Anda di halaman 1dari 90

Asuhan Keperawatan

Ibu Hamil, Remaja,


dan Anak pada
HIV/AIDS
PERILAKU REMAJA,
NARKOBA DAN HIV
AIDS
APA SICH REMAJA ?
Remaja Adalah :
Batasan Usia antara
13 - 21 Tahun
(Pakar psikologi
Drs. Andi Mappiare)
Perilaku kenakalan Remaja
Perkelahian pelajar antar sekolah
Kebiasaan Merokok, menyalahgunakan
narkoba
Menyalahgunakan obat perangsang, melihat
Film dewasa yang memicu tindakan asusila
Kebebasan bergaul tanpa adanya
pengawasan yang memicu tindakan anarki
atau Brutal
Perjudian di kalangan remaja
TAPI..
Tidak bisa dikatakan
mutlak sepenuhnya
bahwa remajalah yang
bersalah
Karena Remaja
sebelum menginjak
masa remajanya tentu
melewati masa anak
anak yang taklepas dari
bimbingan orang tua
dan juga keberadaan
lingkungan setempat
UNTUK ITU UNTUK MENCEGAH DAN
MENGURANGI KENAKALAN PADA
REMAJA PERLUNYA PENDIDIKAN
TENTANG DAMPAK PEMAKAIAN
NARKOBA DAN BAHAYA HIV AIDS
Mengapa Seseorang Memakai Drugs

Tradisi : sebagai bagian dari upacara adat.

Pengobatan diri : untuk mengatasi rasa cemas, takut, dan depresi.

Penawar rasa sakit : untuk meringankan rasa sakit fisik.

Kesenangan : untuk dampak yang menyenangkan, untuk senang-


senang.

Gaya hidup : agar dapat diterima oleh kelompok sesama.

Melupakan masalah : untuk menghilangkan kesengsaraan dan


ketidakberuntungan.

8
Tahapan Pengguna Napza
USER : Pemakai
Pemakaian Sekali-sekali, coba-coba, tanpa masalah berarti. Semua aspek
kehidupan normal- normal saja.

ABUSER : Penyalahguna
Pemakaian agak bermasalah, menggunakan cukup rutin. Sebagian aspek
kehidupan mulai/amat terganggu.

ADDICT : Pecandu
Pemakaian bermasalah, menggunakan sangat rutin hingga setiap hari. Segala
aspek kehidupan rusak. Seolah hidup untuk pakaw, dan pakaw untuk
hidup.

9
Telur Adiksi
Telur Adiksi merupakan sebuah mata rantai
yang tidak dapat terpisahkan. Telur Adiksi
terdiri dari drugs, uang, seks, virus
HIV/AIDS, Hepatitis C & IMS (Infeksi
Menular Seksual), kekerasan, dan
kriminalitas.

10
Putus Zat (Withdrawal)
Keadaan penghentian atau pengurangan penggunaan drugs
yang sebelumnya sudah digunakan dalam jumlah besar dan
dalam jangka waktu lama secara terus- menerus.

Menimbulkan gejala fisik dan mental.


Contoh : gelisah, kesulitan tidur, pusing- pusing, mual, muntah,
cemas, depresi, tubuh serasa ditusuk-tusuk jarum, keringat
dingin.

Gejala tersebut dalam bahasa pergaulan disebut


sakaw/wakas.

11
Kekambuhan Kembali (Relapse)

Alasan seseorang relapse :


Menghentikan penggunaan drugs bukan atas keputusan

sendiri, misalnya : dipaksa menjalani terapi atau


rehabilitasi.
Dosis napza pengalih terlalu rendah

Kembali merasa bahwa tidak ada bahaya yang besar dari

penggunaan napza.
Stres emosi

Tekanan dari kelompok atau teman-teman yang mendorong

untuk memakai napza kembali.

12
Faktor Penyebab Relapse (Trigger)

Faktor Internal (Gangguan Kepribadian)


Suasanana hati yang negatif (bosan, cemburu, marah, kesepian)

Pikiran Negatif (kurang percaya diri, mengasihanni diri sendiri,

bertindak tanpa memikirkan akibatnya, penyangkalan)

Faktor Eksternal (Lingkungan)


Orang (People). Teman pecandu yang masih aktif, dll.

