Anda di halaman 1dari 47

KLASIFIKASI JALAN

Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina


Marga (BM) dalam Tata Cara Perencanaan
Geometri Jalan antar Kota (TPGJAK) no.
038/T/BM/1997, menurut fungsi jalan
terbagi atas:
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Arteri

Jalan yang melayani angkutan utama


dengan ciri-ciri:
perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi,
jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien.
Jalan Kolektor

Jalan yang melayani angkutan


pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri:
perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang
jumlah jalan masuk dibatasi
Jalan Lokal

Jalan yang melayani angkutan setempat


dengan ciri-ciri:
perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah,
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Sistim Jaringan Jalan Primer

Sistim jaringan jalan primer adalah jalan


yang menghubungkan simpul-simpul jasa
distribusi dalam struktur pengembangan
wilayah,
Antar satuan Wilayah
Pengembangan

system jaringan primer menghubungkan


kota jenjang ke satu dengan kota ke satu.
Jalan Arteri Primer
Menghubungkan kota jenjang ke satu yang
terletak berdampinganatau
menghubungkan kota jenjang ke satu
dengan kota jenjang ke dua.
Jalan Kolektor Primer
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua,
atau menghubungkan kota kesatu dengan

kota jenjang ketiga,


atau menghubungkan kota jenjang kedua

dengan kota jenjang ketiga.


Jalan Lokal Primer
Menghubungkan kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga,
atau menghubungkan kota jenjang kedua

dengan Persil,
atau menghubungkan kota jenjang ketiga

dengan Persil.
SISTEM JARINGAN JALAN
Sistem jaringan primer, disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang dan
struktur pengembangan wilayah tingkat
Nasional yang menghubungkan simpul-
simpul jasa distribusi sebagai berikut:
1). Jalan Arteri Primer :

a). Didesain paling rendah dengan kecepatan


60 km/jam
b). Lebar badan jalan tidak kurang dari 8
meter.
c). Kapasitas lebih besar daripada volume
lalu lintas rata-rata.
d). Lalu-lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu
lintas lokal dan kegiatan lokal.
Lanjutan
e). Jumlah jalan masuk, ke jalan Arteri
Primer, dibatasi secara effisien sehingga
kecepatan 60 km/jam dan kapasitas besar
tetap terpenuhi
f). Persimpangan pada jalan Arteri Primer
harus dapat memenuhi ketentuan
kecepatan dan volume lalu-lintas.
2). Jalan Kolektor Primer

a). Didesain untuk kecepatan rencana paling


rendah 40 km/jam.
b).Lebar badan jalan tidak kurang dari 7,00
meter.
c).Kapisitas sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata
d)Jumlah jalan masuk dibatasi, dan
direncanakan sehingga dapat dipenuhi
kecepatan paling rendah 40 km/jam.
e)Jalan Kolektor primer, tidak terputus
walaupun memasuki kota.
3). Jalan Lokal Primer

a). Didesain Berdasarkan kecepatan rencana


paling rendah 20km/jam.
b). Lebar badan jalan tidak kurang dari 6,00
meter
c). Jalan lokal primer tidak terputus, walaupun
memasuki desa.
C. Sistem Jaringan Jalan Sekunder.

jalanyang menghubungkan kawasan-


kawasan fungsi primer,
fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga dan seterusnya

sampai ke Perumahan dalam satu Wilayah


Perkotaan.
Jalan Arteri Sekunder
menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, atau
menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
Jalan Kolektor Sekunder
Menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua, atau
Menghubungkan kawasan sekunder kedua

dengan kawasan sekunder ketiga.


Jalan Lokal Sekunder
Menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, atau
Menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan perumahan, atau
Menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan perumahan, atau
Menghubungkan kawasan sekunder ketiga
dengan perumahan.
Sistem jaringan jalan sekunder
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
kota yang menghubungkan kawasan-
kawasan yang mempunyai:
fungsi primer,
fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga
dan seterusnya sampai ke perumahan,
b. Jalan Kolektor Sekunder :

Didesain berdasarkan kecepatan paling


rendah 20 km/jam
Lebar badan jalan tidak kurang dari 7,00

meter
c. Jalan Lokal Sekunder :

Didesain berdasarkan kecepatan paling


rendah 10 km/jam
Lebar badan jalan tidak kurang dari 5,00

meter.
Dengan kecepatan paling rendah 10

km/jam, bukan di diperuntungkan untuk


roda tiga atau lebih.
Yang tidak diperuntungkan untuk roda tiga

atau lebih harus mempunyai lebar jalan


tidak kurang 3,5 meter.
Klasifikasi menurut kelas jalan

1. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan


dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan
dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
dalam satuan ton.
Klasifikasi menurut medan jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan


kondisi sebagian besar kemiringan medan
yang diukur tegak lurus garis kontur.
Keseragaman kondisi medan yang
diproyeksikan harus mempertimbangkan
keseragaman kondisi medan menurut
rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil
dari segmen rencana jalan tersebut.
Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan

Klasifikasi jalan menurut wewenang


pembinaannya sesuai PP. No.26/1985
adalah:
jalan Nasional,
Jalan Propinsi,
Jalan Kabupaten/Kotamadya,
Jalan Desa, dan
Jalan Khusus.
Jalan Nasional.

Jalan Arteri Primer


Jalan kolektor Primer, yang menghubungkan

antara ibu kota provinsi.


lanjutan
Jalan selain dari yang termasuk
arteri/kolektor primer, yang mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan
nasional, yakni jalan yang tidak dominan
pada pengembangan ekonomi,
Lanjutan
tapi mempunyai peranan penting dalam
menjamin kesatuan dan keutuhan nasional
dan melayani daerah-daerah yang rawan
dan lain-lain.
Jalan Provinsi

Jalan kolektor primer, yaitu yang


menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibu kota kabpaten /kota.
Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang

menghubungkan ibu kota Kabupaten/Kota.


Lanjutan
Jalan Selain dari yang disebut di atas yang
mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan Provinsi yaitu jalan yang
biarpun tidak dominan terhadap
perkembangan ekonomi
LANJUTAN
tetapi mempunyai peranan tertentu dalam
menjamin terselenggaranya pemerintah
yang baik dalam pemerintahan daerah
provinsi dan terpenuhinya kebutuhan
kebutuhan sosial lainya Jalan dalam wilayah
daerah ibu kota Negara (Jakarta), kecuali
jalan yang termasuk jalan nasional.
Jalan Kabupaten

Jalan kolektor primer yang tidak termasuk


dalam kelompok jalan nasional dan
kelompok jalan provinsi.
Lanjutan
Jalan lokal primmer
Jalan sekunder lain, selain sebagaimana

dimaksud sebagai jalan Nasional dan jalan


provinsi.
Lanjutan
Jalan selain dari yang disebutkan di atas,
yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingankabupten, yakni jalan yang
walaupun tidak dominan terhadap
pengembangan eknomi,
tapi mempunyai peranan tertentu dalam

menjamin terselenggaranya pemerintah


dalam Pemerintah daerah.
Jalan Kota

Jaringan jalan sekunder di kota


Jalan Desa

Jaringan jalan sekunder di dalam desa,


merupakan hasil swadaya masyarakat, baik
yang ada didesa maupun di kelurahan.
Jalan Khusus

Jaan yang dibangun dan dipelihara ole


Instansi /badan hukum/perorangan untuk
melayani kepentingannya masing-masing

Anda mungkin juga menyukai