Anda di halaman 1dari 12

School Refusal

Tegar Restu D.
Endah Ayu A.
Identitas Subjek
Nama : HA
Umur : 13tahun
Sekolah I : Mts Sulaiman Yasin
Sekolah II : Mts Al-Misra
Kasus
Mulai berenti sekolah tahun 2016, kelas 1 mau naik kelas 2
Awal pertama masih baik, sekolah selalu diantar kakaknya. Gak lama
setelah diantar, HA minta untuk naik motor sendiri. Semenjak itu, HA
jadi suka membolos.
Kalau tdk diijinkan bawa motor, dia marah dan mengamuk
Orang tua bercerai sejak kecil, HA tinggal bersama ayah.
Dulu, saat masih kecil HA selalu diantar oleh mamanya, dari TK sampai
SD sampai kelas 5
HA bukan tipe yg banyak bercerita (dari kakaknya) kalo ditanya tidak
mau menjawab (ngelak)
Pihak ayah selalu berusaha agar sekolah spt menyiapkan bajunya, tapi HA
yang malas untuk pergi kesekolah
Malam kadang pulang, kadang gak. Kalo pulang, kerjaan nonton TV saja.
Bangun siang lalu jalan. Diduga kakaknya bahwa ia pergi ke warnet
Cont..(1)
Susah dihubungin, karena sering ketahuan kalo hapenya dijual. Tapi
dia berbohong, karena AA mengaku kalau HP hilang/rusak
reaksi hanya ketawa
Disekolah pertama masih bagus, ikut lomba pencak silat.
Sebenarnya dia pintar, tapi diduga terikut pergaulan. Krn
temannya yang memulai, spt merokok. Ada juga teman yg lebih
tua dari umurnya
Waktu masuk sekolah pertama kali, terbilang cepat, tdk sesuai dg
umurnya
Sekarang, kalau disuruh sekolah alasannya ngantuk, malas. Sampai
gurunya pun datang kerumah. Ketika dijawab pun alasannya malas
sekolah
Terkadang terlihat kaya org bingung2 sendiri (dari bapaknya)
Diketahui bahwa HA merokok
Cont...(2)
pernah berbohong sama kakaknya, ngakunya pergi kesekolah
tetapi malah pergi kewarnet
School Refusal
Menurut Kearney (2001), ada 4 istilah di antaranya school refusal,
school phobia, school avoidance, dan truancy. Keempat istilah itu
mengacu pada kecenderungan seseorang untuk menghindari
sekolah.
Pengertian school refusal, school avoidance dan school phobia
sering tertukar karena mengandung unsurunsur yang saling
tumpang tindih, sedangkan truancy mengacu pada penghindaran
sekolah yang berasosiasi dengan kenakalan anak dan ketidak
tertarikan terhadap kegiatan sekolah. Anak yang disebut truant
tidak mengikuti sekolah lebih karena alasan seperti malas, tidak
mau mengikuti aturan di sekolah, atau lebih menyukai aktivitas
lain seperti main games atau seperti yang terjadi pada anakanak
jalanan di Indonesia, mereka lebih suka untuk berkeliaran di
jalanan, mereka tidak mempunyai rasa bersalah yang berarti
dengan meninggalkan sekolah
Menurut Kearney, (2001)Tingkah laku school refusal dapat dilihat
dari satu atau kombinasi dari beberapa karakteristik di bawah ini
yaitu:
Absen dari sekolah, menolak pergi ke sekolah, tidak mau pergi ke
sekolah
Hadir di sekolah tapi kemudian meninggalkannya sebelum jam sekolah
usai.
Hadir di sekolah tapi menunjukkan tingkah laku yang tidak
diharapkan, dari tingkah laku menyendiri, tidak ingin pisah dari figure
attachment-nya, agresif, tidak kooperatif sampai temper tantrum
Berpura pura sakit agar tidak pergi kesekolah
Ia pergi ke sekolah dengan kecemasan yang luar biasa dan di sekolah
berulang kali mengalami masalah (misalnya pusing, ke toilet,
berkeringat dingin
Tingkat school refusal
Setzer dan Salhauer (dalam Haarman, 2009) mengidentifikasi
empat tingkat penolakan sekolah (school refusal) sebagai
berikut:
Initial school refusal behavior, yaitu penolakan bersekolah yang
berlangsung dalam waktu sangat singkat dan bersifat tiba-tiba
(spontan), yang berakhir dengansendirinya tanpa intervensi
Substantial school refusal behavior, yaitu penolakan sekolah yang
berlangsung dalam jangka waktu minimal dua minggu
Acute school refusal, yaitu penolakan bersekolah yang
berlangsung selama dua minggu sampai satu tahun
Chronic school refusal behavior, yaitu penolakan sekolah yang
berlangsung lebih dari satu tahun
Penyebab terjadinya School refusal
Menurut Kearney (2007) faktor yang menyebabkan perilaku
penolakan sekolah (school refusal) sangat beragam dan
berbeda antar anak.
Khan, dkk (1981) mengemukakan dua faktor utama yang
mempengaruhi anak melakukan penolakan sekolah, yaitu:
Faktor Internal mengacu pada kekecewaan atau ketakutan
yang dialami anak karena perubahan perubahan yang terjadi di
sekolah
Faktor Eksternal mengacu pada hubungan orangtua atau
lingkungan dalam kaitanya dengan perkembangan anak
Penanganan Realita
Anak dicutikan dari sekolah

Penanganan seharusnya
Pendekatan edukasi dan konsultasi
pendekatan perilaku
educationalsupport dengan melakukan advokasi dengan
pihak sekolah, serta intervensi keluarga
konseling untuk dirinya sendiri maupun keluarga
Penyesuaian diri

Anda mungkin juga menyukai