Tempat (Place). Diskotik, rumah bandar, dll.

Benda (Thing). Insulin, papir, alat hisap (bong)

13
Detoksifikasi

Metode Detoksifikasi : suatu proses pengenyahan drugs dari


tubuh
Farmakoterapi (Subtitusi) : mengganti napza yang dipakai

pengguna (Methadone, Subutex, Naltrexon).


Konvensional (tanpa obat) : peacandu melewati masa putus zat

(withdrawal) secara alamiah / tanpa menggunakan obat (cold


turkey)

14
Rehabilitasi
Rehabilitasi : Pengobatan berbasis abstinens. Proses
pemulihan mental, emosional dan spiritual seorang
pecandu agar dapat mencapai tingkat kstabilan
berpikir, bertindak, dan mampu untuk berfungsi
kembali di masyarakat secara normal. (religi, TC, NA,
, medis berbasis di rumah sakit)

15
BAHAYA HIV DAN AIDS
PADA REMAJA
H - Virus hanya dapat
Human menginfeksi manusia

Virus, membuat tubuh


I - manusia turun sistem
Immuno- kekebalannya ,
sehingga tubuh gagal
melawan infeksi
deficiency
Virus,karakteristiknya
mereproduksi diri
V - sendiri didalam sel
Virus manusia
AIDS
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROM
Kumpulan gejala
penyakit akibat
menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh
karena adanya HIV
didalam tubuh
SIAPA YANG DAPAT TERINFEKSI HIV?

TIDAK BISA DIPASTIKAN DARI


KONDISI FISIK

ORANG DENGAN HIV+ TERLIHAT


SEHAT DAN MERASA SEHAT

ORANG DENGAN HIV+ TIDAK TAHU


BAHWA DIRINYA SUDAH TERINFEKSI

TES HIV ADALAH SATU-SATUNYA CARA


UNTUK MENDAPATKAN KEPASTIAN
BAHAYA HIV PADA REMAJA
Pacaran Remaja
Penggunaan Narkoba
atau zat adiktif
Menyuntik Narkoba
dapat tertular HIV
Membuat Tato atau
Tindik
BAHAYA HIV

HIV tidak dapat disembuhkan


Orang HIV Menjadi AIDS
Banyak kasus meninggal karena AIDS
ARV
HIV PADA
ANAK
Oleh : Mirza
PENDAHULUAN

Meski pada mulanya diperkirakan infeksi HIV


(Human immunodeficiency virus) terjadi pada
laki-laki homoseksual, epidemi virus HIV terus
mengenai populasi yang lebih luas.

Sekitar
95% pasien terinfeksi HIV tinggal di
negara berkembang

Lebihdari 90% anak terinfeksi HIV dibawah 15


tahun mendapat infeksi dari ibu mereka selama
kehamilan, persalinan atau menyusui
TRANSMISI HIV dan
MENYUSUI
Transmisi
HIV bisa terjadi selama kehamilan,
melahirkan, atau melalui menyusui.

Caraterbaik untuk mencegah penularan infeksi HIV


secara umum, terutama pada ibu hamil dan
mencegah kehamilan tidak terencana pada ibu
dengan HIV positif.

Resiko tambahan terhadap penularan HIV melalui


pemberian ASI antara 5 20 %. HIV dapat ditularkan
melalui ASI selama proses laktasi, sehingga tingkat
infeksi pada bayi yang menyusu meningkat seiring
dengan lamanya menyusui
PENATALAKSANAAN HIV pada
ANAK
Gambaran klinis infeksi HIV pada anak sangat
bervariasi. Beberapa anak dengan HIV (+)
menunjukkan keluhan dan gejala terkait HIV
yang berat pada tahun pertama kehidupannya.

Anak dengan HIV (+) lainnya mungkin tetap


tanpa gejala atau dengan gejala ringan selama
lebih dari setahun dan bertahan hidup sampai
beberapa tahun.
Jika ada alasan untuk menduga infeksi HIV
sedangkan status HIV anak tidak diketahui, harus
dilakukan konseling pada keluarganya dan tes
diagnosis untuk HIV harus ditawarkan

Diagnosis bayi yang terpajan pada masa perinatal


dan pada anak kecil sangat sulit, karena antibody
maternal terhadap HIV yang didapat secara pasif
mungkin masih ada pada darah anak sampai umur
18 bulan.
Infeksi HIV pada anak, menurut WHO, dibagi menjadi beberapa
stadium, yaitu :
1. Stadium 1.
2. Stadium 2.
3. Stadium 3.
4. Stadium 4.

