Anda di halaman 1dari 29

UVEITIS ANTERIOR

PEMBIMBING :
D R . B A M B A N G R E N A L D I , S P. M .
ANATOMI
DEFINISI

Uveitis adalah bentuk peradangan mata yang


mempengaruhi lapisan tengah jaringan di dinding
mata (uvea).
EPIDEMIOLOGI

Usia 20-50 adalah yang tersering terkena uveitis

Angka kebutaan akibat uveitis di India 25%,


sedangkan Eropa dan Amerika 3-10%
ETIOLOGI

Non-spesifik Spesifik
1. Tuberkulosis
2. Sindrom Fuchs
3. Toksoplasmosis okular 1. Juvenille Rheumatoid
4. Sifilis Arthritis
5. Herpes virus 2. Uveitis Terinduksi Lensa
6. Reiter syndrome 3. Oftalmia simpatika
7. HLA-B27 4. Sindrom Vogt-Koyanagi-
8. AIDS Harada
9. Histoplasmosis
10. Toksokariosis okular
11. Behcets syndrome
ETIOLOGI

Eksogen Endogen

1. Idiopathic Anterior
1. Traumatik uveitis Uveitis
2. Uveitis terinduksi IOL 2. Masquerade
Syndrome
ETIOLOGI

Berdasarkan perjalanan penyakit :


1. Akut
2. Residif
3. Kronis

Berdasarkan reaksi radang yang terjadi :


4. Non-granulomatosa
5. Granulomatosa
Non granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut Tersembunyi


Nyeri Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata Ringan


Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkumkorneal Nyata Ringan

Keratic precipitates Putih halus Kelabu besar (mutton fat)

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur


(bervariasi)

Sinekia Posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Noduli iris Tidak ada Kadang-kadang

Lokasi Uvea anterior Uvea anterior, posterior atau


difus

Perjalanan penyakit Akut Kronik

Kekambuhan Sering Kadang-kadang


ETIOLOGI

Berdasarkan anatomis :
1. Uveitis anterior
2. Uveitis intermediet
3. Uveitis posterior
4. Panuveitis
FAKTOR RESIKO

Toksoplasmosis pada
HIV
hewan peliharaan

Ankylosing spondylitis Penyakit radang usus

Radang sendi Perokok

Riwayat penyakit autoimun Sarkoidosis


PATOFISIOLOGI
TEMUAN KLINIS

Gejala Pemeriksaan fisik

1. Terdapat sel dan


1. Biasanya unilateral flare
2. Nyeri 2. Keratic precipitate
pada slit lamp
3. Mata merah
3. Dapat ditemukan
4. Penglihatan kabur
hipopion
5. Fotofobia
4. Pada slit lamp dapat
6. Mata berair terlihat nodul-nodul
dari iris
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING

Konjungtivitis

Keratitis/Keratokonjungtivitis

Glaukoma akut
KOMPLIKASI

Glaukoma Katarak

Neovaskularisasi Ablasio retina

Kerusakan neovaskular
Atrofi bola mata
optikus
PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi uveitis anterior menurut AOA (2004),


antara lain:
a. Mengembalikan tajam penglihatan
b. Mengurangi rasa nyeri di mata

c. Mengeliminasi peadangan atau penyebab


pradangan

d. Mencegah terjadinya sinekia iris


e. Mengendalikan tekanan intraokular
1.) Midriatik-sikloplegik
Agen sikloplegik yang digunakan dalam terapi
uveitis anterior menuruut AOA (2004) antara lain:
a. Atropine 0,5%, 1%, 2%
b. Homatropin 2%, 5%
c. Scopolamine 0,25%
d. Cyclopentolate 0,5%, 1%, 2%.
2.) Kortikosteroid
Merupakan obat pilihan pada uveitis anterior.
Terdapat 2 macam steroid yang digunakan, yaitu
topikal dan sistemik
Prednisolonasetat
0,125% dan1%

Betamethasone 1%

Deksametason
natrium fosfat 0,1%
Topikal

Fluorometholon 0,1%
dan 0,25%

Loteprednol

. Rimexolone 1%
Pemberian kortikosteroid sistemik harus cepat,
sering, lama dan dengan dosis maksimal.
Pemberian sistemik dilakukan setelah secara
topikal tidak berhasil.
3.) Imunosupresan
a. Sitostatika
Di RSCM telah dipakai preparat klorambusil 0,10,2
mg/kg BB/hari, dosis klorambusil ini
dipertahankan selama 23 bulan lalu diturunkan
sampai 58 mg selama 3 bulan dan
dosismaintenancekurang dari 5 mg/hari, sampai
612 bulan.
b. Siklosporin A

salah satu obat imunosupresanyang relatif


baik yang tidak menimbulkan efek samping terlalu
berat dan bekerja lebih selektif terhadap sel
limfosit T tanpa menekan seluruh imunitas tubuh.
PROGNOSIS

Dengan pengobatan,seranganuveitis non-granulomatosa umumnya


berlangsung beberapa hari sampai minggu dan sering kambuh.
Uveitis granulomatosa berlangsung berbulan-bulan sampai tahunan,
kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat
menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan
yang nyata.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai