Anda di halaman 1dari 17

Problem Induksi

Dapatkah Induksi
Dijustifikasi
Prinsip dasar induktif: Jika dalam jumlah
besar A telah terobservasi dalam kondisi
yang berbeda, dan jika semua A yang telah
terobservasi tersebut tanpa kecuali memiliki
property B, maka semua A memiliki property
B.
Bagaimanakah prinsip induktif ini dapat
dijustifikasi? Jika observasi sebagai titik awal
mendapatkan teori/hukum universal yang
menjadi pertanyaan adalah mengapa
penalaran induktif akan menghasilkan ilmu
yan reliable bahkan ilmu pengetahuan yang
benar (true scientific knowledge)
Justifikasi Lewat Logika
Jawaban aliran induktif, justifikasi terhadap
prinsip induktif dapat dilakukan dengan
logika atau lewat pengalaman yang
merupakan dasar utama ilmu ditemukan.
Argumen valid menurut logika, jika premis
benar, maka konklusi benar. Argumen
deduktif memiliki karakteristik ini. Prinsip
induktif dapat dijustifikasi jika argumen
induktif juga memiliki karakteristik ini.
Kenyataannya argumen induktif bukanlah
argumen yang valid secara logika. Adalah
mungkin suatu konkluis dari argumen
induktif salah, walaupun premisnya benar.
Justifikasi Lewat Logika
Sampai hari ini saya telah mengamati
jumlah besar burung gagak dengan
berbagai kondisi dan pengamatan
menunjukkan bahwa semua gagak
berwarna hitam. Atas dasar pengamatan ini
saya berkesimpulan bahwa semua burung
gagak berwarna hitam.
Namun demikian tidak ada jaminan bahwa
burung gagak yang akan kita amati
mendatang adalah berwarna hitam. Jika hal
ini terjadi maka pernyataan semua burung
gagak berwarna hitam adalah salah.
Justifikasi Lewat Logika
Cerita Bertrand Russel tentang burung onta
(turkey): burung onta ini telah ditemukan
diberi makan jam 9 di kandangnya. Sebagai
seorang induktivist yang baik ia tidak
langsung loncat ke konklusi. Ia menunggu
sampai mendapatkan observasi dakam jumlah
besar dan ia melakukan observasi pada
kondisi yang berbeda yaitu pada hari rabu dan
kamis dalam cuaca yang panas, hangat dingin
dan hujan. Setelah puas akan observasinya ia
menarik kesimpulan bahwa burung onta itu
selalu diberi makan jam 9 akan tetapi
konklusi itu salah soalnya pada hari Natal
burung onta tersebut justru dipotong untuk
pesta dan bukan diberi makan.
Justifikasi lewat
Pengalaman
Dua contoh di atas menunjukan bahwa
prinsip induktif tidak dapat dijustifikasi
dengan logika semata.
Bagaimana prinsip induksi diturunkan dari
pengalaman?
Hukum optik yang diturunkan dari induksi
hasil experimen laboratorium telah
digunakan untuk mendesain alat-alat optik
dan alat-alat ini telah berfungsi dengan baik.
Hukum pergerakan planet yang diturunkan
dari hasil induksi pengamatan kedudukan
planet-planet di langit telah berhasil
digunakan untuk memprediksi terjadinya
gerhana.
Justifikasi lewat
Pengalaman
Contoh ini telah berhasil digunakan untuk
menjelaskan dan meramalkan suatu
fenomena dengan demikian prinsip
induksi dapat dijustifikasi.
Menurut David Hume argumen untuk
menjustifikasi induksi ibaratnya lingkaran
setan yang tak ada ujung pangkalnya
oleh karena kita menggunakan argumen
induktif yang merupakan validasi yang
memerlukan justifikasi. Bentuk dari
justifikasi argumen sbb:
Justifikasi lewat
Pengalaman
Prinsip induksi telah berjalan baik pada kejadian
X1
Prinsip induksi telah berjalan baik pada kejadian
X2, dst
Prinsip induksi selalu berjalan baik
Disini pernyataan universal yang merupakan
validitas prinsip induksi diturunkan dari beberapa
pernyataan singular yang mencatat keberhasilan
aplikasi dari prinsip dimasa lalu. Oleh karena itu
argumen tersebut adalah satu induksi dan tidak
bisa dijustifikasi dengan prinsip induksi.
Jumlah Observasi
Berapakah jumlah observasi yang dinyatakan
cukup? Haruskah metal dipanaskan 10 kali, 100
kali atau berapa kali sebelum kita dapat
menyimpulkan bahwa metal selalu memuai jika
dipanaskan?
Seorang induktivist tolol memasukkan
tangannya kedalam api beberapa kali sebelum
mengambil kesimpulan bahwa api itu panas.