Penatalaksanaan HIV disertai dengan pemberian obat


Antiretroviral (ARV), yang kini tersedia makin meluas dan
mengubah dengan cepat perawatan HIV/AIDS.

Obat ARV tidak menyembuhkan HIV, tetapi dapat menurunkan


kesakitan dan kematian secara dramatis, serta memperbaiki
kualitas hidup pada orang dewasa maupun anak.
Kapan mulai pemberian ART

Sekitar 20 % dari bayi yang terinfeksi HIV di Negara berkembang akan


menjadi AIDS atau meninggal sebelum umur 12 bulan (dengan kontribusi
nyata dari infeksi PCP pada bayi < 6 bulan yang tidak mendapat
Pengobatan dengan kotrimoksasol).

Pengobatan secara dini (walaupun dalam periode terbatas) pada masa


infeksi primer pada bayi mungkin bisa memperbaiki perjalanan penyakit.
Di Negara berkembang, keuntungan pengobatan dini ARV pada anak,
diimbangi dengan masalah yang akan timbul seperti ketaatan berobat,
resistensi dan kesulitan diagnosis. Keuntungan klini yang nyata
dibuktikan dengan uji klinis dibutuhkan sebelum merekomendasikan
pengobatan dini ART
Tindak Lanjut Jangka
Panjang
Petugas medis harus melihat anak minimal
setiap 3 bulan
Petugas non medis ( yang ideal adalah pemberi
obat ARV, seperti ahli farmasi, yang akan menilai
kepatuhan pengobatan dan member konseling
agar patuh ) harus melihat anak setiap bulan.
Anak harus lebih sering diperiksa, lebih baik oleh
seorang petugas klinis, jika secara klinis tidak
stabil.
Efek samping spesifik obat
ARV
Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
Obat Efek samping Komentar
Lamivudine 3TC Sakit kepala, nyeri perut, Mudah ditoleransi
pancreatitis
Stavudine D4T Sakit kepala, nyeri perut, Suspense dalam jumlah
neuropati besar, kapsul dapat dibuka.

Zidovudine ZDV (AZT) Sakit kepala, anemia Jgn gunakan dgn d4T (efek
ART antagonis)

Abacavir ABC Reaksi hipersensitivitas Tablet dapat digerus


demam, mukositis, ruam :
hentikan pengobatan

Didanosine Ddl Pancreatitis, neuropati Beri antacid pada lambung


perifer, diare dan nyeri perut yang kosong
Efek samping spesifik obat
ARV
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI)
Efavirens EFV Mimpi aneh, Minum pada
mengantuk, ruam malam hari,
hindari obat

dengan makanan
berlemak.

Nevirapine NVP Ruam, keracunan Pemberian


hati bersamaan dengan
rifampisin,
tingkatkan dosis
NVP hingga 30%,
atau hindari.
Efek samping spesifik obat
ARV
Protease Inhibitors (PI)
Lopinavir/ritonav LPV/r Diare, mual Minum bersama
ir muntah, makanan, rasa
NFV Diare,
Nelfinavir pahit
SQV ruam
Sequinavir
Diare, rasa tidak Minum bersama
makanan
enak di perut
Minum dalam
waktu 2 jam
setelah makan
Tabel Definisi klinis dan CD4
untuk kegagalan ART pada anak
Kriteria Klinis Kriteria CD4

Tidak adanya atau penurunan Kembalinya CD4% jika < 6 tahun


pertumbuhan pada anak dengan (% atau hitung CD4 jika umur 6
respon pertumbuhan awal tahun) pada atau dibawah data
terhadap ARV dasar sebelum terapi, tanpa ada

Hilangnya neurodevelopmental penyebab yang lain.


milestones atau mulainya gejala CD4% turun 50% dari puncak
ensefalopati jika < 6 tahun (% atau nilai

