Tata Laksana Bencana
Tata Laksana Bencana
Hazards : Situations with a potential for harm to life, health or property, damage
to the environment or some combination of these.
tipe disaster
Gempa bumi
Akibat kerusakan tempat tinggal, gempa bumi akan mengakibatkan
banyak kematian (lebih dari 10% populasi) dan injury pada sebagian besar
penduduk. Ratio kematian dan injury adalah 1:3. Besar ratio tergantung
dengan letak tempat tinggal dengan episentrum gempa. Besarnya korban
sangat tergantung pada tipe bangunan, waktu atau saat terjadinya gempa
dan densitas populasi. Tipe injury sangat bervariasi mulai dari simple
fracture, fracture vertebra, luka robek, luka tusuk sampai dengan multiple
fracture dan internal injury yang membutuhkan terapi bedah segera.
Umumnya penderita dengan luka-luka akan banyak berdatangan ke
fasilitas kesehatan pada hari pertama sampai mengalami puncak pada hari
ke 5 kemudian jumlah tersebut akan menurun. .lih lap surv
Banjir
Banjir badang akan menimbulkan banyak korban kematian namun
bagi korban yang hidup hanya menimbulkan sedikit injury
ditubuhnya. Kematian umumnya akibat tenggelam terutama
dialami oleh penduduk yang lemah misalnya anak-anak dan
lansia.
Banjir yang timbul perlahan tidak mengakibatkan mortalitas dan
morbiditas yang tinggi. Umumnya kematian disebabkan karena
gigitan ular dan traumatic injury yang kurang mendapatkan
perawatan kesehatan yang tidak optimal serta penanganan
sanitasi pasca banjir yang kurang sehingga terjadi penyakit
misalnya diare dan leptospirosis.
Meskipun setiap jenis disaster menimbulkan efek yang unik
namun semua jenis disaster menimbulkan dampak social, medis
dan ekonomi yang membutuhkan managemen disaster yang
optimal.
Nuclear (PR)
syarat membentuk sistem
manajemen recovery disaster
yang efektif
Disaster recovery is most effective if :
when management arrangements recognise that recovery from
disaster is a complex, dynamic and protracted process
when agreed plans and management arrangements are well
understood by the community and all disaster management
agencies
when recovery agencies are properly integrated into disaster
management arrangements
when community service and reconstruction agencies have input to
key decision making
when conducted with the active participation of the affected
community
when recovery managers are involved from initial briefings onwards
when recovery services are provided in a timely, fair, equitable and
flexible manner
when supported by training programs and exercises
Prioritas utama intervensi
pada fase emergensi disaster
dan fase post emergensi
Fase emergensidisaster
ditandai dengan mortality
rates yang tinggi, dimana crude mortality
rate (CMR) diatas 1 kematian per 10.000 per
hari.
Terdapat 10 prioritas intervensi pada fase ini
yaitu:
a. Initial assessment
Prioritas kesehatan diidentifikasi
berdasarkan pengumpulan dan analisa data
yang dapat dilakukan dengan metode survey
sampel, mapping, interview dan obervasi.
b. Imunisasi campak dan tetanus
Campak merupakan salah satu dari masalah
kesehatan yang besar di dunia yang membunuh
1 dari 10 anak-anak di negara berkembang.
Sehingga imunisasi masal pada minggu pertama
perlu dilakukan, selain itu dapat pula disertai
pemberian vitamin A.
c. Air dan sanitasi
Suplay air minum merupakan prioritas yang
penting untuk mencegah transmisi penyakit
gastrointestinal. Jumlah ketersediaan air perlu
dihitung. Hari pertama fase emergensi
kebutuhan air tiap orang per hari sebesar 5 liter,
pada tahap berikutnya kebutuhan air yang perlu
disediakan sebesar 15-20 liter air tiap orang per
hari. Kualitas air dapat di pantau dengan alat
atau kits sampel. Pengiriman air dapat
menggunakan tanker dan plastic tanks.
d. Makanan dan nutrisi
Registrasi dan sensus pengungsi perlu dilakukan untuk
dapat mengukur jumlah kebutuhan makanan yang perlu
disediakan untuk pengungsi. Kecukupan makanan dan
nutrisi yaitu minimum 2.100 kilokalori per orang per hari
akan mencegah malnutrisi, defisiensi vitamin, outbreak
penyakit dan kematian.
e. Shelter and site planning
Shelter yang inadekuat dan overcrowding atau densitas
pengungsi yang tinggi merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya transmisi penyakit potensi
epidemic dan outbreak penyakit. Kondisi tempat
pengungsian harus terlindung dari panas matahari, hujan,
dingin dan angin.
f. Health care
Penyakit ISPA, malaria, tiphus dan diare merupakan
penyakit yang sering terjadi, oleh karena itu kebutuhan
medis (jenis obat dan material) perlu dinilai secara cepat
untuk antisipasi outbreak penyakit yang sering terjadi
didaerah bencana.
g. Control of communicable diseases and epidemics
Selama fase emergensi penyaki yang paling
sering menyebabkan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi adalah campak, diare, ISPA,
malaria, kolera, shigellosis desentriae, meningitis
dan thypoid
Tingkat Propinsi : .
a. Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di
Provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Bila diperlukan
dapat meminta bantuan kepada Depkes. Dalam melaksanakan tugas
di bawah koordinasi Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PB) yang diketuai Gubemur.
b. Pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Dinkes
Provinsi dikoordinir oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan dengan Surat Keputusan.
Tingkat Kabupaten/Kota :
a. Penanggung jawab kesehatan dalam
penanggulangan. bencana di Kabupaten/Kota
adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Bila diperlukan dapat
meminta bantuan kepada Propinsi dalam
melaksanakan tugas di bawah koordinasi
Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATLAK PB) yang diketuai Bupati/Walikota.
b.Pelaksanaan tugas penanggulangan
bencana di lingkungan Dinkes
Kabupaten/Kota dikoordinir oleh unit yang
ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan
Surat Keputusan.
Di lokasi kejadian :
a. Penanggung jawab pelayanan
kesehatan penanggulangan bencana
di lokasi kejadian adalah Kadinkes
Kabupaten/Kota.