Dalam kondisi seperti ini syarat jumlah
observasi yang besar sebelum mengambil
kesimpulan tidaklah sesuai.
Perlunya Konsep
Probabilitas
Oleh karena itu kita harus menggunakan
konsep probabilitas. Kita tidak dapat 100
persen percaya, hanya karena kita telah
mengobservasi setiap hari bahwa matahari
selalu terbenam, maka kita mengambil
kesimpulan bahwa matahari akanj terbenam
setiap hari (di Artic atau Antartica ada hari
dimana matahari tidak terbenam)
Walaupun generalisasi didapat dari induksi
yang sah, tetapi kita tidak dijamin hasil
generalisasi tadi akan benar mutlak akan
tetapi kemungkinan benar. Scientific
knowledge is not proven knowledge, but it
does represent knowledge that is probably
true.
The Theory- Dependence of
Observation
Observasi berdasarkan pada penglihatan
tidak menjamin bahwa satu object yang
sama akan dilihat sama oleh dua orang
pengamat (kasus tangga tiga dimensi)
Apa yang dilihat oleh si pengamat sangat
tergantung dari pengalaman masa
lalunya, pengatahuan dan harapan.
Observasi selalu diinterpretasikan dalam
kontek prior knowledge. Sejarah ilmu
pengetahuan memberikan beberapa fakta
bahwa apa yang dilihat seseorang
tergantung dari apa yang dia lihat dan
pengalaman visual sebelumnya.
The Theory- Dependence of
Observation
Misalkan Tycho Brahe melihat bahwa bumi
tidak bergerak dan matahari yang
bergerak, sedangkan kepler melihat
matahari tetap dan bumi yang bergerak.
Ahli geologi sat ini melihat kenyataan
bahwa benua itu bergerak, sedang 20
tahun yang lalu hasil observasi
menghasilkan konklusi bahwa benua itu
tetap berada pada tempatnya dan tidak
bergerak.
Falsificationism Karl
Popper
Karl Popper mengusulkan metode alternatif
untuki menjustifikasi teori sebagai jalan
keluar dari kesulitan yang dihadapi oleh
Logical Empiricism dan metode yang
diusulkan disebut Falsificationism.
Menurut aliran ini observasi dituntun oleh
presuppose theory. Teori dibentuk oleh
spekulasi dan tentative conjecture atau
dugaan (guess) secara bebas yang
diciptakan oleh intelek manusia dalam
rangka memecvahkan suatu problem yang
dihadapi oleh teori terdahulu.
Falsificationism Karl
Popper
Sekali spekulatif teori dibentuk, maka teori
tersebut harus diuji secara terus-menerus
dengan observasi dan eksperimen. Teori
yang gagal diuji dengan observasi dan
eksperimen harus dibuang dan diganti
dengan sepculative conjecture (dugaan
spekulatif)
Jadi ilmu berkembang secara trial and error
atau oleh conjecture dan refutation. Oleh
sebab itu tidak bisa dikatakan suatu teorim
itu mutlak benar, tetapi teori tersebut
adalah teori terbaik yang ada saat ini.
Falsificationism Karl
Popper
Menurut faksifikasi, teori dapat dinyatakan
salah dengan hasil observasi dan
eksperimen. Walaupun kita beranggapan
bahwa penyataan observasi benar telah
tersedia, namun kita tidak akan pernah
sampai pada universal laws dan toeri
hanya dengan dasar deduktif semata.
Akan tetapi mungkin melakukan deduksi
logis yangt dimulai dari pernyataan
observasi singular sebagai permis untuk
menyalahkan universal law dan teori lewat
logika.
Falsificationism Karl
Popper
Sebagai misak kita diberi pernyataan
angsa yang tidak berwarna putih telah
terobservasi di tempat x pada waktu t, maka
secara logika bisa dinyatakan bahwa semua
angsa berwarna putih adalah salah.
Premis : seekor angsa yang tdk berwarna
putih telah terobservasi di tempat x pada
waktu t.
Konklusi: tidak semua angsa berwrana putih
Disini secara logika adalah deduksi yang
valid. Falsifikasi dari pernyataan universal
bisa dideduksi dari pernyataan singular.
Falsifikasi Sebagai Kriteria
Teori
Falsifikasi memandang ilmu science)
sebagai seperangkat hipotesis yang
diajukan secara tentative dengan maksud
menggambarkan beberapa aspek dari
dunia atau universe. Ada kondisi yang
harus dipenuhi apabila hipotesis itu
memiliki status sebagai scientific law
atau teori, yaitu hipotesis tersebut harus
dapat disalahkan (falsfiable)

Anda mungkin juga menyukai