Keadaan pada stadium klinis 4 absolute jika umur 6 tahun),


yang baru atau kambuh tanpa ada penyebab yang lain.
Obat perlu diganti dengan yang
lain bila terdapat :
Keadaan toksik seperti, sindrom Stevens
Johnson, keracunan hati berat, perdarahan
yang berat.
Interaksi obat (pengobatan tuberculosis
dengan rifampicin mengganggu NVP atau PI)
Kemungkinan ketidak-patuhan pasien jika dia
tidak dapat mentoleransi rejimen obat
Kapan mengubah ke lini
kedua?
Jika tidak tersedia CD4 rutin atau pemeriksaan virology,
keputusan tentang kegagalan pengobatan harus dibuat
berdasarkan kemajuan klinis dan penurunan CD4
sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel diatas.
Pada umumnya, pasien harus menerima ART selama 6
bulan atau lebih dan masalah kepatuhan harus diatasi
sebelum menentukan kegagalan pengobatan dan
mengubah rejimen ARV.
Keadaan memburuk karena immune reconstitution
syndrome (IRIS), bukan merupakan alasan untuk
mengubah pengobatan.
Penanganan Lainnya Untuk
Anak Dengan HIV-Positif
Imunisasi
Pencegahan dengan Kotrimoksazol
Nutrisi
TATALAKSANA KONDISI
TERKAIT HIV
1. Tuberkulosis
Obati tuberculosis pada anak infeksi HIV dengan
obat Anti TBC yang sama seperti pada anak tanpa
infeksi HIV, tetapi gantikan Tioasetazon dengan
antibiotic lain. Tioasetazon dihubungkan dengan
resiko tinggi terjadinya reaksi kulit yang berat dan
kadang-kadang fatal pada anak dengan infeksi HIV
ini.
Reaksi ini dapat dimulai dengan gatal, tetapi
berlanjut menjadi reaksi yang berat.
2. Pneumocystis Jiroveci (carinii)
pneumonia (PCP)

Segera beri Kotrimoksazol (Trimetoprim


(TMP) secara oral atau lebih baik secara IV
dosis tinggi, 8 mg/KgBB/dosis.
Sulfametoksazol (SMZ) 40 mg/KgBB/dosis, 3
kali sehari selama 3 minggu).
Jika terjadi reaksi obat yang parah pada
anak, ganti dengan Pentamidin (4 mg/KgBB,
dosis tunggal) melalui infuse selama 3
minggu.
3. Lymphoid Interstitial Pneumonitis
(LIP)
Beri percobaan pengobatan antibiotic untuk
pneumonia bacterial sebelum mulai dengan
pengobatan Prednisolon. Mulai pengobatan dengan
steroid, hanya jika ada temuan foto toraks yang
menunjukkan LIP ditambah salah satu gejala berikut
: napas cepat atau sukar bernapas, sianosis, pulse
oxymetri menunjukkan saturasi oksigen < 90%
Beri Prednison oral, 1-2 mg/KgBB/hari selama 2
minggu. Kemudian tappering off selama 2-4 minggu
bergantung respons terhadap pengobatan.
4. Infeksi Jamur

Obati bercak putih di mulut (thrush) dengan


larutan nistatin (100.000 unit/ml).
Tersangka Kandidiasis esophagus jika
ditemukan kesulitan atau nyeri saat muntah
atau menelan, tidak mau makan, saliva
berlebihan atau menangis saat makan. Jika
tidak ditemukan thrush, beri pengobatan
percobaan dengan Flukonazol (3-6 mg/KgBB
sekali sehari).
5. Meningitis Kriptokokus

Diagnosis pasti melalui pewarnaan tinta india


pada cairan serebro spinal (CSS)
Obati dengan Amfoterisin B 0,5-1,5
mg/KgBB/hari selama 14 hari, kemudian
dengan Flukonazol selama 8 minggu.
6. Sarkoma Kaposi

analgesik melalui mulut, jika mungkin


(pemberian IM menimbulkan rasa sakit).
Anestesi Lokal
Analgetik
Analgetik yang kuat seperti opium
7. Tatalaksana Anoreksia, mual, dan
muntah.

