelasan yang tepat dan jelas terhadap
prosedur tindakan yang akan dilakukan dan memperoleh
persetujuan dari pasien, pemenuhan kenyamanan ibu,
pengurangan nyeri serta pencegahan infeksi.
Selain itu pemberian dukungan emosional dan
psikologis ibu serta pendampingan sebagai bentuk
Asuhan Sayang ibu belum terlaksana. Pasalnya keluarga
ibu tidak di izinkan seorang pun ikut mendampingi.
Sehingga kebutuhan emosional ibu tidak terpenuhi.
Adanya support dalam menjalani prosedur tindakan akan
bermanfaat untuk mencegah ibu mengalami depresi
post partum pada masa postpartum. Seperti halnya yang
dinyatakan oleh Creedy et al, 2006 dalam Gamble, et al,
2007, bahwa prosedur melahirkan yang tidak sesuai
harapan, dramatis atau sangat menyakitkan akan
berkontribusi menimbulkan gejala stress akut. Stress dan
trauma persalinan tersebut pada beberapa wanita akan
bisa diadaptasi, namun bagi sebagian wanita bisa
berkembang menjadi depresi masa postpartum.
Table Ceklist Asuhan Sayang Ibu
Tindakan Asuhan Sayang Ibu Ada tidak
1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan
intervensi tanpa ada indikasi.
3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi
pada keselamatan jiwa ibu.
4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara
emosional.
7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang
cukup.
8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan
keputusan.
9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/
keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit
Kesimpulan