Jika terjadi mual dan muntah yang sangat, beri


Metaklopramid secara oral (1-2 mg/KgBB)
setiap 2-4 jam, sesuai kebutuhan.
Perawatan mulut: Setiap usai makan, mulut
dibersihkan. Jika timbul luka pada mulut,
bersihkan mulut minimal 4 kali sehari dnegan
menggunakan kain bersih yang digulung seperti
sumbu dan dibasahi dengan air bersih atau
larutan garam. Bubuhi Gentian Violet 0,25%
atau 0,5% pada setiap luka.
INFEKSI HIV
DALAM KEHAMILAN DAN PERSALINAN
PENDAHULUAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus), menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia AIDS
( Acquired Immunodeficiency Syndrome )

1981, Pneumocystis carinii pneumonia dan sarkoma


Kaposi di kalangan para homoseksual di California dan
New York

1993, the Centers for Disease Control and Prevention


di AS 15.000 bayi terinfeksi HIV dari wanita dengan
HIV- seropositif

HIV dalam kehamilan masalah utama dalam bidang


obstetri
ETIOLOGI
Penyebab : DNA retrovirus HIV-1 dan HIV-2

HIV menyerang limfosit sel T-4 atau sel


T-helper atau sel CD-4

HIV mengkode reverse transcriptase DNA


ditranskripkan dari RNA mengkopi DNA dirinya di
dalam sel-sel mematikan sel2 T-4

sel T-4 orang sehat 500-1200 permikroliter


menurun di bawah 200 AIDS
EPIDEMIOLOGI
2 pola transmisi HIV : di AS dan Eropa (tipe 1)
transmisi primer homoseksual dan melalui
darah

Di Afrika, Amerika Selatan dan Asia Timur (tipe2)


transmisi primer heteroseksual

Epidemiologi dan perkiraan kasus di negara-


negara Asia sangat bervariasi

kasus AIDS pertama di Indonesia : turis asing di


Bali tahun 1987

...EPIDEMIOLOGI
Angka resmi kasus HIV positif dan AIDS di
Indonesia masih rendah

kondisi yang dapat mempermudah penyebaran


AIDS, yaitu :

Industri seks komersial yang luas

Prevalensi penyakit kelamin tinggi

Pemakaian kondom rendah

Proses urbanisasi yang cepat


...EPIDEMIOLOGI

Terjadinya hubungan seks premarital dan ekstra


marital

Sarana pelayanan kesehatan masyarakat tidak


selalu menerapkan prinsip pencegahan infeksi
yang
benar

Di
beberapa daerah, tes darah transfusi belum
memenuhi persyaratan
CARA PENULARAN

HIV dapat menular melalui tiga jalur :

hubungan seksual dengan seseorang yang sudah


terinfeksi HIV tanpa memakai kondom

transfusi darah atau alat-alat yang telah tercemar


HIV

ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang


dikandungnya atau kepada bayi yang disusuinya
...CARA PENULARAN

Cairan tubuh yang lain (air mata, keringat, air liur,


air kencing) tidak pernah dilaporkan adanya kasus
penularan HIV

Risiko penularan kepada bayi : 13-39 %

bayi baru lahir ketika dites selalu positif antibodi


ibu masuk ke dalam janin melalui plasenta

bayi tidak terinfeksi menjadi seronegatif sebelum


umur 15 sampai 18 bulan
...CARA PENULARAN

Penularan dari ibu hamil kepada bayi yang


dikandungnya tiga jalur :

sebelum lahir 15 mgu pertama


selama proses persalinan paling banyak
setelah lahir melalui proses menyusui
PERJALANAN PENYAKIT &
GAMBARAN KLINIS
1. Stadium 1 : HIV
window period : rentang waktu sejak HIV
masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi
terhadap HIV menjadi positif 1 sp 3 bulan,
bahkan ada yang sampai 6 bulan
2. Stadium 2 : asimtomatik 5-10 th
3. Stadium 3 : Pembesaran kelenjar limfe
4. Stadium 4 : AIDS
1986, CDC : sistem klasifikasi perkembangan infeksi HIV
Kelompok I : Infeksi akut
Kelompok II : Infeksi asimtomatik
Kelompok III : Persistent Generalized
Lymphadenopathy
Kelompok IV : Penyakit lain
IVA : penyakit konstitusional
IVB : penyakit neurologis
IVC : penyakit infeksi sekunder (C-1 : penyakit infeksi
sekunder spesifik ; C-2 : penyakit infeksi
sekunder spesifik lainnya)
IVD : Kanker sekunder
IVE : kondisi-kondisi lain
1990, WHO : sistem staging infeksi HIV
data klinis pasien digambarkan dalam 4
pita
- infeksi primer HIV
- early immune depletion (CD4 > 500/l)
- intermediate immune depletion (CD4
antara
500 dan 200/l)
- advanced immune depletion (CD4 <
200/l).
Immune depletion : Early Intermedia te Advnc ed
(Cd4 > 500) (500 > C d4 > 200) (C d4 < 200)
1000
C d4 cell count per uL

Guillain-Barre syndrome
Fever Cronic demyelinating
Myalgia Neuropathy Tinea
Arthralgia Idiopathic thrombocytopenia Seborrhoeic dermatitis
Adenopathy Reiters syndrome Gingivitis
Malaise
Polymyositis Warts, molluscum contaglosum
500 Rash
Meningo- Bells palsy Tuberc ulosis
Encephalitis Sjogrens syndrome Herpes zoster
Sinusitis
Herpes
Oral candidiasis Simplex
Hairy leukoplakia Cryptosporldiosis
200 PCP
Kaposis sarcoma Toxo
Lymphoma (NHL) Cryptococ
Cervical Intraepithelial neoplasia MAC MAC
0 Primary CNS NHL CMV
0 10 weeks 5 years 10 years
DIAGNOSIS
tes HIV di Indonesia : blm mewajibkan

tes antibodi
- murah dan mudah dilakukan
- diagnosis sukarela + konseling + dijaga
kerahasiaannya + informed consent

Idealnya: semua wanita waspada akan status


HIV mereka sebelum terjadi konsepsi
Dua jenis tes yang umum digunakan
untuk mendeteksi HIV :
- ELISA (enzyme linked
immunoassays)
- Western
ELISA (-)
Blot NEGATIF

ELISA (+) diulang POSITIF

WESTERN
BLOT

HIV POSITIF POSITIF


Pemeriksaan lain :

antigen p24 atau RNA virus


the reverse-transcription polymerase chain
reaction (RT-PCR)
the branched DNA (bDNA)
nucleic acid sequence-based amplification
NASBA)
transcription-mediated amplification (TMA)
HUBUNGAN ANTARA
INFEKSI HIV DAN

KEHAMILAN
16,4
HIV
juta di seluruh dunia hidup dengan infeksi

600.000 anak-anak terinfeksi tiap tahun


transmisi vertikal

penelitian di AS dan Eropa tak ada pengaruh


kehamilan thd perkembangan infeksi HIV

negara berkembang perkembangan infeksi HIV


dipercepat oleh kehamilan
CDC morbiditas dan mortalitas maternal akibat
kehamilan tidak meningkat

Penelitian di negara berkembang frekuensi yang


lebih tinggi kelahiran preterm,BBLR, PJT dan
stillbirth

Stratton dkk (1999) : 634 wanita yang melahirkan


setelah usia kehamilan 24 minggu hasil luaran
yang buruk
Kejadian kelahiran preterm 20 %, PJT 24 %

Langston dkk (1995) peningkatan kejadian


stillbirth

peningkatan frekuensi defek kelahiran sehubungan


infeksi HIV tidak ada penelitian

teori bhw tdp hubungan antara infeksi HIV dng


suatu sindrom malformasi telah dibantah
TRANSMISI VERTIKAL

transmisi HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yg


dikandung atau dilahirkan

Risiko 13-39 % , peneliti lain 15-35 %

dapat melalui :
- plasenta (intrauterin)
- pada waktu lahir (intrapartum) 70 %
- air susu ibu 11-29 %
Faktor yang meningkatkan kemungkinan transmisi :
muatan virus pada ibu

kadar CD4 maternal yang rendah dan penyakit

yang sudah lanjut


variasi genetik dan biologik HIV

korioamnionitis dan penyakit menular seksual

cara persalinan, dan kemungkinan lamanya

persalinan
rentang waktu antara pecahnya ketuban dan

persalinan
keadaan selama inpartu dan persalinan yang dapat

menyebabkan bayi terpapar darah ibu


Fakta di dalam ASI dapat ditemukan HIV HIV
juga bisa menular lewat ASI

AS dan Eropa susu botol atau pengganti ASI


(PASI)

di negara-negara dengan kejadian penyakit


infeksi tinggi dan sanitasi yang buruk PASI
tidak tepat
WHO dan UNICEF menganjurkan sebagai berikut :

di daerah-daerah yang tdp banyak penyakit menular,


kekurangan gizi, penggunaan PASI yang aman
diragukan karena keterbatasan air bersih dan kesulitan
membersihkan peralatan
tetap menyusui

bila bayi sudah diketahui tertular memberi ASI (segi


gizi, imunologi maupun psikologis)
PENANGANAN
PENANGANAN TAMBAHAN BAGI WANITA HAMIL
TERINFEKSI HIV DAN BAYINYA

Penanganan antepartum
Anamnesis : gejala, durasi infeksi HIV; rawat inap untuk
terapi ; imunisasi
Pemeriksaan laboratorium tambahan : Tes kulit TB ;
T.gondii, Cytomegalovirus dan status antibodi
hepatitis C bila belum diketahui; fungsi hati dan ginjal ;
subgrup limfosit ; kadar RNA HIV
Konseling : efek kehamilan terhadap HIV ; efek HIV
terhadap kehamilan - transmisi perinatal, terapi, cara
persalinan
Penanganan intrapartum

Terapi : zidovudine intravena, melanjutkan terapi


antiretroviral lain

Penanganan obstetri : cegah monitoring yang


bersifat invasif, penggunaan instrumen untuk
persalinan dengan tindakan , dan waktu yang
lama antara pecahnya ketuban dan saat
persalinan
Penanganan postpartum
Ibu : melanjutkan atau tidak melanjutkan terapi ;
dukungan psikososial ; tidak menyusui;
kontrasepsi

Bayi : zidovudine selama 6 minggu dengan atau


tanpa antiretroviral lain, profilaksis PCP pada
4-6 minggu ; penentuan status HIV dengan tes
HIV pada usia 1-2 hari, 2 minggu, 1-2 bulan
dan 3-6 bulan
PENANGANAN ANTEPARTUM

Penanganan kesehatan wanita hamil dan


mencegah transmisi perinatal

kadar RNA plasma (viral load) dan limfosit CD4


diperiksa menilai beratnya infeksi

Tanpa T/ risiko penularan thd bayi 25 %

T/ antiretroviral selama kehamilan dan persalinan


risiko 8 %
Indikasi T/ untuk kesehatan ibu : CD4 < 350 l atau
kadar RNA plasma > 55.000 /ml

Tanpa indikasi maternal tetap harus diberikan


mencegah transmisi perinatal
kadar RNA plasma > 1000/ml
T/ tunggal dengan zidovudine regimen yang
pertama digunakan

hamil terinfeksi HIV yg belum pernah mendapat T/


sebelumnya
zidovudine (AZT) 5x100 mg/hari sejak u.k 14 mgu

Evaluasi thd ES obat : tiap 2 atau 4 minggu selama 1-2


bulan pertama terapi frekuensinya berkurang
Kadar RNA plasma dimonitor :
- 4 minggu setelah terapi awal
- setiap bulan hingga tak terdeteksi
- setiap 3 bulan saat terapi stabil
- pada umur kehamilan 34-36 minggu untuk
perencanaan persalinan

CD4 dievaluasi setiap 3 bulan


Bagi hamil terinfeksi HIV yang sebelumnya telah
mendapat T/ antiretroviral

T/ dilanjutkan bila kehamilan ditemukan setelah


trimester I

Bila kehamilan ditemukan dalam trimester I


diskusikan risiko dan keuntungan T/
antiretroviral
boleh memilih menghentikan sementara T/
hingga masuk trimester II
tambahan terhadap penanganan obstetri rutin

- pemeriksaan infeksi T. gondii dan cytomegalovirus

- evaluasi teratur dan T/ secara agresif infeksi vagina


berhubungan dgn korioamnionitis dan transmisi
perinatal

- pap smear rutin


displasia serviks umum ditemukan pada
terinfeksi HIV
penyakit invasif menjadi masalah bila kadar
CD4
< 100 l
pencegahan dan T/ infeksi opportunistic PCP,
M.avium complex, herpes simplex virus dan M.
tuberculosis
cara : sama spt pada tidak hamil

Imunisasi hepatitis B, influenza dan infeksi


pneumokokal sesuai indikasi
bila kadar RNA ditekan hingga level tak
dapat dideteksi dan dengan pemberian
antiretroviral
PENANGANAN INTRAPARTUM
Infus antiretroviral (zidovudine)

setelah tanda inpartu atau setelah pecahnya


ketuban (atau 3 jam sebelum seksio sesarea
elektif)

dosis 2 mg/kg BB dalam 1 jam pertama

infus kontinyu 1 mg/kg BB per jam hingga


melahirkan
zidovudine bagi bayi
Idealnya dimulai dalam 12 hingga 24 jam
setelah
bayi lahir
2 mg/kg BB oral setiap 6 jam selama 6 minggu
Hindari :
pemecahan ketuban artifisial

jarak antara pecahnya ketuban dan persalinan


seminimal mungkin
augmentasi persalinan setelah ketuban pecah
pemakaian elektrode kepala bayi

pengambilan pH darah kepala janin

pemakaian alat untuk persalinan dengan tindakan

prosedur lain yg mungkin menyebabkan trauma

pada janin
episiotomi
Wanita yang belum pernah mendapatkan T/ apapun
sebelum proses persalinan

regimen beberapa obat

kombinasi zidovudine dengan lamivudine


(3TC) atau nevirapine

meski dgn durasi yang singkat dpt menurunkan


risiko terhadap bayi
risiko penularan kepada bayi dapat dikurangi hingga
setengahnya dengan seksio sesarea

The American College of Obstetricians and


Gynecologists
wanita hamil terinfeksi HIV dengan
kadar muatan virus > 1000/ml
seksio sesarea pada u.k 38 minggu
PENANGANAN POSTPARTUM

konseling tambahan selama masa postpartum

tidak direkomendasikan untuk menyusui bayinya


risiko penularan kepada bayi 15-20 %
berbeda di negara-negara berkembang

metode kontrasepsi
kondom
metode tambahan pertimbangkan interaksi dng
obat lain
PENCEGAHAN
PENULARAN
DI UNIT KESEHATAN
Semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam
tindakan invasif, termasuk prosedur bedah dan
obstetri, harus menggunakan barier precautions
untuk mencegah kontak antara kulit dan membran
mukosa dengan darah atau cairan tubuh lain dari
semua pasien

Sarung tangan, masker, mantel pelindung tahan air


(aprons) dan kacamata protektif (goggles) harus
dipakai saat dilakukan prosedur invasif
Mereka yang melakukan dan mendampingi persalinan
pervaginam maupun seksio sesarea harus
menggunakan sarung tangan dan mantel pelindung
saat menangani plasenta atau bayi hingga darah dan
cairan amnion telah dibersihkan dari kulit bayi, dan
saat merawat tali pusat

Pembersihan jalan nafas bayi dengan alat dari mulut


ke mulut harus dihindari
Bila sarung tangan robek atau tertusuk jarum atau
terjadi kecelakaan, sarung tangan harus diganti
dengan yang baru dan jarum atau instrumen yang
terlibat harus dikeluarkan dari lapangan operasi
yang steril
pengobatan profilaksis
zidovudine 200 mg 3 kali sehari, dan lamivudine
150 mg 2 kali sehari selama 4 minggu

Bila pasien tersebut dalam keadaan AIDS stadium lanjut


, muatan HIV yang tinggi, atau telah diterapi dengan
golongan nucleoside analogs
ditambahkan golongan protease inhibitor
seperti indinavir 800 mg 3 kali sehari
RINGKASAN
Infeksi HIV dalam kehamilan dan persalinan perlu
mendapat perhatian oleh karena menimbulkan
masalah bagi ibu dan janin

Penanganan yang tepat selama masa antepartum,


peripartum dan postpartm dapat mengurangi
kemungkinan transmisi vertikal

Tenaga kesehatan khususnya di bagian obstetri harus


menerapkan prinsip universal precautions dalam
menangani semua pasien

Anda mungkin juga menyukai